Ulasan Novel Pengantin Remaja, Realita Menikah Muda yang Tidak Selalu Indah

Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Ulasan Novel Pengantin Remaja, Realita Menikah Muda yang Tidak Selalu Indah
Sampul novel Pengantin Remaja (Gramedia)

Tren menikah muda pernah menjadi sesuatu yang begitu banyak digaungkan oleh para remaja. Terlebih ketika mereka menyaksikan berbagai tontonan yang seolah begitu meromantisasi pernikahan di usia dini.  

Padahal, menikah itu tidak semudah dan seindah yang kita pikirkan. Mungkin sebagian orang juga menyadari hal ini. Namun tidak sedikit yang masih terperangkap dalam asumsi bahwa menikah akan membuat segalanya terlihat lebih baik. 

Nah fenomena menikah muda ini menjadi tema yang diusung dalam novel berjudul Pengantin Remaja, karya Ken Terate. Novel genre young adult ini sekilas memang bacaan yang diperuntukkan bagi remaja. Tapi setelah membacanya, saya merasa novel ini juga masih relate dibaca bagi mereka yang sudah menikah. 

Pada kenyataannya, pernikahan itu tak seindah novel romcom atau seromantis drama korea. Sebagaimana pandangan Pipit, remaja 17 tahun yang menjadi tokoh utama dalam novel ini.  

Pipit yang terlanjur bucin dengan pacarnya memutuskan untuk menikah, bahkan sebelum menyelesaikan sekolahnya. Ia putus sekolah demi menikah dengan Pongky, pemuda yang begitu membuatnya tergila-gila. 

Yang ia tahu, menikah hanya sekadar menikmati momen indah bersama kekasih halal setiap harinya. Ia tidak tahu, bahwa pernikahan itu butuh banyak persiapan.

Siap dengan segala kekurangan pasangan yang baru terungkap, siap dengan masalah ekonomi dan finansial, belum lagi persiapan fisik dan mental jika sudah punya anak.

Beban rumah tangga yang dipikul oleh Pipit yang masih remaja dan begitu polos akhirnya membuat ia terjebak dalam satu demi satu masalah. 

Namun, seiring berjalannya cerita, saya melihat perkembangan karakter dari sosok Pipit. Ia yang awalnya begitu naif, tidak berdaya, dan begitu mudah dimanipulasi akhirnya perlahan sadar dan bangkit dari keterpurukan. 

Saya suka dengan bagaimana penulis membangun karakter utama tersebut. Juga tentang banyaknya kritik mengenai keluarga yang patriarki, hingga cerita perjuangan para perempuan yang ada dalam novel ini sebagai seorang istri, ibu, bahkan juga tulang punggung keluarga.  

Bagi kamu yang tertarik membaca novel young adult dengan tema pernikahan, novel ini siap untuk membuatmu tertampar dengan realita pernikahan yang tidak selalu indah.

"Kesalahan. Siapa yang tidak pernah melakukannya? Yang membedakan hanyalah apakah kita belajar dari kesalahan itu atau tidak. Aku mungkin gagal sebagai pengantin remaja (kebanyakan gagal, kini aku tahu), tetapi aku memilih untuk belajar dan akhirnya, hari ini, tanpa menunggu orang memberi, aku bisa menciptakan kebahagiaanku sendiri" 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak