Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku "Sebait Kisah dari Bengkulu" (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Menurut pengamatan saya, kemiskinan termasuk ke dalam persoalan serius di negeri ini. Kemiskinan dapat menjadi penyebab seseorang nekat melakukan beragam cara untuk mendapatkan uang atau harta benda. 

Kemiskinan mestinya menjadi perhatian pemerintah dan juga masyarakat luas. Khususnya mereka, orang-orang yang berkelebihan harta, agar berusaha membantu orang-orang yang dihimpit kemelearatan. 

Perihal kemiskinan, ada satu kisah mengharu-biru yang saya baca dalam buku kumpulan cerpen berjudul “Sebait Kisah dari Bengkulu”. Buku ini ditulis oleh para penulis yang beragam, seperti Milda Ini, Vanie Muslimah, Juniat Susanti, dkk.

Salah satu cerpen yang akan saya ulas di sini berjudul ‘Ubei Tajem’ karya Arina Ilmah. Cerpen ini mengisahkan tentang kehidupan keluarga miskin. Sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan dua anaknya, Aan dan Tika, yang masih kecil. Kondisi ibu saat itu sedang mengandung tujuh bulan, sementara si bapak berprofesi sebagai pencari sampah dengan menggunakan gerobak kayu.

Bisa dibayangkan, menghidupi dua anak dan istri yang dalam kondisi mengandung, tentu sangat berat. Terlebih suaminya hanyalah seorang pencari sampah dengan penghasilan tak seberapa. Bisa pulang membawa beras dan lauk saja sudah sangat bersyukur. Untung saja, sang istri adalah sosok yang sabar dan menerima kondisi suaminya yang miskin. Berikut ini penggalan sebagian kisahnya:

Kurebahkan badan ini tepat di sebelah istriku yang tengah mengandung. Kutatap wajah cantik istriku yang begitu sabar menemani hari-hariku yang penuh dengan kesederhanaan ini. Kesederhanaan atau kemiskinankah ini? 

Anak pertamaku yang seharusnya sudah masuk SD tahun lalu, karena tidak ada uang untuk membayar biaya masuk yang cukup mahal sehingga harus ditunda tahun depan, sampai aku punya rezeki yang cukup. 

Kubayangkan istriku yang kini memasuki usia 7 bulan kandungannya dan paling tidak 2 bulan lagi, tentu membutuhkan biaya untuk persalinan. Ah, semakin rumit rasanya hidup ini. 

Persoalan yang harus dihadapi oleh sang suami semakin rumit ketika gerobak sampah yang sudah reyot tersebut rusak parah. Dia sudah berusaha mencari pertolongan kepada orang-orang, meminta kayu bekas untuk memperbaiki gerobaknya. Tapi orang-orang enggan membantu, kecuali bila ia sanggup membeli kayu tersebut.

Akhirnya, sebuah ide buruk tebersit di benaknya. Ide untuk mencuri singkong milik tetangganya. Singkong tersebut rencananya untuk dimanfaatkan sebagai makanan untuk istri dan anaknya yang tengah kelaparan. Sayangnya, aksi nekatnya itu ketahuan dan dia pun babak belur dihajar massa. 

Kisah tragis perihal kehidupan keluarga miskin dalam cerpen ‘Ubei Tajem’ karya Arina Ilmah menyisakan perenungan bagi pembaca, bahwa kemiskinan adalah persoalan serius yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. 

Sam Edy Yuswanto