“Sunyi di Dada Sumirah” karya Artie Ahmad oleh Penerbit MOJOK di tahun 2018. Sebuah kisah yang mengaduk perasaan sekaligus menarik untuk disimak.
Novel ini menggunakan POV (Point of View) orang pertama sehingga lebih mengena di hati. Selain itu alurnya maju mundur sehingga seolah ikut merasakan kejadian yang terjadi di tahun 1965 tersebut.
Kisah ini mengangkat tema perempuan dengan beda generasi. Jadi rentang waktu yang digunakan oleh ketiga tokohnya ini berbeda. Kalau kamu penyuka novel dengan tema ini, kamu pasti akan menyukai "Sunyi di Dada Samirah".
Sesuai judulnya, ada tiga tokoh perempan dalam buku ini. Ia adalah Sunyi, Sumirah, dan Suntini. Menurut saya, ketiganya digambarkan sebagai sosok yang kuat karena takdir berat yang harus mereka jalani. Kisah yang sangat kompleks, tapi juga saling berkaitan.
Tokoh pertama yang diceritakan adalah Sunyi. Dia sosok yang harus bersusah payah menyembunyikan identitas aslinya, karena lahir dari anak seorang pelacur.
Konflik semakin memanas saat hubungan Sunyi dengan ibunya semakin memburuk karena perempuan yang melahirkannya itu tidak mau meninggalkan dunia malam. Naasnya, pacarnya juga mencoba melecehkannya dengan alasan yang tak masuk akal.
Lalu ada Sumirah. Tidak berbeda jauh dengan Sunyi, Sumirah juga merasakan kepahitan sejak kecil. Ayahnya meninggal sejak dia dalam kandungan.
Sementara ibunya ditangkap dan menjadi tahanan tanpa alasan yang jelas. Hal ini membuat Sumirah dikucilkan oleh lingkungannya. Tidak berhenti sampai di situ, saat dewasa, Sumirah juga dijual kepada mucikari.
Terakhir Suntini. Tokoh yang harus kehilangan suami saat ia sedang hamil. Meski berat, tapi dia bertahan untuk anak yang dikandungnya ini. Cobaan kembali datang saat ia ditangkap tanpa alasan yang jelas, persis sama seperti yang dialami ibu Sumirah.
Menurut saya, ide cerita ini sangat menarik dan penuh emosional. Karena melalui "Sunyi di Dada Samirah" kita dapat melihat contoh diskriminasi terhadap perempuan dalam lingkungan sosial di tahun 1965.
Namun meski ceritanya sangat menarik, tapi saya pribadi kurang menyukai cerita yang terlalu sedih. Karena ketika membaca kisah sedih akan mempengaruhi mood dan pikiran.
Meski begitu, saya menyarankan untuk hanya menikmati buku ini sebagai hiburan di waktu luang, terlebih di saat akhir pekan seperti sekarang. Jangan terlalu menghayati ceritanya karena akan membuatmu merasa miris dan terkonyak.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Dipimpin Dohoon, Semua Member TWS Masuk Top 30 Rookie Individual Juni 2025
-
SHINee Ring Ding Dong: Anthem Ikonik K-Pop saat Cinta Datang Tak Diundang
-
Rayakan Debut 2 Dekade, Super Junior Siap Comeback Lengkap Bareng Heechul!
-
Mulai Rp 1,8 Juta! Ini Detail Tiket dan Benefit Konser G-Dragon Jakarta 2025
-
Bosan dengan KPop? &TEAM Coba Dobrak Batas di Lagu Rock "Go in Blind"
Artikel Terkait
-
Keinginan Besar Meraih Impian dan Cita-Cita dalam Novel Mimpi Sebesar Gajah
-
Ojol Perempuan Semangati Prabowo: Bapak Hebat, Bapak sangat Kuat!
-
5 Rekomendasi Buku Tipis untuk Berantas Reading Slump, Ada Beragam Genre!
-
12 Cerita Glen Anggara, Novel Rasa Drama Korea yang Diadaptasi Menjadi Film
-
Cara Menerima Ketidaksempurnaan Diri Lewat Buku 'Love for Imperfect Things'
Ulasan
-
Petualangan Dua Sahabat di Laut Papua Nugini dalam Buku The Shark Caller
-
Ulasan Novel di Balik Jendela: Rahasia Trauma yang Tersembunyi dalam Isolasi
-
Curug Pangeran, Di Balik Keindahan Alam Ada Sebuah Mitos yang Beredar
-
Review Film Io Capitano: Tiap Langkah yang Terluka Saat Mengadu Nasib
-
Curug Balong Endah, Pesona Air Terjun dengan Kolam Cantik di Bogor
Terkini
-
4 Ide OOTD Stylish ala Shin Soo Hyun untuk Gaya Nyaman Saat City Trip!
-
Tom Felton Perankan Draco Malfoy Lagi Lewat Harry Potter versi Broadway
-
Tampil di I Live Alone, Doyoung NCT Kaget Punya Alergi Pada Makanan Ini
-
Simpel! 4 Inspirasi Outfit Chic ala Kim Da Mi untuk Segala Momen
-
Jay Idzes Sebut Pertarungan Skuad Garuda Baru Dimulai usai Lolos Playoff