Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Thomas Utomo
Kembara Kasih (Dokumentasi pribadi/ Thomas Utomo)

Novel Kembara Kasih ditulis secara keroyokan oleh enam orang kru majalah Annida. Dua bab awal dan tujuh bab akhir dianggit Helvy Tiana Rosa, sedangkan bab ketiga sampai delapan, disusun oleh Dian Yasmina Fajri, Ahmad Mabruri Mei Akbari, Ifa Avianty, Dewi Fitri Lestari, dan Inayati. 

Sebelum dicetak sebagai buku, novel ini dimuat sebagai cerita bersambung di majalah Annida, kurang lebih kurun dua tahun. 

Secara ringkas, novel setebal 192 halaman ini menceritakan peristiwa pembunuhan berantai terhadap keluarga Priambodo dan para koleganya. Dimulai dari Bram Priambodo, selaku ayah Dika (sang tokoh utama sekaligus pengkisah dalam novel) disusul Saraswati, istri siri Bram, dan seterusnya.

Mula-mula, Mama atau istri Bram yang dicurigai sebagai dalang pembunuhan beruntun. Dia sempat dijebloskan bui dan malah mengalami gangguan kejiwaan.

Tuding kesalahan sempat pula berpindah ke Leni, kekasih muda Bram. Namun, perguliran kisah, membuat Dika dan lingkaran terdekatnya meyakini bahwa Om Tarjo, adik sepupu Bram yang menjadi otak kejahatan. 

Benarkah? Ternyata tidak! Om Tarjo justru menjadi sasaran pembunuhan berikut! Disusul penculikan-penculikan adik Dika, sekretaris Bram, bahkan Dika sendiri akhirnya disekap. 

Lalu, siapakah otak pembunuhan berantai ini? Tentu, ulasan ini tidak akan menjawabkan. Akan lebih seru jika membacanya sendiri guna menemukan si biang kerok kejahatan.

Apa kelebihan novel ini? Pertama, para penulis terus mencambuk rasa penasaran penulis dengan alur yang serba susah ditebak. Ketegangan meningkat dengan matinya satu persatu tokoh, termasuk tokoh yang dianggap penjahat.

Kedua, kendati ditulis secara keroyokan, enam pengarang, satu sama lain dapat membangun cerita yang solid. Tone atau warna atau gaya penceritaan yang mereka lakukan juga senada. Kecuali jika sangat jeli, kita akan menemukan bahwa gaya penceritaan dan pilihan kata Helvy Tiana Rosa lebih kuat dari lima penulis lain.

Ketiga, di tengah terpaan kasus dan kabar buruk yang menimpa institusi Polri, novel ini barangkali dapat memberikan gambaran angin segar, betapa masih ada polisi yang bertanggung jawab dan kredibel dengan tugas-tugasnya.

Membaca novel remaja ini, seperti membaca novel thriller Agatha Christie, layaknya. Tapi dengan warna kearifan lokal Nusantara. Bacalah!

Thomas Utomo