Film Survival Family merupakan film bergenre drama komedi asal Jepang tahun 2016 yang disutradarai oleh Shinobu Yaguchi.
Film Survival Family menceritakan tentang perjuangan sebuah keluarga modern yang terpaksa harus bertahan hidup tanpa teknologi selama dua tahun. Kisahnya berawal dari pemadaman listrik secara tiba-tiba. Bukan hanya listrik, tetapi semua teknologi modern mati total.
Keluarga itu terdiri dari seorang ayah bernama Yoshiyuki Suzuki, seorang ibu bernama Mitsue Suzuki, anak perempuan bernama Yui Suzuki, dan anak laki-laki bernama Kenji Suzuki.
Kehidupan keluarga mereka sangat bergantung terhadap teknologi. Bahkan mereka tidak bisa mengolah ikan untuk di masak karena biasanya selalu memakan makanan siap saji.
Suatu hari, terjadi pemadaman listrik dan semua teknologi tidak bisa digunakan. Beberapa hari mereka sangat menderita. Ponsel mati, makanan dan air langka, ATM tidak bisa digunakan, dan transportasi hanya bisa menggunakan sepeda.
Semua teknologi dan uang tidak dibutuhkan lagi. Para penjual tidak menerima pembayaran dengan uang, tetapi dengan sistem barter menggunakan makanan atau minuman.
Sang kepala keluarga, Yoshiyuki Suzuki berpikir, mereka tidak bisa selamanya tinggal di sana karena sumber makanan dan air sudah hampir habis.
Akhirnya dengan terpaksa, mereka sepakat untuk pergi ke rumah orang tuanya sang ayah di kampung karena di sana banyak makanan hasil bertani dan air dari sungai atau danau.
Jarak antara kota tempat tinggal sekarang dan tempat tujuan sangatlah jauh. Karena tidak ada transportasi yang bisa digunakan, mereka menempuh perjalanan dengan sepeda. Lama sekali, hingga berbulan-bulan.
Banyak sekali rintangan di perjalanan. Hujan badai, dicuri, hingga kehabisan perbekalan. Sulit sekali menemukan makanan, bahkan di supermarket pun sudah tidak ada lagi.
Sampai-sampai mereka memakan makanan kucing dan meminum air aki. Mereka harus mencari cara untuk bertahan hidup di zaman modern, tetapi menggunakan cara seperti manusia primitif.
Suatu ketika, keluarga itu sudah putus asa, karena sudah kehabisan makanan dan energi. Tanpa sengaja, tiba-tiba saja mereka melihat seekor babi gemuk melintas.
Karena terpaksa, mereka berusaha mengejar dan menangkap babi itu untuk dimakan. Hingga tertangkaplah babi itu. Sekarang, mereka harus memikirkan bagaimana cara mengolahnya menjadi makanan.
Bayangkan, yang tadinya mengolah ikan saja tidak bisa, kini harus memikirkan cara untuk mengolah babi, tanpa kompor dan peralatan masak modern lainnya.
Tadinya dengan ulat saja jijik bukan main, kini harus menangkap babi. Singkat cerita, mereka akhirnya sampai di kampung dan hidup bahagia di sana tanpa teknologi.
Intinya, film ini mengajarkan kepada kita, bahwa uang dan teknologi itu bukanlah segalanya. Terbukti ketika teknologi mati total, uang sudah tidak berharga lagi. Asalkan ada bahan makanan dan minuman, maka manusia tetap akan hidup.
Bukan hanya ada bahan makanan, tetapi manusia harus memiliki kemampuan untuk menghasilkan makanannya sendiri.
Seperti yang dialami oleh para penduduk kampung di film Survival Family ini, mereka bisa menghasilkan makanannya sendiri dengan bertani, beternak, dan menjadi nelayan. Karena sejatinya semua sumber kehidupan sudah disediakan oleh alam.
Film Survival Family sangat wajib untuk ditonton karena ceritanya menarik dan unik, alurnya rapi dan tidak tertebak. Acting para pemerannya pun sangat baik dan sangat mendalami karakter para tokohnya.
Baca Juga
-
Review Jujur Sunscreen Wardah Acne Calming SPF 35 Selama 2 Bulan Pemakaian
-
Lagu Sampai Menutup Mata Mahalini Trending Satu, Ini Makna Liriknya!
-
Mengulas Makna Lagu Gala Bunga Matahari Sal Priadi, Menyayat Hati!
-
Review Novel 'Dia Adalah Kakakku' Karya Tere Liye: Bertaruh Nyawa Demi Adik
-
Review Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi: Alam Terkembang Menjadi Guru
Artikel Terkait
-
2 Kelebihan Timnas Indonesia di Mata Keisuke Honda, Dianggap Tim Terbaik ASEAN Saat Ini
-
Pulau Bali Laris Manis Jadi Lokasi Persiapan Tim Kontestan Piala Dunia U-17 2023
-
Manusia Silver, Julukan Baru untuk Ganda Putra Bagas/Fikri di French Open 2023
-
Danjo Kankei dalam Kacamata Era Modern
-
Bak di Jepang, Indahnya Bunga Tabebuya Bermekaran di Magelang
Ulasan
-
Gua Batu Hapu, Wisata Anti-Mainstream di Tapin
-
Ulasan Novel Hi Serana Adreena, Perjuangan Anak Pertama yang Penuh Air Mata
-
Teluk Kiluan, Spot Terbaik untuk Menyaksikan Kawanan Lumba-lumba di Lampung
-
Final Destination Bloodlines: Tawarkan Kedalaman Karakter dan Teror Mencekam
-
Ulasan Lagu Paranormal: Teman Minum Kopi di Pagi Hari Saat Sedang Jatuh Hati
Terkini
-
Ponsel Honor 400 Bakal Rilis Akhir Mei 2025, Usung Kamera 200 MP dan Teknologi AI
-
Jadi Kiper Tertua di Timnas, Emil Audero Masih Bisa Jadi Amunisi Jangka Panjang Indonesia
-
Realme Neo 7 Turbo Siap Meluncur Bulan Ini, Tampilan Lebih Fresh dan Bawa Chipset Dimensity 9400e
-
Realme GT 7T Segera Hadir dengan Sensor Selfie 32 MP dan Baterai Jumbo 7000 mAh
-
Garuda Calling 2025: Rizky Ridho Bertahan di Tengah Kepungan para Pemain Diaspora