Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Hafsah Azzahra
Novel Raumanen (Instagram/whyntss)

Raumanen karya Marianne Katoppo berkisah tentang wanita bernama Raumanen yang cantik, rajin, dan mandiri. Kemudian dia jatuh cinta dengan pria yang memiliki karakter berseberangan dengannya, Monang. Dia diceritakan sebagai tokoh laki-laki tampan, kaya, dan doyan pesta.

Saat membaca judulnya, saya merasa novel terbitan Gramedia ini unik. Saya tidak menyangka kalau Raumanen adalah nama tokoh utama perempuan dalam cerita ini. Setelah membaca blurb-nya, saya semakin tertarik karena Raumanen dan Monang tampak begitu berbeda. Selain sifatnya yang bertolak belakang, mereka juga berasal dari daerah yang berbeda. Perempuannya dari Manado, sementara laki-lakinya dari Batak. Mereka pun bertemu di Jakarta dan memulai kisahnya.

Sebagai penyuka genre romansa, mungkin tema seperti sudah umum digunakan di banyak novel. Namun “Raumanen” terasa berbeda karena penulis menggunakatan latar tahun 1990an. Naasnya, Raumanen dan Monang terjebak dalam seks bebas di luar nikah, yang mana ini dianggap tabu oleh norma ketimuran. Terlebih di zaman itu belum semodern sekarang. Kisah mereka jadi semakin seru!

Keadaan ini pun membuat keduanya berada dalam siatusi yang genting karena telah melanggar norma masyarakat. Hal lain yang saya suka dari novel ini adalah konfliknya yang dikemas dalam bahasa yang gamblang.

Jadi saya semakin mudah untuk memvisualkan tokoh, situasi, dan emosi yang terjadi saat itu. Padahal, di tahun tersebut saya saja belum lahir.

Susunan kalimatnya menambah referensi saya sebagai penulis. Karena sebagai penulis, saya memang harus banyak membaca untuk memperkaya pengetahuan, baik dari segi literasi maupun topik yang sedang dipaparkan penulisnya.

Sementara untuk alurnya, penulis menggunakan alur maju mundur. Jadi pembaca semakin baper dan penasaran sama cerita Raumanen ini sampai halaman terakhir. Endingnya juga tidak tertebak dan selama membaca rasanya seperti campur aduk.

Ternyata, novel keren Marianne Katopo ini memenangkan sayembara penulis novel DkJ tahun 1975 dan SEA Write Award 1982. Pantas saja!

Menurut saya karya ini benar-benar bagus. Gak heran kalau penulis menjadi perempuan pertama yang memenangkan ajang ini.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Hafsah Azzahra