Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Sam Edy
Gambar Buku 'Psikologi Syukur' (DocPribadi/ Sam Edy)

Bersyukur merupakan salah satu cara kita berterima kasih kepada Tuhan atas segala karunia kenikmatan yang telah diberikan kepada kita. Syukur juga menjadi cara bagi kita agar hati lebih tenang bahagia. 

Tanpa rasa syukur, kita akan merasa kurang dan kurang. Sebanyak apa pun harta yang kita miliki, tapi bila kita enggan bersyukur, kita akan merasa kurang dan hidup pun menjadi tidak tenang dan bahagia.

Mohammad Takdir dalam buku terbitan Quanta (Jakarta) ini memaparkan bahwa jika kita mampu menyelami dengan sungguh-sungguh, rasa syukur ternyata mampu memberikan kekuatan yang sangat luar biasa dalam segala aspek kehidupan.

Kepandaian bersyukur bisa membuat kita semakin bersemangat dalam menjalani kehidupan ini tanpa ada perasaan putus asa atau menyerah terhadap semua rahmat Tuhan. 

Bahkan, jika zona syukur ini masuk dalam jiwa manusia, maka segala hal yang menimpa kita, baik berupa kebahagiaan atau kesedihan akan disikapi dengan kelapangan dan rasa syukur yang tidak pernah berhenti walau sedetik sekalipun (Psikologi Syukur, hlm. viii).

Saya yakin, banyak orang yang sudah memahami bahwa barang siapa yang pandai bersyukur maka akan ditambahkan nikmatnya oleh Allah. Sementara bagi mereka yang enggan bersyukur, maka Allah akan murka kepada mereka. 

Perilaku bersyukur sesungguhnya bukan kepentingan Allah , tapi untuk kepentingan manusia itu sendiri. Meskipun Anda tidak bersyukur kepada Allah, tidak sedikit pun rahmat Allah akan terkurangi. Perilaku bersyukur adalah untuk kepentingan kita sebagai hamba-Nya, karena Allah telah memberikan nikmat yang sangat luar biasa kepada kita berupa nikmat sehat yang merupakan salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada setiap umat manusia. Jika Anda mengingkari nikmat Allah, Anda akan mendapatkan laknat yang sangat besar (Psikologi Syukur, hlm. 27-28). 

Oleh karena itu, mari kita berupaya menjadikan rasa syukur sebagai amalan keseharian kita. Bagaimana pun kondisi kita saat ini, syukur harus terus menjadi prioritas. Jangan sampai kita menjadi hamba yang dimurkai oleh-Nya hanya gara-gara tak pernah mau mensyukuri nikmat-Nya.

Perilaku bersyukur harus menjadi kebiasaan dalam setiap napas dan detak jantung kita setiap hari sambil selalu mengingat nikmat luar biasa yang telah diberikan Allah kepada kita. Dalam setiap napas dan detak jantung, ungkapan rasa syukur harus senantiasa menjadi kontrol keimanan yang mewarnai dinamika kehidupan kita di dunia (Psikologi Syukur, hlm. 32).

Buku ‘Psikologi Syukur; Suplemen Jiwa untuk Menggapai Kebahagiaan Sejati (Authentic Happiness)' karya Mohammad Takdir ini tepat dijadikan sebagai bacaan yang akan memotivasi para pembaca agar pandai bersyukur.

Sam Edy