Kritik sastra adalah suatu bidang atau ilmu sastra yang mengkaji, menganalisis, menafsirkan dan menilai kelebihan serta kekurangan dari suatu karya sastra. Sejarah mempengaruhi adanya kritik sastra, biasanya pada masa itu karya sastra lebih dominan berhubungan dengan politik dan rakyat.
Karya sastra yang di dalamnya berisi politik menjadi sasaran empuk kritikus untuk mengkritik karya sastra tersebut. Namun, sebagai seorang kritikus harus ahli dan berpengatahuan luas tentang sastra serta unsur-unsur dalam karya sastra.
Menurut H.B. Jassin, kritik sastra adalah pertimbangan baik dan buruknya suatu hasil kesusastraan. Pertimbangan yang diungkapkan H.B. Jassin ini maksudnya adalah suatu kritik sastra harus disertai alasan dan berisi mengenai isi dan berbagai bentuk di dalam karya sastra.
Novel Tanah Surga Merah merupakan novel karya Arafat Nur, novel ini dinobatkan sebagai Pemenang Unggulan dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016.Novel ini menceritakan tentang konflik politik di Nangroe Aceh Darussalam (NAD).
Meski menjadikan gejolak politik lokal sebagai pokok cerita, naskah ini tidak terperangkap pada reportase jurnalistik. Novel ini menceritakan tentang seorang mantan tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pulang ke kampungnya dan memberontak pada para penguasa Aceh. Novel ini disampaikan dengan gaya reportase yang tidak kering, dan novel ini dengan sabar membangun setiap peristiwa dengan tema-tema yang politis.
Kelebihan dalam novel ini, meskipun latar belakang penulis novel ini yakni Arafat Nur bukan berasal dari politikus atau partai politik. Tetapi, penulis mampu menjelaskan serta menggambarkan dengan sangat jelas konflik politik yang ada di Aceh. Novel ini mengandung pesan moral dan Pendidikan yang mana novel ini menyinggung masyarakat Aceh terutama kaum muda di Aceh yang malas untuk membaca buku. Novel ini juga sangat membuat pembaca berimajinasi atau membayangkan suatu tempat bernama Klekklok dikarang oleh penulis seperti tempat yang benar-banar ada dan nyata. Unsur budaya juga melengkapi novel ini seperti ritual peusijuk (upacara adat masyarakat Aceh).
Tak banyak kekurangan yang ada dalam novel ini, ada alur yang menceritakan kisah cinta namun tidak begitu banyak dan hanya saja sedikit membingungkan di akhir cerita yang mana Murad sang tokoh utama dalam novel ini melarikan diri ke hutan bersama seorang wanita bernama Jemala, padahal di awal cerita Murad jatuh cinta dengan Nanda.
Novel ini sangat rekomendasi dan sangat cocok untuk kalian yang menyukai novel bergenre politik.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Like Mother, Like Daughter: Pencarian di Balik Hilangnya Ibu
-
Ulasan Novel Sleep Tight: Misteri Lama yang Bangkit di Kota Twisted Tree
-
Kritik terhadap Sistem Feodalisme, Ulasan Novel Gadis Pantai
-
Ulasan Novel If at First: Misteri Kelam Kehidupan Masyarakat Kelas Atas
-
Ketika Siswi Populer Ditemukan Meninggal dalam Novel They All Had A Reason
Ulasan
-
5 Rekomendasi Buku untuk Belajar Mindfulness ala Orang Jepang, Wajib Baca!
-
Ulasan Novel Like Mother, Like Daughter: Pencarian di Balik Hilangnya Ibu
-
Review Anime Sakamoto Days, Mantan Pembunuh Bayaran Jadi Bapak Rumah Tangga
-
Kisah Cinta Terlarang Membuka Pintu bagi Ekowisata Gunung Tangkuban Perahu
-
Gemes Banget! Romansa Sederhana Anak Sekolahan di Manga Futarijime Romantic
Terkini
-
Masuki Fase Krusial, Bagaimana Aturan Kelolosan Babak Grup Piala Asia U-17?
-
3 Pencapaian Indonesia yang Bisa Bikin Malu Korea Selatan di AFC U-17, Pernah Kepikiran?
-
Kang Daniel Terjebak dalam Hubungan Cinta yang Menyakitkan di Lagu 'Mess'
-
Masuk Daftar Top Skor AFC U-17, Evandra Florasta Terbantu Kelebihan Mental Reboundnya
-
Zahaby Gholy, Pembuka Keran Gol Timnas U-17 dan Aset Masa Depan Persija