"Film Pamali: Dusun Pocong" ialah film lanjutan dari Film Pamali, yang tanpa imbuhan sub judul. Filmnya masih tayang di Bioskop (di tempatku berada masih menayangkan film ini dan aku baru sempat menontonnya).
Film disutradarai oleh Bobby Prasetyo. Film ini mengambil inspirasi dari permainan video horor Indonesia yang terkenal, Pamali: The Tied Corpse. Dibintangi oleh Fajar Nugra, Yasamin Jasem, dan Dea Panendra. Pamali: Dusun Pocong tayang perdana di bioskop 12 Oktober 2023.
Pamali: Dusun Pocong mengisahkan kisah tiga petugas medis, Mila (diperankan oleh Yasamin Jasem), Gendis (Dea Panendra), dan Puput (Arla Aliani). Mereka ditugaskan ke sebuah desa terpencil yang sedang dilanda wabah penyakit misterius.
Dalam misi mereka, mereka dibantu oleh dua penggali kubur lokal, Deden (diperankan oleh Bukie B. Mansyur) dan Cecep (Fajar Nugra). Bersama-sama, mereka memulai perjalanan yang sulit dan berliku hingga akhirnya tiba di sebuah dusun yang terpencil.
Namun, seiring berjalannya waktu, kelima orang ini mulai menemukan kejanggalan-kejanggalan yang nggak dapat dijelaskan. Mereka mulai menyadari bahwa dusun yang mereka tempati mungkin dihantui oleh Pocong, sosok mengerikan yang seringkali menimbulkan teror.
Ketakutan semakin memuncak ketika anggota tim mereka mulai tewas satu per satu dalam keadaan yang mengerikan.
Ulasan Film
Dusun Pocong masih terhubung dengan Pamali yang pertama, tetapi nggak perlu menonton film pertamanya juga nggak apa-apa, karena hanya satu tokoh yang kembali dengan cerita baru dalam film ini. Meskipun demikian, Dusun Pocong menawarkan pengalaman horor yang sedikit berbeda, dengan naskah yang nggak buruk tapi nggak bagus juga, dan penampilan Pocong yang disajikan cukup ngeri.
Salah satu keunggulan film ini terdapat pada, penampilan Pocong-nya yang cukup seram dan nggak terasa terlalu mendadak munculnya. Biasanya, ciri khas dalam film horor kan lebih suka efek mengejutkannya. Intinya, efek jumpscare nggak terlalu banyak ada, tapi tetap dengan iringan musik yang tegang dan berisik juga. Seenggaknya ini menciptakan ketegangan natural dan memberikan jumpscare yang lebih terukur kepada penonton. Meskipun begitu, film ini nggak sepenuhnya berhasil mengikat penonton melalui karakterisasi dan interaksi di dalamnya.
Karakter-karakter dalam film ini kurang mendalam, sehingga penonton nggak terlalu peduli dengan nasib mereka. Meskipun beberapa pemain berusaha keras untuk membawa karakter mereka, ini nggak cukup untuk mengimbangi ketidakpastian emosi yang diperlukan dalam film horor.
Selain itu, beberapa lelucon dalam film agak kasar dan jorok, meskipun nggak terlalu banyak sehingga masih dapat diterima. Namun, sayangnya, alur cerita nggak mengeksplorasi beberapa elemen yang menarik, seperti asal-usul wabah Pocong, sehingga potensi cerita nggak sepenuhnya tereksplorasi. Klimaks film juga terlalu cepat, dan skrip serta eksplorasi cerita juga terasa kurang mendalam. Terutama, dalam konteks istilah dari maksud 'pamali' itu sendiri. Film ini hanya menjadikan pamali sebagai tempelan.
Secara keseluruhan, Pamali: Dusun Pocong adalah film horor yang kurang memuaskan. Dengan penilaian 5,5/10, film ini masih bisa dinikmati oleh pecinta horor yang mencari pengalaman seram tanpa mementingkan 'ini dan itu'. Selamat menonton sebelum film ini turun dari layar.
Baca Juga
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Review Film Without Arrows: Dokumenter yang Diam-Diam Menancap di Hati
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
Review Film Pengepungan di Bukit Duri: Tamparan Emosional dan Jerit Sosial
-
Review Sinners: Bukan Film Soal Vampir Doang
Artikel Terkait
-
Terus Melesat, Jumbo Masuk 10 Besar Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa
-
Maxime Bouttier Antusias Jadi Perampok di Film Gundik
-
Segera Tayang di Bioskop, Begini Kisah di Balik Penggarapan Film Terikat Jalan Setan
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Dibintangi Marlon Wayans, Film Horor Bertajuk Him Bagikan Teaser Perdana
Ulasan
-
Sambal Goang yang Super Pedas, Pecel Lele 5 Saudara Primadona Baru Jambi
-
Dramatis, Esensi Drama China 'Eat Run Love': Cinta, Luka Lama dan Takdir
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
Terkini
-
Pendidikan Perempuan: Warisan Abadi Kartini yang Masih Diperjuangkan
-
Berada dalam Satu Tim, 3 Nama Ini Bisa Dinaturalisasi dan Bela Timnas U-23
-
Penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa Kembali di SMA: Solusi atau Langkah Mundur?
-
Spring of Youth: Kisah Mahasiswa, Musik, dan Mimpi yang Tayang Mei Ini!
-
Terus Melesat, Jumbo Masuk 10 Besar Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa