Raumanen karya Marianne Katoppo berkisah tentang wanita bernama Raumanen yang cantik, rajin, dan mandiri. Kemudian dia jatuh cinta dengan pria yang memiliki karakter berseberangan dengannya, Monang. Dia diceritakan sebagai tokoh laki-laki tampan, kaya, dan doyan pesta.
Saat membaca judulnya, saya merasa novel terbitan Gramedia ini unik. Saya tidak menyangka kalau Raumanen adalah nama tokoh utama perempuan dalam cerita ini. Setelah membaca blurb-nya, saya semakin tertarik karena Raumanen dan Monang tampak begitu berbeda. Selain sifatnya yang bertolak belakang, mereka juga berasal dari daerah yang berbeda. Perempuannya dari Manado, sementara laki-lakinya dari Batak. Mereka pun bertemu di Jakarta dan memulai kisahnya.
Sebagai penyuka genre romansa, mungkin tema seperti sudah umum digunakan di banyak novel. Namun “Raumanen” terasa berbeda karena penulis menggunakatan latar tahun 1990an. Naasnya, Raumanen dan Monang terjebak dalam seks bebas di luar nikah, yang mana ini dianggap tabu oleh norma ketimuran. Terlebih di zaman itu belum semodern sekarang. Kisah mereka jadi semakin seru!
Keadaan ini pun membuat keduanya berada dalam siatusi yang genting karena telah melanggar norma masyarakat. Hal lain yang saya suka dari novel ini adalah konfliknya yang dikemas dalam bahasa yang gamblang.
Jadi saya semakin mudah untuk memvisualkan tokoh, situasi, dan emosi yang terjadi saat itu. Padahal, di tahun tersebut saya saja belum lahir.
Susunan kalimatnya menambah referensi saya sebagai penulis. Karena sebagai penulis, saya memang harus banyak membaca untuk memperkaya pengetahuan, baik dari segi literasi maupun topik yang sedang dipaparkan penulisnya.
Sementara untuk alurnya, penulis menggunakan alur maju mundur. Jadi pembaca semakin baper dan penasaran sama cerita Raumanen ini sampai halaman terakhir. Endingnya juga tidak tertebak dan selama membaca rasanya seperti campur aduk.
Ternyata, novel keren Marianne Katopo ini memenangkan sayembara penulis novel DkJ tahun 1975 dan SEA Write Award 1982. Pantas saja!
Menurut saya karya ini benar-benar bagus. Gak heran kalau penulis menjadi perempuan pertama yang memenangkan ajang ini.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Nggak Ada Alasan Nggak Olahraga, Walau Hujan Kita Masih Bisa Main Futsal
-
Ukuran Lapangan Futsalnya Sama, Tapi Cerita di Dalamnya Selalu Berbeda
-
Formasi Futsal dan Mimpi Besar Generasi Muda di Lapangan AXIS Nation Cup
-
Perlengkapan Futsal Wajib Punya, Siap Gaspol dan Kece di AXIS Nation Cup
-
Bukan Asal Tendang, Ini Peraturan Futsal Biar Siap Unjuk Gigi di Lapangan
Artikel Terkait
-
Novel Namaku Alam, Korban Bully dan Kehilangan Sosok Ayah saat G30SPKI
-
Ulasan Novel 'Septihan', Kisah Jihan dalam Menaklukan Sang Pujaan Hati
-
Ulasan Novel "ILY", Petualangan Penuh Liku-Liku yang Belum Usai
-
Hati Suhita, Cinta Segitiga Berlatar Pewayangan dan Pesantren yang Unik
-
Ulasan Novel Pagi di Amerika: Mengejar Impian Bukanlah Hal yang Sulit
Ulasan
-
Review Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah: Drama Keluarga yang Bikin Hati Mewek
-
Ulasan Novel Tanah Para Bandit: Ketika Hukum Tak Lagi Memihak Kebenaran
-
5 Drama Korea Psikologis Thriller Tayang di Netflix, Terbaru Queen Mantis
-
Review Film Menjelang Magrib 2, Nggak Ada Alasan Buat Dilanjutkan!
-
Kala Film The Conjuring: Last Rites, Mengemas Lebih Dalam Arti Kehilangan
Terkini
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Pestapora Minta Maaf soal Freeport, Gestur Kiki Ucup Dihujat: 'Minimal Tangan Jangan di Saku!'
-
Classy & Cozy, 4 OOTD Street Style Hyunjin STRAY KIDS yang Bisa Kamu Tiru
-
4 Toner Lotus Kaya Antioksidan untuk Kulit Glowing Alami dan Bebas Kusam