Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | zahir zahir
Ilustrasi Helikopter Aerospatiale Alouette III (wikipedia/mark mcjohnson)

Pada masa dekade 70-an Puspenerbad TNI-AD melakukan beberapa pembelian alutsista baru guna menggantikan beberapa alutsista buatan Uni Soviet dan blok timur yang digrounded pasca renggangnya hubungan geopolitik Indonesia dengan negara-negara blok timur akibat peristiwa 65.

Kala itu Puspenerbad TNI-AD masih mengoperasikan beberapa unit helikopter buatan Uni Soviet dari keluarga Mil seperti Mil Mi-1, Mil Mi-4 dan Mil Mi-6.

Kemudian setelah berubah haluan geopolitik dan lebih condong ke blok barat, beberapa alutsista dengan nuansa khas blok timur mulai ditinggalkan oleh TNI.

Pada masa ini, pihak TNI mulai melakukan beberapa pembelian alutsista baik bekas maupun baru. Salah satu alutsista baru yang dibeli oleh TNI dan kemudian digunakan oleh pihak Puspenerbad (Pusat Penerbangan Angkatan Darat) adalah Aerospatiale Alouette III.

Dibeli Langsung dari Prancis

Ilustrasi Helikopter Alouette III milik Afrika Selatan (wikipedia/tony njomblene)

Helikopter buatan pabrikan Aerospatiale dari Prancis dibeli oleh Indonesia sejak tahun 1969 dan datang di tahun yang sama. Melansir dari situs indomiliter.com, saat itu pihak TNI-AD mendapatkan 7 unit helikopter Alouette III.

Di tahun 1975, TNI-AD kembali menerima 1 unit helikopter Alouette III sebagai sarana bantu dalam menjalankan misi saat operasi Seroja di Timor Timur kala itu.

Helikopter ringan multifungsi tersebut menjadi salah satu kekuatan TNI dalam melakukan beberapa misi, khususnya saat menjalankan misi pengamanan di Timor Timur pada dekade 1970-an hingga 1980-an.

Helikopter ini dapat dikatakan cukup kenyang pengalaman di medan konflik dalam negeri di Indonesia. pada saat baru datang di tahun 1969, helikopter ini langsung diterjunkan sebagai bantuan saat menumpas gerakan separatis di Kalimantan.

Helikopter ini saat itu berperan sebagai helikopter angkut personil dan logistik serta digunakan pula sebagai helikopter angkut medis.

Kiprah terbaik dari helikopter buatan Prancis ini yakni saat menjalankan misi di Timor Timur sebagai bagian pengamanan operasi Seroja di tahun 1975.

Helikopter ini juga tercatat pernah diterjunkan saat misi penumpasan GAM di Aceh dan beberapa misi patroli di kawasan pulau Sumatera.

Helikopter Ringan Tanpa Senjata

Bagian Kokpit Helikopter Alouette III (wikipedia/france air service)

Helikopter Alouette III saat datang ke Indonesia memang tidak dilengkapi oleh senjata bawaan untuk pertahanan. Varian yang dibeli oleh Indonesia kala itu merupakan varian SA 316B yang merupakan salah satu varian tercanggih dari keluarga Alouette III.

Dikarenakan tidak memiliki senjata bawaan, praktis personil yang berada di dalam helikopter ini harus menembak menggunakan senapan serbu yang dibawa apabila sedang merasa terdesak.

Hal inilah yang membuat helikopter ini dalam misinya dikawal oleh helikopter lain seperti NBO-105 yang dilengkapi senapan mesin 7.62 mm di sisi jendela (door-gun).

TNI juga diketahui sempat pula mengoperasikan helikopter Alouette II yang merupakan senior dari Alouette III pada dekade 1980-an. Saat itu pihak TNI mendapatkan hibah dari maskapai Pelita Air sebanyak 2 unit helikopter Aerospatiale Alouette II.

Melansir dari wikipedia.com, helikopter Alouette III ditenagai oleh sebuah mesin Turbomeca Artouste IIIB turboshaft yang mampu membuat helikopter ini terbang dengan kecepatan maksimal 210 km/jam dan mampu mencapai jarak jelajah sekitar 500 km.

Helikopter dengan desain cukup klasik ini dioperasikan oleh 2 orang pilot dan mampu membawa 4-5 orang penumpang atau beban sekitar 1.000 kg.

Saat ini beberapa unit helikopter Aerispatiale Alouette III diketahui masih dioperasikan oleh TNI-AD. Akan tetapi, beberapa unitnya telah dipensiunkan dan menjadi monumen di beberapa tempat.

zahir zahir