Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Buku Ngalap Berkah Karomah Syekh Abdul Qadir Jailani.[Dokumen pribadi/ Sam Edy]

Hikmah kehidupan bisa diperoleh dari mana saja. Misalnya dari sebuah kejadian di sekitar kita. Kejadian yang bisa diambil hikmah darinya. Misalnya, kejadian kecelakaan di jalan raya, bisa diambil hikmahnya agar kita selalu berusaha hati-hati saat berkendara atau ketika hendak bepergian.

Hikmah hidup juga bisa kita peroleh dari kisah para kekasih Allah (waliyullah). Dari mereka, kita bisa memperoleh banyak pelajaran berharga yang berguna bagi perjalanan hidup kita di dunia ini. Salah satu waliyullah yang patut kita baca kisahnya adalah Syekh Abdul Qadir Jailani

Dalam buku berjudul Ngalap Berkah Karomah Syekh Abdul Qadir Jailani karya A Bisri Maulana (Araska, 2021) dijelaskan bahwa nasihat para wali, merupakan curahan hikmah. Di dalam hikmah bersemayam pengetahuan sejati. Karenanya orang yang mencerap cahaya hikmah dirinya akan menemukan pengetahuan yang sesungguhnya. Kata Syekh Abdul Qadir, barang siapa yang merenungkan hikmah kebijaksanaan Ilahi dan berjuang penuh kesungguhan untuk mengenal Allah, maka perenungannya itu bernilai lebih dari seribu tahun ibadah, dan inilah sesungguhnya ilmu pengetahuan yang sejati (al-Jailani, 2018: 14).

Terkait pengetahuan yang sejati, dalam buku ini dijelaskan, pengetahuan sejati menurut Syekh Abdul Qadir adalah pengetahuan tauhid, media bagi orang arif untuk mencari hakikat Tuhan. Dengan pengetahuan sejati kita bisa terbang melesat menuju hakikat dengan sayap-sayap rohani. Melalui ilmu yang sejati, yang menjadi inti dari tauhid, ketika orang lain pergi ke surga dengan berjalan kaki, maka para pemegang hikmah ini mendekat ke hadirat Tuhan dengan terbang (al-Jailani, 2018: 14).

Dalam buku ini, ada sebuah nasihat berharga dari Syekh Abdul Qadir yang dapat selalu kita amalkan dalam kehidupan ini. Yakni tentang sikap dermawan terhadap kaum fakir miskin. Bahwa seseorang yang mengaku beriman kepada Allah, masih perlu diragukan keimanannya jika dirinya abai dan tidak peduli dengan fakir miskin. Sikap bermurah hati terhadap kaum fakir miskin ini juga dinasihatkan oleh Syekh Abdul Qadir dalam kitabnya Fathul Rabbani wa al-Faydul Rahmani

“Jika kamu menyukai makanan enak, pakaian bagus, rumah mewah, wanita cantik, dan harta yang berlimpah, sementara pada saat yang sama kamu menginginkan agar saudara seimanmu mendapatkan kebalikannya, maka sungguh bohong bila kamu mengaku memiliki iman yang sempurna.

Wahai orang kurang akal! Kamu berdampingan dengan tetangga yang fakir dan mempunyai sanak-saudara miskin, sedangkan kamu memiliki harta yang sudah layak dizakati, keuntunganmu berlipat ganda setiap hari, dan kamu memiliki kekayaan lebih. Jika kamu enggan memberi dan menolong mereka, berarti kamu rela dengan kefakiran mereka.”

Akhirnya saya berharap, mudah-mudahan setelah membaca buku ini para pembaca dapat meningkatkan keimanan serta memperbanyak amal ibadahnya kepada Allah Swt. Semoga ulasan ini bermanfaat.  

Sam Edy Yuswanto