Setiap anak yang terlahir ke dunia ini pasti membutuhkan kehadiran kedua orang tuanya. Ayah dan ibulah yang akan merawat, mendidik, dan membesarkannya hingga kelak menjadikannya berbakti kepada mereka berdua.
Namun, realitas memaparkan, tak semua anak mendapatkan kasih-sayang dari orang tuanya karena, misalnya, orang tuanya meninggal dunia saat si anak masih kecil, atau akibat perceraian. Yang lebih tragis adalah: ketika ada orang yang belum siap hamil dan memiliki anak, lalu setelah anak tersebut lahir, ia ditelantarkan olehnya.
Bicara tentang anak yang masih sangat merindukan dan butuh kasih sayang orang tua, ada sebuah kisah menarik yang bisa kita simak dalam buku kumpulan cerpen berjudul ‘La Rangku’ karya Niduparlas Erlang.
Buku yang diterbitkan oleh Selasar Publishing (Surabaya, 2011) ini pernah menjadi pemenang dalam Festival Seni Surabaya (FSSI) tahun 2011 silam. ‘La Rangku’ adalah salah satu cerpen dalam buku ini yang bercerita tentang Wadi, bocah laki-laki yang harus kehilangan sosok ibu kandungnya.
Kepada bapak, Wadi menanyakan ke mana sebenarnya ibunya. Dan seperti dikatakan bapak, setiap kali ia bertanya di mana ibu, atau mengigau dalam demam, maka bapak akan menjawab dengan senyuman yang terkesan agak dipaksakan (mungkin menahan nyeri) bahwa ibunya kini berumah di surga.
“Kenapa ibu punya rumah di surga, Pak? Kenapa ibu tidak serumah saja dengan kita?” tanya Wadi sengau pada suatu malam. Lalu, bapak pun bercerita tentang surga, tentang taman bunga, tentang rumah megah yang di bawahnya mengalir sungai madu, sungai susu, sungai air mineral, tentang kemudahan-kemudahan dan kenikmatan-kenikmatan, tentang segala fasilitas yang tersedia dan kesemuanya cuma-cuma. Tentang segala yang diangankan begitu memesona.
Kisah Wadi yang kehilangan ibu kandungnya, dapat menjadi bahan renungan bagi kita, bahwa butuh waktu lama untuk memahamkan seorang bocah yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh orang tuanya. Juga, dibutuhkan kesabaran serta kasih sayang dalam merawat dan membesarkan seorang anak.
Cerpen lain yang layak disimak dalam buku ini berjudul ‘Api Terus Menggelora dalam Matanya’. Berkisah tentang Teja, pemuda yang menderita ayan dan memiliki kisah hidup yang begitu kelam semasa kecil. Kisah yang membuatnya trauma. Jadi, saat ia masih kecil, kakeknya dibunuh dengan sadis oleh orang-orang yang tak berperikemanusiaan.
Kisah Teja meninggalkan pesan berharga bagi saya, bahwa butuh waktu tak sebentar untuk memulihkan diri dari trauma masa silam yang begitu kelam. Butuh pendampingan orang-orang terdekat kita, yang akan membantu memulihkan trauma yang kita alami.
Cerpen-cerpen lainnya bisa disimak langsung dalam buku karya penulis kelahiran Serang, 11 Oktober 1986 ini. Semoga ulasan ini bermanfaat.
Baca Juga
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
Artikel Terkait
-
Politisi PDIP: Dukungan Anak Abah dan Ahokers Untuk Pram-Rano Bikin Demokrasi Sejuk
-
Siapa Orang Tua Farhat Abbas? Pengacara Agus Salim Punya Latar Belakang Bukan Keluarga Abal-abal
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?