Tren menikah muda pernah menjadi sesuatu yang begitu banyak digaungkan oleh para remaja. Terlebih ketika mereka menyaksikan berbagai tontonan yang seolah begitu meromantisasi pernikahan di usia dini.
Padahal, menikah itu tidak semudah dan seindah yang kita pikirkan. Mungkin sebagian orang juga menyadari hal ini. Namun tidak sedikit yang masih terperangkap dalam asumsi bahwa menikah akan membuat segalanya terlihat lebih baik.
Nah fenomena menikah muda ini menjadi tema yang diusung dalam novel berjudul Pengantin Remaja, karya Ken Terate. Novel genre young adult ini sekilas memang bacaan yang diperuntukkan bagi remaja. Tapi setelah membacanya, saya merasa novel ini juga masih relate dibaca bagi mereka yang sudah menikah.
Pada kenyataannya, pernikahan itu tak seindah novel romcom atau seromantis drama korea. Sebagaimana pandangan Pipit, remaja 17 tahun yang menjadi tokoh utama dalam novel ini.
Pipit yang terlanjur bucin dengan pacarnya memutuskan untuk menikah, bahkan sebelum menyelesaikan sekolahnya. Ia putus sekolah demi menikah dengan Pongky, pemuda yang begitu membuatnya tergila-gila.
Yang ia tahu, menikah hanya sekadar menikmati momen indah bersama kekasih halal setiap harinya. Ia tidak tahu, bahwa pernikahan itu butuh banyak persiapan.
Siap dengan segala kekurangan pasangan yang baru terungkap, siap dengan masalah ekonomi dan finansial, belum lagi persiapan fisik dan mental jika sudah punya anak.
Beban rumah tangga yang dipikul oleh Pipit yang masih remaja dan begitu polos akhirnya membuat ia terjebak dalam satu demi satu masalah.
Namun, seiring berjalannya cerita, saya melihat perkembangan karakter dari sosok Pipit. Ia yang awalnya begitu naif, tidak berdaya, dan begitu mudah dimanipulasi akhirnya perlahan sadar dan bangkit dari keterpurukan.
Saya suka dengan bagaimana penulis membangun karakter utama tersebut. Juga tentang banyaknya kritik mengenai keluarga yang patriarki, hingga cerita perjuangan para perempuan yang ada dalam novel ini sebagai seorang istri, ibu, bahkan juga tulang punggung keluarga.
Bagi kamu yang tertarik membaca novel young adult dengan tema pernikahan, novel ini siap untuk membuatmu tertampar dengan realita pernikahan yang tidak selalu indah.
"Kesalahan. Siapa yang tidak pernah melakukannya? Yang membedakan hanyalah apakah kita belajar dari kesalahan itu atau tidak. Aku mungkin gagal sebagai pengantin remaja (kebanyakan gagal, kini aku tahu), tetapi aku memilih untuk belajar dan akhirnya, hari ini, tanpa menunggu orang memberi, aku bisa menciptakan kebahagiaanku sendiri"
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
-
Tidak Ada Buku di Rumah Anggota DPR: Sebuah Ironi Kosongnya Intelektualitas
-
Intelijen Dunia Maya: Upaya Netizen Indonesia dalam Menjaga Demokrasi
-
Ulasan Buku Wise Words for Smart Women, 100 Motivasi untuk Perempuan Cerdas
Artikel Terkait
-
Perempuan yang Beralih Jadi Vegan Punya Gairah Seksual Lebih Tinggi, Kenapa?
-
Zaskia Adya Mecca Minta Remaja Tidak Nikah Muda, Perkawinan Anak Masih Tinggi
-
Ulasan Buku 'Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam', Fiksi Dewasa Penuh Moral
-
Women Support Women tapi Suka Body Shaming Sesama Perempuan, Situ Sehat?
-
Tragis, Pembunuhan Perempuan Indonesia Terbanyak Dilakukan Suami dan Pacar
Ulasan
-
Film Man of Tomorrow, Sekuel Superman Tayang Tahun Depan?
-
Kisah Manis Pahit Persahabatan dan Cinta Remaja dalam Novel Broken Hearts
-
Review Film Menjelang Magrib 2: Cerita Pemasungan yang Bikin Hati Teriris
-
Between Us: Sebuah Persahabatan yang Terluka oleh Cinta
-
Mengurai Cinta yang Tak Terucap Lewat Ulasan Buku 'Maafkan Kami Ya Nak'
Terkini
-
Sinopsis Film Horor Getih Ireng: Teror Santet yang Bikin Merinding!
-
Kualifikasi AFC U-23 dan 2 Kaki Timnas Indonesia yang Berdiri Saling Menjauhkan
-
Anchor Bikin Candu: Posisi Idaman dalam Futsal
-
Liburan ala Gen Z di Jogja: 6 Spot Hits yang Wajib Masuk Itinerary
-
Pembongkaran Parkiran Abu Bakar Ali: Antara Penataan Malioboro dan Nasib Masyarakat