Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | zahir zahir
Ilustrasi Kapal Selam Scorpene-class milik Malaysia (wikipedia/mak hook seok)

Tahun 2022 lalu Menteri Pertahanan Indonesia menandatangani kesepakatan dengan pihak Naval Group dari Prancis untuk pembelian 2 unit kapal selam diesel elektrik Scorpene-class. Melansir dari situs Indomiliter, Indonesia berminat untuk membeli 2 unit kapal selam buatan pabrikan Prancis tersebut guna melengkapi armada kapal selamnya yang saat ini berjumlah 4 unit yang terdiri dari 1 unit kapal selam Type 209 dan 3 unit kapal selam Nagapasa-class yang merupakan varian dari Changbogo-class dari Korea Selatan.

Rencana pembelian 2 unit kapal selam Scorpene-class dari Prancis tersebut nantinya juga akan melibatkan skema alih teknologi atau transfer of technology (TOT) dari pihak Naval Group ke PT PAL. Kapal selam Scorpene-class dianggap merupakan salah satu kapal selam dengan teknologi paling mutakhir saat ini. Kapal selam tersebut dianggap sebagai salah satu kapal selam tercanggih di kelasnya.

Dikembangkan Sejak Dekade 1990-an

Ilustrasi Kapal Selam Scorpene-class (Kalvari-class) sedang berlayar (wikipedia/Indian Navy)

Kapal selam Scorpene-clas mulai dikembangkan oleh pihak Naval Group dari Prancis sejak dekade 1990-an. Kapal selam ini diproyeksikan sebagai penerus kapal selam Agosta-class yang muncul sejak dekade 1970-an. Uniknya Angkatan Laut Prancis tidak menggunakan kapal selam Scorpene-class saat ini dalam armada kapal selamnya. Kapal selam ini digunakan oleh 4 negara, yakni Malaysia, India, Brazil dan juga Chile yang saat ini total keseluruhan kapal selam yang dioperasikan sebanyak 12 unit.

Kapal sela mini memang diproyeksikan untuk pangsa pasar ekspor ke beberapa negara. Saat ini pengguna terbanyak kapal selam Scorpene-class merupakan India dengan total 5 unit yang mulai beroperasi sejak 2017 silam dan 1 unit barus sedang dalam pembangunan.

Di India, kapal selam ini dikenal dengan nama Kalvari-class. Negara tetangga kita yakni Malaysia telah mengoperasikan 2 unit kapal selam Scorpene-class tersebut sejak tahun 2009 silam. Apabila Indonesia menyetujui pembelian 2 unit kapal selam tersebut tentunya TNI-AL akan menjadi pengguna kedua di kawasan Asia Tenggara.

BACA JUGA: Agar Tak Sia-Sia, Hindari 3 Hal yang Dapat Merusak Pahala Puasa

Mampu Menembakkan Rudal Anti-kapal

Ilustrasi Rudal Exocet (wikipedia/muiemax)

Kapal selam Scorpene-class memiliki kemampuan yang bisa dibilang cukup mumpuni untuk peperangan bawah air maupun di permukaan air. Kapal selam yang ditenagai mesin diesel-eletric tersebut mampu melaju dengan kecepatan 12 knot atau 22 km/jam dipermukaan air dan 20 knot atau sekitar 37 km/jam di bawah air. Kapal selam ini diawaki sekitar 31 awak dan mampu menyelam hingga kedalaman sekitar 350 meter di bawah permukaan laut.

Kapal selam yang memiliki daya tahan menyelam sekitarr 40-50 hari tersebut memiliki beberapa sistem persenjataan yang cukup mutakhir dikelasnya. Persenjataan utama kapal selam ini adala 6 unit tabung torpedo kaliber 533 mm dan mampu membawa sekitar 18 unit torpedo.

Kemungkinan apabila dibeli oleh Indonesia, kapal selam yang akan dioperasikan oleh TNI-AL tersebut akan dimuat sistem torpedo Black Shark buatan Italia yang telah diproduksi secara lisensi oleh Indonesia. Selain itu, yang menjadi keunggulan kapal selam ini yakni mampu menembakkan tabung peluncur yang berisikan rudal anti-kapal. Kemungkinan rudal anti-kapal yang akan digunakan Indonesia adalah SM-39 Exocet.

BACA JUGA: 5 Fakta Estonia, Negara yang Punya Kualitas Udara Terbersih di Dunia

Kapal Selam Indonesia Direncanakan Menggunakan Sistem Terbaru

Ilustrasi Kapal Selam Scorpene-class dan awaknya (wikipedia/plein)

Salah satu faktor yang mungkin menjadi daya tarik dari rencana akusisi kapal selam Scorpene-class tersebut yakni tawaran Naval Group kepada TNI-AL sebagai pengguna pertama sistem AIP (Air-independent propulsion). Sistem ini diketahui belum terpasang di kapal selam Scorpene-class maupun turunannya yang dioperasikan oleh negara lain. Pihak Naval Group sendiri juga sedang mengembangkan sistem propulsi tersebut dan memberikan kesempatan Indonesia sebagai negara pertama yang menggunakan produk mereka.

Sistem AIP sendiri memungkinkan kapal selam mampu menyelam dengan durasi lebih lama dari batas waktu maksimal. Hal ini membuat daya tahan normal kapal ini yang hanya sekitar 40-50 hari menjadi lebih dari batas waktu tersebut. Namun, tentunya Indonesia harus bersabar dalam menggunakan sistem propulsi tersebut karena perkiraan pembangunan 2 unit kapal selam tersebut akan memakan waktu sekitar 6 tahun setelah kontrak aktif berjalan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

zahir zahir