Tumbuh dalam keluarga yang harmonis dengan hadirnya sosok ibu dan ayah tentu akan membawa pengaruh besar bagi anak. Anak yang tumbuh di tengah keluarga yang memberinya kasih sayang yang cukup tentu akan tumbuh sebagai orang yang punya simpati dan karakter yang baik.
Namun, kehadiran ayah dan ibu dalam pertumbuhan anak tidak cukup hanya memberi kasih sayang. Dalam novel Life Begins With Spices karya Luna Torashyngu ini digambarkan sosok Kenzo yang kehilangan ayahnya saat berusia empat belas tahun.
Ia dibesarkan ibunya yang sibuk mengurus catering. Kenzo menjadi remaja yang punya karakter kurang baik. Ia tergolong biang kerok di sekolahnya. Pergaulannya tidak terkontrol bahkan ia nekat menjadi pengedar narkoba demi membantu ibunya melunasi hutang mereka yang tidak sedikit.
BACA JUGA: Dikabarkan Sudah Jadian, Ayu Ting Ting dan Boy William Ditanya Warganet soal Restu Ayah Ojak
Dari novel ini, terlihat bahwa sekadar memberi dukungan pada anak untuk tetap belajar dan tidak perlu memikirkan masalah yang ditanggung orang tua tidak lantas membuat anak merasa tenang. Remaja seperti Kenzo dalam novel ini tentu sudah bisa menilai situasi.
Pendampingan yang lebih ekstra harus diberikan padanya terlebih setelah ayahnya meninggal. Sosok yang menjadi firguran bagi seorang anak laki-laki.
Secara keseluruhan aku suka novel ini. Dialognya ringan dan narasi yang disuguhkan juga tidak menimbulkan kebosanan meski beberapa paragraf cukup panjang.
Ide cerita bukan sesuatu yang baru karena tidak jauh dari konflik cinta ala anak remaja. Tapi, sedikit mengejutkan saat membaca bagian akhir karena ternyata kisah mereka berakhir beberapa tahun setelah mereka lulus sekolah. Karena novel ini bergenre fiksi remaja, awalnya aku mengira akan berakhir saat mereka masih sekolah.
BACA JUGA: Paula Verhoeven Patah Hati Gara-Gara Song Joong Ki Nikah: Padahal Kenal Juga Engga
Aku suka keunikan tokoh Kenzo yang jago membuat sambal. Unik karena beda dari tokoh bad boy ala fiksi remaja di luaran sana yang terkesan berandalan dan tidak punya sisi positif sama sekali.
Aku juga suka tokoh Alya yang gak menye-menye. Dia tegas dalam mengambil keputusan. Termasuk saat mengundurkan diri dari OSIS. Untuk kamu yang suka fiksi remaja, novel ini aku rekomendasikan buat kamu. Isinya ringan sehingga bisa dibaca sekali duduk.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Tuai Hujatan Karena Menang MCI, Pantaskah Belinda Diperlakukan Demikian?
-
Ulasan Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Kental dengan Nilai Sejarah dan Pengabdian
-
Ulasan Novel Rooftop Buddies, Pengidap Kanker yang Nyaris Bunuh Diri
-
Berkaca pada Kasus Bunuh Diri di Pekalongan, Dampak Buruk Gadget bagi Anak
-
Ulasan Novel Mata di Tanah Melus, Petualangan Ekstrem di Negeri Timur
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Yakin Nikah: Sederhana, tapi Bikin Betah Nonton
-
Rumah Tangga: Mengintip Kehangatan dan Kejujuran di Balik Pintu Keluarga
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
Terkini
-
AXIS Nation Cup 2025: Membangun Karier dan Semangat Atlet Muda Indonesia
-
Angkat Kisah Balas Dendam, Film Scarlet Garapan Mamoru Hosoda Rilis Trailer
-
Erick Thohir, STY dan Timnas Indonesia yang Menjadi Inter Milan Jilid Kedua
-
Penuh Haru! Kenny Austin Ungkap Alasan Terdalam Menikahi Amanda Manopo
-
Ronde Keempat, Timnas Indonesia dan Patrick Kluivert yang seperti Lupa Cara untuk Menang