Serangan pihak aliansi Inggris-Amerika Serikat yang menyasar milisi Houthi di Yaman sepertinya akan terus berlanjut.
Melansir dari kanal berita Reuters (reuters.com), pada Senin (22/01/2024) kemarin, angkatan laut Amerika Serikat kembali melakukan serangan di sekitar pesisir Yaman yang menargetkan lokasi-lokasi penyimpanan rudal balistik dan drone serang milik misili Houthi.
Dalam serangan tersebut, kapal induk Amerika Serikat kembali menurunkan pesawat peperangan elektronik atau Jammer EA-18G Prowler yang digunakan untuk mengacaukan sistem radar dan rudal pertahanan udara milik Houthi.
Melansir dari laman Aviation Week (aviationweek.com), penggunaan pesawat tempur tersebut merupakan yang kesekian kalinya sejak serangan Amerika Serikat dan Inggris pada 12 Januari 2024 silam.
Menggunakan Basis Pesawat F/A-18F Super Hornet
Pesawat peperanan elektronik EA-18G Prowler merupakan varian 2 kursi atau tandem-seat dari pesawat tempur F/A-18F Super Hornet yang dioperasikan oleh militer Amerika Serikat dan beberapa negara sekutu NATO.
Melansir dari laman resmi Boeing (boeing.com), pesawat ini mulai didesain dan diperkenalkan kepada publik pada tahun 2006 silam.
Asal muasal lahirnya pesawat peperangan elektronik ini adalah guna menggantikan pesawat sejenis yang lebih tua, yakni EA-6B Prowlers yang mulai dioperasikan oleh Amerika Serikat pada dekade 1970-an.
Pesawat ini menggunakan basis dari pesawat tempur F/A-18F Super Hornet guna memudahkan dalam aspek perawatan.
Pesawat peperangan elektronik ini mulai memasuki layanan resmi angkatan laut Amerika Serikat pada tahun 2009 silam dan terus digunakan hingga kini.
Selain Amerika Serikat, pesawat ini juga turut digunakan oleh militer Australia yang juga mengoperasikan F/A-18F Super Hornet.
Mampu Membawa Pod Jammer Mutakhir
Guna mendukung tugas jammer dan peperangan elektronik, pesawat yang dioperasikan oleh 2 orang kru ini tidak memiliki kanon internal.
Namun, dia masih mampu membawa 2-4 rudal pertahanan udara semacam AIM-9 Sidewinder untuk membela diri.
Pesawat ini ditenagai oleh sepasang mesin General Electric F414-GE-400 turbofans yang mampu menerbangkan pesawat ini dengan kecepatan 1.900 km/jam.
Untuk melakukan misi jamming, pesawat ini membawa pod jammer berjenis AN/ALQ-99 dan AN/ALQ-218 yang mampu mengacaukan sistem pelacakan musuh dan sistem radar lawan.
Selain itu, pesawat ini juga mampu membawa pod sensor intai AN/ASQ-228 untuk mendukung misi pengintaian jarak jauh.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Alasan PSSI Bebankan Prestasi ke Timnas Indonesia U-23 di Ajang Sea Games, Mengapa?
-
Coret Banyak Nama Diaspora Jelang Sea Games, Ini Klarifikasi Indra Sjafri!
-
Targetnya Emas, tapi Pelatih 'Buta' Kekuatan Lawan: Timnas U-23 Bisa Apa di SEA Games 2025?
-
PSSI Target Timnas Raih Emas Sea Games 2025, Indra Sjafri Justru Pesimis!
-
PSSI Anak Tirikan Timnas Indonesia Senior, Media Asing Berikan Sorotan!
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Pangku: Hadirkan Kejutan Hangat, Rapi, dan Tulus
-
Jarak dan Trauma: Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Novel Critical Eleven
-
Perjuangan untuk Hak dan Kemanusiaan terhadap Budak dalam Novel Rasina
-
Ulasan Novel Larung, Perlawanan Anak Muda Mencari Arti Kebebasan Sejati
-
Suka Mitologi Asia? Ini 4 Rekomendasi Novel Fantasi Terjemahan Paling Seru!
Terkini
-
Rilis Teaser, The Hunger Games: Sunrise on the Reaping Tayang November 2026
-
Sinopsis Film India '120 Bahadur', Dibintangi Farhan Akhtar
-
So Sweet, Omara Esteghlal Dedikasikan Piala Citra Pertamanya untuk Prilly!
-
Meski Disanksi FIFA, 7 Pemain Naturalisasi Malaysia Masih Bisa Bela Harimau Malaya! Kok Bisa?
-
Bukan Cuma Soal Diet, Ini 7 Langkah Simpel Biar Pola Makan Jadi Lebih Sehat