Selain helikopter Hiller 360 yang merupakan helikopter ringan dan helikopter pertama yang dioperasikan oleh TNI sejak masa orde lama, ada sebuah helikopter ringan lain yang mungkin nyaris terlupakan oleh kesejarahan dirgantara Indonesia pada saat ini.
Helikopter ini dikenal dengan nama Mil Mi-1. Helikopter berukuran kecil ini pernah memperkuat kavaleri udara TNI pada dekade 60-an. Tentunya saat itu memang kekuatan udara Indonesia merupakan yang terkuat di belahan bumi selatan.
Namun, helikopter ini seakan-akan nyaris terlupakan seiring dengan berjalannya waktu. Padahal helikopter ini juga memiliki peran yang cukup krusial saat itu sebagai pencetak pilot-pilot helikopter TNI pada masa tersebut. Seperti apakah rekam jejak helikopter ini? Simak ulasan ringkasnya berikut ini.
BACA JUGA: Sejarah Hari Ini: Rekam Jejak Mil Mi-6, Helikopter Raksasa yang Pernah Dioperasikan oleh TNI
1. Mengoperasikan Versi Buatan Polandia
Pada masa perang dingin, terjadi perlombaan terhadap hegemoni ideologi yang tentunya membuat perlombaan persenjataan menjadi salah satu tolak ukur tersebut antara blok barat dan blok timur.
Hal ini menyebabkan banyak negara-negara kedua belah pihak yang saling memproduksi persenjataannya baik melalui program pengembangan atau lisensi, hal inilah yang dilakukan oleh salah satu negara Pakta Warsawa saat itu, yakni Polandia. Salah satu alutsista yang diproduksi lisensi oleh Polandia adalah Helikopter Mil Mi-1.
Helikopter Mil Mi-1 yang sejatinya adalah buatan pabrikan Mil Moscow Helicopter Plant di Uni Soviet kemudian memberikan ijin produksi lisensi kepada Polandia melalui pabrikan WSK PZL-widnik.
Dilansir dari wikipedia.com, helikopter hasil produksi lisensi tersebut dikenal dengan nama SM-1 yang kemudian melahirkan beragam varian lain yang disesuaikan dengan beragam misi. SM-1 ini juga menghasilkan versi peningkatan yang dikenal dengan nama SM-2.
Dilansir dari situs tni.au.mil.id, helikopter Mil Mi-1 versi buatan Polandia inilah yang kemudian dibeli oleh TNI dan juga dipergunakan untuk mendukung kampanye operasi Trikora pada dekade awal 60-an.
Helikopter ini dibeli sebanyak 8 unit yang mulai datang pada tahun 1958-1959. Pembelian helikopter ini juga menjadi bukti kedekatan pemerintah Indonesia kala itu dengan negara-negara blok timur.
2. Helikopter Ringan dengan Beragam Fungsi
Helikopter Mil Mi-1 atau yang di Indonesia dikenal dengan nama SM-1 sejatinya merupakan helikopter ringan serbaguna atau utility Helicopter. Dilansir dari wikipedia.com, Helikopter dengan ukuran panjang 12.09 meter ini diawaki oleh seorang pilot dan dapat mengangkut 2 orang atau kargo seberat 255 kg.
Helikopter ini ditenagai oleh sebuah mesin Ivchenko AI-26V yang mampu membuat helikopter ini terbang dengan kecepatan sekiar 185 km/jam, serta radius operasinya sekitar 430 km. Helikopter ini mampu mencapai ketinggian sekitar 3.500 meter dengan muatan standar.
BACA JUGA: Sejarah Hari Ini: Rekam Jejak Hiller 360, Helikopter Pertama yang Dioperasikan oleh TNI
3. Digunakan sebagai Helikopter Latih oleh TNI
Saat dioperasikan oleh TNI atau AURI, helikopter ini digunakan sebagai helikopter latih yang merangkap sebagai helikopter serbaguna yang pada umumnya digunakan sebagai helikopter angkut khusus.
Dilansir dari indomiliter.com, helikopter Mil Mi-1 atau SM-1 ini sangat jarang digunakan untuk mendukung operasi militer, helikopter ini lebih sering digunakan sebagai helikopter latih bagi para pilot yang nantinya akan mengawaki helikopter Mil Mi-4 atau Mil Mi-6.
Helikopter yang memiliki kode NATO sebagai “Hare” ini juga beberapa kali terlibat dalam misi penyelamatan dan misi SAR yang terjadi pada kurun waktu 1965-1970.
Helikopter ini kemudian mulai dipensiunkan secara bertahap pada akhir dekade 60-an karena kesulitan suku cadang. Tercatat pada awal dekade 70-an helikopter ini telah resmi dipensiunkan. Kini helikopter tersebut beberapa telah diubah menjadi monumen dan beberapa menjadi koleksi di museum.
Baca Juga
-
Kembali Bertemu Vietnam, Ini Peluang Indonesia Lolos Fase Grup AFF Cup 2024
-
Taklukkan Malaysia 0-1, Timnas Putri Indonesia Lolos Semifinal AFF Cup 2024
-
Dipanggil STY ke AFF Cup 2024, Pratama Arhan Belum Pasti Jadi Pemain Inti?
-
AFF Cup 2024: Jadi Ajang Pembuktian Bagi Seorang Asnawi Mangkualam?
-
PSSI Fokus Naturalisasi Ole Romeny, Proses Mauro Ziljstra Akan Ditunda?
Artikel Terkait
-
TNI Diminta Ikut Berantas Judol, Begini Kata Menhan Sjafrie Gubris Usulan DPR
-
Menhan Sjafrie Soroti Nasib Prajurit TNI di Daerah Konflik, Apa Katanya?
-
Pilkada Serentak 27 November Dijaga Ratusan Ribu Prajurit TNI, Panglima juga Siapkan Pesawat Hercules hingga Super Puma
-
Panglima TNI Tegaskan Netral di Pilkada 2024 Meski Puluhan Prajurit Terdaftar Jadi Cakada
-
Rapat Perdana di DPR, Sjafrie Sjamsoeddin Janji Lanjutkan Program Prabowo di Kemenhan, Apa Saja?
Ulasan
-
Mengulik Dinamika Persahabatan Dewasa dalam Novel 'Museum Teman Baik'
-
6 Kisah Epik yang Penuh Makna dalam Film 'The Ballad of Buster Scruggs'
-
Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu, Kisah Asrul dan Zenna dalam Meraih Impian
-
Melihat Peran Ibu dari Sisi Lain Melalui Buku 'Sudahkah Mengenal Ibu?'
-
Review Film Retribution, Ketegangan Teror Bom di Jok Mobil
Terkini
-
Sinopsis Cells at Work, Film Jepang Dibintangi Mei Nagano dan Takero Satoh
-
Nikmati Atmosfer Gila Bola di Indonesia, Ragnar Oratmangoen Ungkap Mimpinya
-
Spoiler Family by Choice Eps 15, Hubungan Rahasia Hwang In Youp Terungkap!
-
Ada Marc Marquez dan Pecco Bagnaia, Petinggi Ducati Lihat Masa Depan Cerah
-
Lawan atau Kawan? Cara Menjinakkan Skripsi Tanpa Terlalu Banyak Berpikir