Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Foto Film Waktu Maghrib (Instagram/rapifilm)

Film horor "Waktu Maghrib" tayang di Prime Video sejak 13 Juli 2023, disutradarai oleh Sidharta Tata dan diproduksi oleh Rapi Films serta Sky Media, mengisahkan kisah mencekam di Desa Jatijajar, Jawa Tengah. Pemeran utama, Ali Fikry sebagai Adi, Bima Sena sebagai Saman Abdullah, dan Nafiza Fatia Rani sebagai Ayu, dan lain-lainnya. 

Cerita dimulai dengan Adi dan Saman, yang sering terlambat masuk sekolah, sehingga sering dimarahi Bu Woro. Ketidakpatuhan mereka terhadap Bu Woro, mencapai puncak ketika mereka mengutuknya, bahkan berharap agar guru tersebut meninggal. Kejadian tragis ini terjadi bersamaan dengan adzan Maghrib. 

Bu Woro pun meninggal dengan cara yang mengerikan, dan sejak saat itu, Adi dan Saman dihantui oleh makhluk supranatural yang menyerupai guru tersebut. Teror nggak hanya menyasar fisik mereka, tetapi juga melibatkan ancaman terhadap jiwa. 

Ulasan:

Film "Waktu Maghrib" memang menghadirkan daya tarik tersendiri melalui judulnya yang langsung menciptakan citra tentang mitos larangan keluar rumah saat maghrib. Secara keseluruhan, film ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton yang tertarik dengan tema supranatural dan ketegangan.

Pendekatan film terhadap mitos larangan keluar rumah di kala maghrib memang berhasil menciptakan antusiasme yang tinggi, terutama bagi mereka yang memiliki ketertarikan terhadap elemen horor. Pemilihan judul yang membangkitkan kisah-kisah mistis dan tradisional, menjadi magnet tersendiri bagi penonton.

Bagi pecinta jumpscare, "Waktu Maghrib" tentunya menjadi tontonan yang sangat dinantikan. Sajian jumpscare dalam film ini disajikan dengan apik, memberikan sensasi ketegangan dan kejutan yang membuat penonton terjaga sepanjang film. Fase awal film berhasil membangun misteri dengan baik, dan itu berhasil menciptakan atmosfer misteri yang membuat penonton semakin terlibat dalam cerita.

Namun, sayangnya, film ini mulai kehilangan momentum menuju akhirnya. Eksekusi perlawanan manusia dengan setannya, terasa kurang inovatif dan terlalu biasa, yang tentu saja dapat membuat penonton kecewa setelah mengalami ketegangan yang membangun sepanjang film. Ya, memang perlu adanya kreativitas lebih dalam pengembangan konflik agar film tetap mempertahankan ketegangan dan daya tarik hingga akhir.

Dari segi cinematography, "Waktu Maghrib" patut diapresiasi. Penerapan teknik-teknik sinematik dilakukan dengan sangat baik, memberikan visual yang menarik dan mendukung atmosfer horor film ini. Bahkan penggambaran suasana pedesaan berikut para warganya terlihat nyata banget.

Namun, lagi-lagi, aku hanya bisa memberikan skor film sebanyak 6,5/10. Nggak buruk, tapi juga nggak sempurna. Kawan-kawan yang penasaran bisa langsung cek Prime Video, ya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha