Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy
Ilustrasi Buku ‘Bahagia, Berbagi dalam Keberagaman’. (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Buku yang sangat bagus. Itulah komentar saya ketika membaca buku berjudul ‘Bahagia, Berbagi dalam Keberagaman’ yang ditulis oleh Tim Kick Andy. Buku ini berisi sekumpulan orang-orang hebat yang sangat layak disebut sebagai pahlawan kehidupan. 

Mereka menjalani kehidupan ini dengan melakukan beragam aktivitas yang tak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk banyak orang. Salah satu sosok yang dibahas dalam buku ini adalah pemuda bernama Aang Permana. Pemuda kelahiran Subang 1990 ini memang berbeda dengan para pemuda kebanyakan.

BACA JUGA: Ulasan Buku Pendekar UKM, Usaha Kecil Miliaran: Kisah Inspiratif Pebisnis Sukses

Aang memutuskan untuk pulang kampung ke desa tempatnya tumbuh besar, di Cianjur, Jawa Barat, padahal saat itu dia sudah memiliki pekerjaan yang bagus dan cukup bergengsi, yakni bekerja di perusahaan minyak gas dan bumi (migas).

Orangtua pun awalnya sempat tak setuju saat mengetahui keinginan anaknya untuk berhenti bekerja. Terlebih dia kemudian memutuskan untuk menjadi tukang ikan. 

“Awalnya orang tua enggak setuju, Ibu enggak setuju dengan keputusan saya. Apalagi saya balik lagi ke kampung. Sebagai anak pertama, saya juga membantu untuk biaya sekolah adik. Tapi, saya menjelaskan kepada mereka bahwa saya bisa sampai bekerja di perusahaan migas berkat bantuan banyak orang. Jadi, kenapa saya enggak melakukan sesuatu yang berkontribusi untuk membantu yang lain juga. Saya yakin kalau membantu orang lain pasti akan dibantu orang-orang lagi,” tegas Aang untuk mendapatkan restu orang tuanya.

Aang membulatkan tekad untuk merintis usaha ikan goreng kemasan, yang diberi nama Crispy Ikan Sipetek. Bahan bakunya tak lain ikan petek danau atau glassfish dengan nama Latin Parambassis Ranga. Ikan kecil seukuran teri itu memang banyak terdapat di Waduk Cirata, Cianjur. Bisa dibilang potensi ikan petek begitu melimpah, tetapi tidak dimanfaatkan para nelayan karena dianggap tak bernilai secara ekonomi. Lewat ikan petek, Aang berusaha membantu meningkatkan kesejahteraan penduduk di kampung halamannya.

BACA JUGA: Ulasan Buku ACC, Pak!!: Kisah Dosen Muda Duda Jatuh Cinta pada Mahasiswi Bimbingannya

Singkat cerita, setelah melewati lika-liku, kerja keras Aang tak berujung sia-sia. Dengan terus melakukan inovasi, baik dari segi rasa maupun kemasan, Crispy Ikan Sipetek tak hanya diterima dengan baik oleh masyarakat Cianjur, tetapi juga sudah merambah konsumen dari daerah lain. 

Aang juga mengembangkan jaringan distribusi lewat sistem keagenan atau reseller. Dia sengaja menerapkan sistem keagenan agar dapat berbagi manfaat dan keuntungan dengan lebih banyak orang. Kini, jumlah total agennya mencapai 500 dan tersebar di 70 kota di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Banjarmasin, Padang, Medan, Riau, dan Makassar.

Kisah sosok-sosok yang layak disebut pahlawan dalam buku ini masih banyak. Misalnya, Aznan Lelo, seorang dokter yang membuka praktik tanpa papan nama. Tapi pasiennya yang datang selalu ramai setiap hari. Menariknya, tarif atau jasa yang diberikannya sukarela alias seikhlasnya. Dia memang tidak memasang harga seperti para dokter kebanyakan. Dia adalah dokter yang bisa dibilang benar-benar mengabdi kepada masyarakat luas, dari semua kalangan, suku, dan agama di Medan.

Buku terbitan Bentang (2018) ini sangat layak dibaca oleh semua kalangan, agar para pembaca bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah orang-orang yang layak disebut pahlawan dalam buku ini. Selamat membaca.  

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Sam Edy