Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | zahir zahir
Tank AMX-13 (Pixabay/WikimediaImages)

Di era modern ini peran tank sebagai salah satu alutsista andalan sebuah negara mulai makin dipertanyakan eksistensinya. Melihat dari beberapa konflik terakhir yang terjadi di dunia, tank bukan menjadi sebuah momok bagi pihak lawan dikarenakan kini sering menjadi sasaran empuk dari beragam rudal anti tank (Anti-Tank Guided Missile) yang bisa diluncurkan oleh infanteri atau ditembakkan dari udara. 

Padahal kurang lebih 100 hingga 50 tahun yang lalu keberadaan tank bisa menjadi momok paling menakutkan bagi pihak lawan karena kendaraan ini sangat susah dihancurkan, belum lagi daya hancur tank yang cukup merusak karena dilengkapi meriam dengan beragam kaliber yang tentunya menjadi salah satu faktor penggentar bagi pihak lawan dalam pertempuran.

Indonesia sendiri dalam sejarahnya pernah menggunakan beragam tank-tank yang cukup canggih di masanya. Dari beberapa tank yang pernah digunakan atau dimiliki oleh Tentara Nasional Republik Indonesia mungkin nama tank ringan AMX-13 dan tank amfibi PT-76 merupakan duet tank andalan yang menjadi kekuatan penggempur utama sejak masa orde lama.

1. Didatangkan untuk Mendukung Operasi Trikora

Ilustrasi Operasi Militer Trikora (Pexels/Pixabay)

Kedatangan tank ini berawal dari periode 1960-an dimana saat itu Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Belanda dalam merebut kembali Irian Jaya (kini Papua). Demi mendukung kampanye militer yang dikenal dengan nama “Operasi Trikora” tersebut, pihak TNI mendatangkan beragam alutsista unggulan terbaik dunia di masa itu. 

Untuk mendukung kekuatan daratnya, pihak TNI AD pada saat itu mendatangkan tank ringan AMX-13 dari Prancis yang sudah memiliki nama besar dalam beragam konflik dari periode 50-an.

Dilansir dari Historia.id, tank asal Prancis tersebut dibeli oleh pihak TNI sebanyak ratusan unit yang terdiri dari tank ringan AMX-13/75 yang dilengkapi dengan canon 75 militeter, APC AMX-VCI dan beberapa kendaraan recovery.

Dilansir dari Indomiliter.com, untuk mendukung operasi pendaratan pantai yang akan dilakukan oleh pihak mariner, TNI memiliki tank buatan Uni Soviet yakni tank amfibi PT-76.

Tank berjenis amfibi ini sejatinya merupakan tank intai dengan kemampuan berenang di air yang dilengkapi dengan meriam 76 milimeter sebagai senjata utamanya. Selain itu TNI juga  mendatangkan banyak APC berjenis BTR-50 yang merupakan varian angkut personil yang menggunakan chasis tank PT-76. 

Tank kebanggaan Uni Soviet tersebut meskipun tergolong tank dengan perlindungan ringan namun dipilih oleh pihak TNI karena kemampuan amfibinya yang cukup baik dan memungkinkn untuk mendukung operasi pendaratan pasukan.

2. Kenyang Pengalaman di Medan Tempur

Ilustrasi Medan Pertempuran (pexels/Art Guzman)

Meskipun Operasi Trikora tidak pernah terjadi dengan pertempuran di lapangan, namun hal ini bukan menjadi penghalang bagi duet tank andalan TNI tersebut untuk berlaga di medan pertempuran yang sebagian besar digunakan untuk menumpas gerakan separatis dan konflik-konflik di daerah dari medio 1960-an hingga menjelang masa reformasi. 

Bahkan untuk mendukung kekuatan angkatan darat, pihak TNI juga kembali mendatangkan beberapa tank AMX-13 di medio akhir 70 hingga awal 80-an.

Dilansir dari indomiliter.com, tank AMX-13 yang didatangkan yakni varian meriam kalimer 105 mm. Tank ini didatangkan dari Belanda dalam status bekas pakai yang dikenal dengan nama AMX-13/105.

Sedangkan untuk tank PT-76 karena pasca gerakan 65 Indonesia sedikit mengalami kemunduran hubungan dengan negara Uni Soviet, sehingga masih tetap mempertahankan tank-tank PT-76 yang didatangkan pada masa kampanye Trikora.

Tank-tank tersebut sempat merasakan beragam medan pertempuran di dalam negeri mulai dari “Operasi Seroja” di Timor-Timur hingga digunakan untuk menumpas Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang terjadi di Aceh dan sekitarnya.

3. Akan Diganti dengan Tank yang Lebih Modern

Ilustrasi Tank Modern (Unplash/Kevin Schmid)

Seperti lazimnya beragam alutsista di seluruh dunia yang mulai termakan usia pastinya akan selalu dilakukan modernisasi atau retrofit untuk memperpanjang masa pakai dan diharapkan mampu bersaing dengan tuntutan pertempuran modern.

Kedua tank AMX-13 dan PT-76 memang tidak dapat dipungkiri kian menua dan harus digantikan atau minimal dimodernisasi. Proses modernisasi kedua tank tersebut memang sudah dilakukan dengan menitikberatkan penggantian sistem mesin dan persenjataan yang lebih modern.

Namun tentunya pihak TNI juga mulai menggantikan armada tank-tank tersebut dengan alutsista yang lebih modern. Penggantian tank ringan AMX-13 sendiri dilakukan bertahap dengan mendatangkan tank intai Scorpion 90 mm dari Inggris dan pembelian Main Battle Tank Leopard 2 dari Jerman. 

Pihak TNI bersama PT Pindad juga mulai mencanangkan memproduksi tank secara mandiri bekerja sama dengan pihak Turki yang nantinya tank ini akan diberi nama Medium Tank Harimau Hitam. Rencananya tank menengah tersebut akan menggantikan tank ringan AMX-13.

Untuk divisi tank amfibi PT-76 sendiri mulai akan digantikan dengan alutsista yang lebih modern yakni BMP-3F dari Russia. Pihak TNI juga mulai menjajaki pembelian beberapa APC amfibi dan tank Amfibi lainnya dari berbagai negara seperti Turki dan Amerika Serikat guna menggantikan tank PT-76 yang kian menua.

zahir zahir