Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Adela Puspita
Sampul buku "Memberi ruang" karya Kurniawan Gunadi (gramedia.com)

Kurniawan Gunadi atau akrab disapa Masgun menciptakan karya kedelapan yang berjudul "Memberi Ruang".

Buku ini diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Juni 2022, "Memberi Ruang" sangat relate dengan kita kehidupan sehari-hari.

Di dalamnya, buku ini menghadirkan berbagai emosi, seperti rasa khawatir, gelisah, sedih, penyesalan, harapan, dan impian dengan penuh keautentikan.

"Memberi Ruang" menghadirkan serangkaian kutipan pendek yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari manusia.

Semua tulisan Masgun didasarkan pada perspektif tentang pentingnya menjaga jarak untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih objektif terhadap kehidupan.

Terkadang, manusia cenderung merespon suatu situasi secara tergesa-gesa tanpa melakukan tinjauan secara objektif.

Setiap cerita dapat dinikmati secara acak, dengan karakter yang berbeda-beda dan tanpa menyebutkan namanya.

Di awal cerita, buku ini tidak menyertakan kata pengantar, yang dapat membuat pembaca awam menghadapi kesulitan dalam memahami permulaan cerita.

Keberadaan kata pengantar dapat dianggap sebagai panduan pembaca untuk memahami isi cerita secara menyeluruh atau sebagai sarana untuk menyampaikan latar belakang penulisan buku.

Buku ini dapat menjadi materi diskusi, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.

Bagi pembaca yang tengah menghadapi quarter life crisis atau menyesuaikan diri dengan kehidupan dewasa, "Memberi Ruang" menawarkan sudut pandang yang menarik untuk dieksplorasi secara langsung.

"Memberi Ruang" memiliki 72 tulisan pendek dengan cerita yang padat dan mendalam serta menyelipkan makna kehidupan di setiap halamannya.

Awal cerita mengingatkan pembaca akan pentingnya kehati-hatian dalam mengelola pikiran.

Di antara halaman-halaman tersebut, terdapat kutipan favorit yang menarik, yaitu "Pikiran kita terbatas, maka jangan ragu untuk terus melebarkannya."

Cerita yang disampaikan oleh Masgun berusaha mencerminkan perasaan dan ungkapan hati orang-orang di sekitarnya.

Sebagai hasilnya, sebagian besar pembaca merasa dapat terhubung secara emosional dengan tulisan-tulisan karya Masgun.

Meskipun ceritanya bervariasi, namun terdapat beberapa pengulangan tema, latar belakang, dan penambahan kata-kata dari satu cerita ke cerita lainnya.

Selain itu, buku ini tidak dilengkapi dengan kata pengantar di halaman depannya, sehingga dapat membingungkan pembaca dalam memahami alur cerita yang disajikan oleh penulis.

Adela Puspita