Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy Yuswanto
Buku ‘Tes Buta Warna untuk Segala Tujuan’ (Dokumentasi pribadi/Sam Edy)

Buta warna memang bukan suatu jenis penyakit berbahaya. Namun, meskipun bukan termasuk suatu penyakit, buta warna sangat memengaruhi kehidupan kita. Sebab, mengetahui jenis-jenis warna itu sangatlah penting, agar kita bisa membedakan mana warna biru, kuning, merah, putih, hitam, dan seterusnya.

Buta warna yang dimaksudkan di sini tentu bukan ‘makna’ yang sebenarnya. Artinya, orang yang bersangkutan tetap memiliki penglihatan secara normal, hanya saja ia tak mampu membedakan warna-warna yang begitu banyak dan beragam.

Dalam buku ‘Tes Buta Warna untuk Segala Tujuan’ dijelaskan bahwa buta warna (dikenal dengan istilah defisiensi penglihatan warna) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk melihat warna atau melihat perbedaan warna dalam kondisi pencahayaan normal.

Jadi, buta warna bukanlah kebutaan dalam arti sebenarnya, sebab yang ada hanyalah kekurangan penglihatan warna. 

Buta warna merupakan kelainan genetis atau bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Kebutaan warna juga dapat disebabkan seseorang mengonsumsi obat dalam periode waktu tertentu, atau karena penyakit yang dideritanya, seperti diabetes, retinitis pigmentosa, cedera otak, dan lain sebagainya (halaman 3). 

Untuk mengetahui apakah seseorang penyandang buta warna atau tidak, saat ini dokter mata dapat melakukan tes buta warna menggunakan buku khusus. Buku tersebut dikenal dengan ‘Ishihara Test’, terdiri dari plat atau lembaran yang di dalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran.

Titik tersebut membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa, sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (halaman 3-4).

Dalam buku ‘Tes Buta Warna untuk Segala Tujuan’ disajikan 24 plat (piringan) yang diadaptasi dari ‘Tes Colour-Blindness Ishihara’. Masing-masing plat berisikan pola-pola tertentu yang tersembunyi. Bisa terdiri dari angka Arab atau lintasan (jalur) yang berawal dari satu ujung dan berakhir di ujung lain, atau tidak berpola.

Tes buta warna pada buku karya Dwi Sunar Prasetyono ini hanya sebagai alat deteksi sedini mungkin kecenderungan seseorang menyandang protan atau deutan, baik ringan maupun parah. 

Semoga terbitnya buku ini dapat membantu para pembaca mengenali orang-orang yang mengalami buta warna dan berusaha membantu mencarikan solusinya. Selamat membaca. 

Sam Edy Yuswanto