Buku karya Gus Mus, panggilan akrab KH. A. Mustofa Bisri ini berisi kumpulan esai beragam tema yang sangat bermakna dan penting dijadikan sebagai evaluasi atau permenungan bagi setiap orang.
Salah satu esai menarik yang layak disimak dalam buku ini berjudul “Tidak Mau Dihina Maka Jangan Menghina”. Menurut Gus Mus apabila kita senang diperlakukan dengan baik, kita pun harus senang bila saudara kita diperlakukan dengan baik. Apabila kita senang jika tidak diganggu, kita pun harus senang bila saudara kita tidak diganggu. Demikian seterusnya.
Bukanlah mukmin yang baik orang yang senang dihormati tapi tidak mau menghormati saudaranya dan tidak senang bila saudaranya dihormati. Bila pengertiannya dibalik. Bukanlah mukmin yang baik orang yang tidak suka dihina, tetapi suka menghina saudaranya dan suka bila saudaranya dihina (hlm. 21).
Esai lain karya Gus Mus yang penting direnungi berjudul “Disakiti, Lebih Baik Bersabar”. Dalam esai ini Gus Mus menekankan bahwa lebih baik bersabar ketika disakiti oleh orang lain. Beliau mengatakan, apabila disakiti, membalas pun harus sama, tidak berlebih. Namun, apabila bersabar, justru lebih baik (baca Quran 16: 125-126).
Sebagai seorang muslim, kita harus selalu berusaha meneladani Rasulullah Saw. yang memiliki perangai yang sangat terpuji. Beliau selalu berusaha bersikap baik terhadap siapa saja. Bahkan terhadap orang yang menyakitinya pun beliau berusaha menyikapinya dengan bijaksana.
Rasulullah Saw., seperti dicatat sejarah, adalah pribadi teladan yang benar-benar lemah lembut, penuh kasih sayang, pemurah, dan penuh perhatian. Beliau tidak hanya menebar cahaya kebenaran, tetapi juga menabur kasih sayang dan menyebar kedamaian (hlm. 29).
Esai karya Gus Mus yang berjudul “Gaya, Cara Hidup, dan Cinta Berlebihan” juga penting disimak. Menurut Gus Mus, sikap adil tak mungkin diharapkan dari mereka yang mencintai diri sendiri dan dunia secara berlebihan. Kecintaan kepada diri sendiri dan dunia boleh jadi sudah ada pada diri manusia sejak lahir. Namun, dalam diri manusia juga dibekali akal budi dan nurani sejak lahir. Gaya dan cara hidup manusialah yang kemudian menyeret kecintaan itu menjadi berlebihan (hlm. 177).
Saya sangat berharap, buku “Membuka Pintu Langit; Momentum Mengevaluasi Perilaku” karya Gus Mus yang diterbitkan oleh Kompas (2011) ini bisa menjadi bahan renungan yang sangat berharga bagi setiap muslim atau siapa saja yang sedang berjuang menjadi pribadi yang lebih baik.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
-
Ulasan Buku Sabar tanpa Batas, Memaknai Hidup dengan Bijaksana
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku High Value Woman: Menjadi Perempuan Berprinsip dan Percaya Diri
-
Ulasan Buku Seri Mengenal Emosi: Malu, Mengajarkan Anak Mengatasi Rasa Malu
-
Ulasan Buku Badu dan Kue Pesanan: Membangun Rasa Percaya Diri Sejak Dini
-
Buku Bertajuk Kesombongan Jerapah: Perilaku Congkak yang Membawa Celaka
-
Ulasan Buku 'Cempala Kuneng Tinggal di Istana': Kasih Ibu Sepanjang Masa
Ulasan
-
Ulasan Novel Seribu Wajah Ayah: Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Ayah
-
Ulasan Buku Gaga dan Ruri: Ajari Anak agar Tidak Mengambil Milik Orang Lain
-
Mengulik Misteri Denah Rumah Tak Lazim Lewat Buku Teka-Teki Rumah Aneh
-
Ulasan Novel Waktu Aku Dilayoff: Kisah saat Menghadapi Kehilangan Pekerjaan
-
Ulasan Novel Home Sweet Loan:Impian di Tengah Tantangan Finansial
Terkini
-
Sinopsis Film The Sabarmati Report, Kisah Dua Jurnalis Mengungkap Kebenaran
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
Melihat Jadwal Tur Linkin Park, Jakarta Satu-satunya Kota di Asia Tenggara
-
Wajib Beli! Ini 3 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Banyak Pilihan Shade
-
3 Rekomendasi Drama China yang Dibintangi Cheng Yi, Terbaru Ada Deep Lurk