Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Martina Mulia Dewi
Novel Komet - Tere Liye. (Dok.Pribadi/martinamuliadewi)

Petualangan Raib, Seli, dan Ali masih terus berlanjut. Sepertinya disetiap liburan sekolah mereka selalu berpetualang ya. Atau justru mereka jarang sekali masuk sekolah. Hari-harinya selalu diisi dengan petualangan mengarungi berbagai klan tersembunyi di dunia paralel.

Setelah “musuh besar” berhasil lolos dari Penjara Bayangan di Bawah Bayangan, dunia paralel semakin terancam dan berada dalam situasi genting. Kekuatan Raib, Seli, dan Ali juga semakin terasah setelah mereka melalui berbagai rintangan di dunia paralel. Namun, kali ini petualangan justru lebih seru lagi. Ketika mereka bertiga selalu bersama, berbagai musuh berhasil mereka kalahkan. Sejatinya kekuatan yang mereka miliki adalah pengorbanan yang tulus, keberanian, dan kebaikan yang selalu menyelamatkan mereka dari marabahaya dan para musuh yang jahat. 

Informasi yang diperoleh si jenius Ali tentang Klan Komet ini sangatlah penting agar tidak didahului oleh si Tanpa Mahkota. Mereka bertiga bersama dengan Miss Selena, Av, dan perwakilan tiga klan akan menuju ke Kota Ilios untuk merapatkan hal ini. Pendaratan mereka di Klan Matahari disambut hangat di tengah riuh ramai festival bunga Matahari yang mekar pertama kali. Hal ini mengingatkan mereka tentang kompetisi yang pernah diikuti dulu. Ternyata inilah detik-detik puncak bunga matahari mekar pertama ditemukan. Siapa di antara para peserta yang berhasil menemukannya, dia bisa meminta apa saja. 

Detik-detik terakhir yang menegangkan, ternyata bunga matahari itu akan mekar di tengah Kota Ilios, tempat di mana banyak para penonton yang menyaksikan festival ini. Tiba-tiba saja di tengah Kota Ilios ini muncul si Tanpa Mahkota beserta Tamus dan para pengikut setianya. Mereka berusaha untuk memetik bunga matahari itu. Ambisi si Tanpa Mahkota untuk menemukan Klan Komet lah yang membuatnya begitu ingin mendapatkan bunga itu. Karena dari sini portal ke dunia paralel Klan Komet akan dibuka. 

Tak disangka ternyata kedatangan Raib, Seli, dan Ali di Klan Matahari untuk mencegah si Tanpa Mahkota menemukan Komet justru membawa ketiganya berpetualang lagi ke dunia paralel yang lebih aneh dan menyeramkan lagi. Saat si Tanpa Mahkota berhasil membuka portal, Ali, Seli, dan Raib juga ikut tersedot masuk ke dalam portal. Mereka mendarat di dunia yang asing. Dunia yang berbeda dari Klan-Klan yang lain. 

Di dunia paralel ini mereka bertiga bertemu dengan Paman Kay dan Bibi Nay, si nelayan yang berada di Pulau Hari Senin, dan juga Max si pelaut yang mereka selamatkan dari perompak. Di sini nama pulaunya unik, ada Pulau Hari Senin, Pulau Hari Selasa, dan seterusnya nama-nama hari. Di tempat ini petualangan seru mereka juga tak kalah menegangkan dari dunia klan yang lain. Menghadapi bintang laut raksasa, lalu burung pemakan hasil panen petani, gurita raksasa, bahkan para perompak.

Sebenarnya novel ini sangat menarik, memberikan gambaran dunia fantasi yang begitu seru dan sangat membangun imajinasi para pembaca. Ada beberapa bagian yang kadang mungkin terdengar membosankan karena cerita yang diulang dengan tokoh yang berbeda. Namun, tetap menarik dan mengundang penasaran hingga akhir cerita. Ada beberapa kejutan yang membuat alur ceritanya kembali menarik dan mengajak pembaca untuk terus menyelaminya. 

Apakah ketiga sahabat ini berhasil menyusul si Tanpa Mahkota untuk mencegahnya melakukan hal yang tidak diinginkan? Tentu saja untuk mencegah kehancuran di dunia paralel. Nyatanya ada kejutan menarik di akhir cerita pada novel kali ini. Orang kepercayaan ternyata bisa juga berkhianat. Ah sungguh ingin menamatkan lagi buku-buku yang lain. Tunggu ya spoiler berikutnya :)

Martina Mulia Dewi