Mulanya saya membeli buku ini karena penasaran dengan judulnya: Di Balik Novel Tanpa Huruf R. Saya mengira buku ini berjudul Novel Tanpa Huruf R, yang artinya ini merupakan buku novel yang di dalamnya sama sekali tidak ada huruf R atau penulisnya memilih tanpa mencantumkan huruf R. Penasaran saya membuncah kepada pertanyaan, bagaimana proses kreatif penulis memilih cara menulis dengan sedemikian rumit ini, karena harus memilih kata yang tidak bermuatan huruf R.
Ternyata dugaan saya salah. Saya kurang teliti sehingga tidak kelihatan pada kalimat di awal judul, yaitu Di Balik. Nyatanya novel ini bukanlah novel yang di dalamnya tanpa huruf R, tetapi merupakan buku jurnalisme sastra, pencatatan proses pembuatan film yang berjudul Novel Tanpa Huruf R.
Buku ini banyak bercerita tentang proses produksi film Novel Tanpa Huruf R. Sebenarnya tidak hanya proses produksi yang diceritakan, tetapi sejak proses awal film ini didesain sampai didistribusikan, diputar di jaringan bioskop, road show ke kampus-kampus, dan kantung-kantung budaya di berbagai kota.
Maka dari itu, buku ini berisi tentang liputan film buatan Aria Kusumadewa. Menurut penulis buku ini, Muhlis Suhaeri, ia terpanggil menulis proses penggarapan film ini sebab ia melihat film Novel Tanpa Huruf R, ibarat melihat dunia realitas yang biasa kita hadapi. Dunia keseharian yang sedang bergerak dan terus berputar. Tema yang diangkat adalah dunia yang berada di sekitarnya. Pencarian ruang hidup.
Karakter tokoh pada film ini juga kuat. Karakter tokoh yang berjalan sendiri dan setiap tokoh tidak saling berhubungan. Uniknya, setiap tokoh yang terdapat pada film ini merupakan teman-teman dekatnya. Dengan begitu, pemain yang ada di dalam film ini biasanya orang-orang yang ada di sekitar kehidupannya. Bergaul dan dekat dengannya.
Artinya, jika Aria Kusumadewa mengetahui karakter dan watak pemainnya, ia akan lebih mudah untuk mengarahkan pemain itu sesuai dengan karakter yang ia mau dalam filmnya. Aria lebih suka membuat film yang dekat dengan kehidupannya.
Dengan cara seperti itu, ia akan lebih mudah untuk membuat film. Realitas yang ia lihat, ia rasakan, kemudian ia endapkan dalam pikiran dan jiwanya. Hasil pengendapan itulah yang menjadi ide dan dasar dari filmnya. Lalu, ia menuangkannya dalam bahasa gambar, yaitu film.
Demikian ulasan dari buku Di Balik Novel Tanpa Huruf R. Semoga bermanfaat dan menghibur.
Baca Juga
-
Tecno Megapad 11 Baru Rilis di Indonesia, Tablet Rp 2 Jutaan dengan Performa Handal
-
Infinix XPad 20 Resmi Rilis 12 Juni 2025, Tablet Cerdas dengan Beragam Fitur AI
-
Realme Kenalkan GT 10000 mAh, HP Rasa Power Bank yang Tetap Nyaman dalam Genggaman
-
Poco F7 Siap Meluncur Juni 2025, Usung Snapdragon 8s Gen 4 dan Harga Rp 5 Jutaan
-
Vivo Y300c Rilis dengan Harga Ramah Kantong, Layar AMOLED 120Hz dan Baterai 6500 mAh
Artikel Terkait
-
Ulasan The Royal Treatment, Mena Massoud Kembali Jadi Pangeran
-
Kisah Tragis Keluarga Miskin dalam Buku Sebait Kisah dari Bengkulu
-
Ulasan Film 'The Babysitter', Cerita Si Pengasuh dan Sekte Pemuja Iblis
-
Bantu Misi Kemanusiaan untuk Ukraina, Rolls-Royce Milik Freddie Mercury Masuk Balai Lelang
-
Capai Lebih dari 267 Ribu Penonton di Hari Ke-3, Ini Sinopsis Film Inang
Ulasan
-
Suncity Waterpark Madiun, HTM Terjangkau Cocok Buat Liburan Keluarga
-
5 Rekomendasi Buku dari Lima Negara Berbeda, Jalan-jalan Lewat Bacaan!
-
Goa Lalay, Pesona Area Tambang yang Disulap Jadi Tempat Wisata Kekinian
-
Menelusuri Makna Sindiran Halus Lewat Lagu Billie Eilish Bertajuk Bad Guy
-
Taman Wisata Lembah Wilis, Rasakan Sensasi Berenang dengan View Alam yang Cantik
Terkini
-
6 Rekomendasi Drama Thailand Paling Hits tentang Dunia Medis, Penuh Tensi!
-
Tatap Piala Dunia U-17 2025, Ini Rencana PSSI untuk Timnas Indonesia U-17
-
2 Cara agar Browser Bisa Refresh Otomatis Tanpa Capek Klik-Klik Lagi
-
Anti Ribet, Ini 4 Gaya Smart Casual ala Doyoung NCT yang Bisa Disontek
-
7 Rekomendasi Film Garapan Sutradara Wes Anderson, Penuh Warna dan Keunikan