Banyak orang berharap bisa memutar waktu dan kembali ke masa lalu. Memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka di masa lampau. Hal itu terjadi dalam novel Ten Years Challange karya Mutiarini ini. Seorang gadis kembali ke sepuluh tahun lalu dan menyelesaikan misi sesuai playlist lagi.
Blurb Novel Ten Years Challange
Agastya Renandi merasa hidupnya hancur. Pada usia 27 tahun ia diputuskan sepihak oleh Diga pacarnya sejak SMA. Otomatis, ia juga kehilangan pekerjaannya di perusahaan milik Diga. Atya merasa sendirian dan nyaris tak punya uang sepeser pun. Reuni SMA yang diharapkannya bisa sedikit menghibur, malah berakhir dengan buruk setelah Atya melabrak Diga yang membawa pacar baru.
Atya mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang dari reuni. Saat membuka mata dan melihat cahaya menyilaukan, ia berpikir dirinya pasti sudah mati. Namun, ia justru mengalami hal ajaib dan mendapatkan kesempatan untuk menjalani kembali masa SMA-nya. Atya harus memperbaiki semua kesalahan yang diperbuatnya saat remaja. Ia pun berfokus mencari cara agar tidak kehilangan pacarnya yang sempurna. Namun, hidup selalu punya rencana tak terduga. Atya bimbang saat hatinya mulai terbuka pada pilihan lain yang terbentang di hadapannya.
Ulasan
Andai diberi kesempatan, mungkin sebagian orang akan dengan senang hati kembali ke masa lampau . Kembali ke masa lalu dan mengubah jalan hidup di masa depan tentu tak akan dilewatkan sebagian orang.
Hal itu yang dilakukan Atya dalam buku ini. Saat mengalami kecelakaan, dia kembali ke 10 tahun lalu dan berusaha memperbaiki kesalahan yang ia lakukan. Tindakan bulliying, obsesinya pada Diga sampai rela masuk jurusan yang sama sekali bukan minatnya.
Novel ini membuatku belajar beberapa hal. Bagaimana kita harus berusaha melakukan yang terbaik untuk masa depan. Karena, pada kenyataanya tidak ada kesempatan untuk kembali ke belakang dan mengubah skenario.
Aku suka gaya bercerita penulis yang ringan. Tapi, agak sedikit bosan saat penjabaran informasi yang agak banyak di satu bagian. Tapi, deskripsi latarnya aku suka. Aku jadi bisa membayangkan suasana di tempat itu.
Aku kurang suka pemilihan kata "saya" di sini. Kesannya mereka jadi tua. Padahal latarnya di tahun 2017 dan 2027 yang mana itu gak jadul-jadul banget. Mereka juga gak tinggal di pelosok desa.
Pesan dari cerita ini sangat tepat untuk kalangan muda. Karena banyak orang yang terjebak dalam suatu pekerjaan yang sebenarnya bukan minat mereka. Hanya karena paksaan atau obsesi, mereka akhirnya terjebak di sana.
Apakah kamu tertarik membaca novel ini?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Tuai Hujatan Karena Menang MCI, Pantaskah Belinda Diperlakukan Demikian?
-
Ulasan Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Kental dengan Nilai Sejarah dan Pengabdian
-
Ulasan Novel Rooftop Buddies, Pengidap Kanker yang Nyaris Bunuh Diri
-
Berkaca pada Kasus Bunuh Diri di Pekalongan, Dampak Buruk Gadget bagi Anak
-
Ulasan Novel Mata di Tanah Melus, Petualangan Ekstrem di Negeri Timur
Artikel Terkait
-
Sinopsis Film Rumah Masa Depan, Fedi Nuril dan Laura Basuki Jadi Suami Istri
-
Ketika Kejahatan Dibalas dengan Kebaikan dalam Buku 'Ulat yang Penyabar'
-
Cap Tukang Poligami Bikin Orang Malas Nonton Filmnya, Fedi Nuril: Risiko Pekerjaan
-
Film Rumah Masa Depan Bukan Berkisah soal Suami Poligami, Fedi Nurul Bahagia
-
Pertama Kali Syuting dengan Widyawati yang Terkenal Galak, Laura Basuki dan Fedi Nuril Lakukan Ini
Ulasan
-
Review Film Sukma: Rahasia Gaib di Balik Obsesi Awet Muda!
-
Review Film The Exit 8: Ketakutan Nyata di Lorong Stasiun yang Misterius
-
Membaca Ulang Kepada Uang: Puisi tentang Sederhana yang Tak Pernah Sederhana
-
Review Film Siccin 8: Atmosfer Mencekam yang Gak Bisa Ditolak!
-
Film Man of Tomorrow, Sekuel Superman Tayang Tahun Depan?
Terkini
-
Sinopsis Film 'Hero's Island', Dibintangi Suzu Hirose dan Satoshi Tsumabuki
-
Ridwan Kamil Ditantang Tes DNA Ulang di Singapura! Pihak Lisa Mariana: Kalau Yakin, Kenapa Takut?
-
Aksi Nyata PENGMAS Perma AGT FP Unila di Panti Asuhan Ruwa Jurai
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Gen Z dan Dompet Kosong? Mengungkap Gaya Hidup Cashless dan Wi-Fi Only yang Bikin Geleng Kepala