Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Mulyana Wirianata
Ilustrasi Pak Prabowo Subianto yang memegang buku 'Ghost Fleet' (coconuts.co/jakarta)

Saudara-saudara. Kita masih upacara. Kita masih menyanyikan lagu kebangsaan. Kita masih pakai lambang-lambang negara. Gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini, tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030”,

Itulah pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sekaligus salah satu capres pada Pemilu 2024 mendatang. Pernyataan yang sempat menuai kontroversi itu diposting oleh akun resmi Facebook Gerindra pada Senin, 19 Maret 2020. Uniknya pernyataan serupa juga pernah dilontarkan oleh Prabowo pada 18 September 2017 lalu, saat ia menjadi pembicara di Universitas Indonesia.

BACA JUGA: Ulasan Buku Pretty Girls, Kasus Hilangnya Seorang Gadis Selama Dua Dekade

The Ghost Fleet ini sebuah novel, tapi ditulis oleh dua ahli strategi dari intelijen Amerika, menggambarkan sebuah skenario perang antara China dan Amerika tahun 2030. Yang menarik bagi kita dari sini hanya satu, mereka meramalkan kalau 2030 Republik Indonesia sudah tidak akan ada lagi,” ujar mantan Perwira TNI Angkatan Darat ini.

Dalam novel ilmiah yang kontroversial dan menggelisahkan berjudul "Ghost Fleet" yang ditulis oleh P. W. Singer dan August Cole, pembaca disajikan dengan gambaran yang menghantui tentang masa depan geopolitik dunia.

Buku ini menggambarkan berbagai konflik global, termasuk ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Di tengah berbagai konflik tersebut, salah satu bagian yang paling mencengangkan dan mengejutkan adalah klaim bahwa Indonesia, salah satu negara terbesar dan terpenting di Asia Tenggara, akan mengalami keruntuhan yang serius hingga bubar pada tahun 2030.

BACA JUGA: Ulasan Film The Princess Diaries, Film Populer Anne Hathway Tahun 2000-an

Namun, penting untuk diingat bahwa ‘Ghost Fleet’ adalah sebuah novel fiksi ilmiah yang bertujuan untuk menghibur dan menggugah imajinasi pembaca dengan berbagai skenario yang dramatis. Buku ini, meskipun menggabungkan unsur-unsur teknologi militer canggih dan gejolak geopolitik, bukanlah analisis geopolitik yang objektif atau prediksi masa depan yang pasti. Fiksi sering kali mengambil kebebasan artistik untuk menciptakan narasi yang menarik.

Dalam novel ‘Ghost Fleet’  Indonesia mungkin saja mengalami berbagai konflik dan tantangan fiksi yang dramatis, tetapi dalam dunia nyata, harapan dan upaya untuk membangun masa depan yang lebih baik tetap ada.

Buku dengan tebal 544 halaman ini memang menarik untuk menjadi bahan renungan dan bahan diskusi ringan di Tengah-tengah tongkrongan. Buku ini sudah dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Mizan. Pak Prabowo saja sudah baca masa kamu belum, yuk baca bukunya!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Mulyana Wirianata