Mungkin kita pernah melihat ada orang-orang yang yang begitu membenci dirinya sendiri. Merasa dirinya tak berharga karena selalu mengecewakan orang lain, atau gara-gara melakukan suatu kesalahan yang membuatnya jadi benci dengan diri sendiri.
Orang-orang yang nekat bunuh diri misalnya, adalah bukti nyata bahwa mereka benci dengan diri sendiri atau tidak mencintai dirinya sendiri. Di sinilah pentingnya setiap orang memahami tentang hakikat hidup, untuk apa kita diciptakan, dan apa tujuan hidup kita di dunia ini.
Sepemahaman saya sebagai muslim, manusia diciptakan oleh Tuhan adalah untuk menghamba atau beribadah pada-Nya. Ibadah inilah yang akan mengantarkannya menjadi manusia yang bahagia. Bahagia di dunia dan akhirat.
Perihal ibadah, ada jenis ibadah yang berhubungan langsung dengan Tuhan, dan ada juga yang berkaitan erat dengan sesama manusia, bahkan makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Manusia dibekali akal oleh Tuhan untuk berpikir. Dengan pikiran inilah kita berusaha menentukan nasib hidup kita ke depannya, apakah akan menjadi manusia yang taat atau berlimpah maksiat.
Ada penjelasan menarik yang saya baca dalam buku ‘Seni Mencintai Diri Sendiri’ karya Suha Hoedi, bahwa yang menentukan ke mana arah Anda berjalan adalah diri Anda sendiri. Yang menentukan di mana akhir tujuan dari perjalanan pun Anda sendiri.
Semua perubahan itu dimulai dari diri sendiri. Kita tidak bisa terus-menerus menunggu lingkungan sekitar kita berubah, baru kemudian kita berubah. Bagaimana kalau ternyata lingkungan sekitar kita memutuskan untuk tidak berubah? Apakah kita tidak akan menjadi pribadi yang lebih baik selamanya? Anda ingin hidup dalam kemarahan, stres, dan depresi selamanya? Tentu tidak, bukan? Beberapa orang bahkan ingin mengubah orang lain, tetapi tidak dirinya sendiri (hlm. 16).
Kesimpulannya, setiap orang harus berusaha berubah. Berubah menjadi sosok lebih baik. Dari yang semula memiliki kebiasaan buruk, perlahan-lahan berupaya menciptakan aktivitas positif yang menuai banyak manfaat. Bila kita mampu melakukan perubahan ini, artinya kita sedang berusaha mencintai diri sendiri.
Bagi Anda yang sedang galau atau merasa putus asa, ada baiknya menjadikan buku karya Suha Hoedi (terbitan TransMedia Pustaka) ini sebagai salah satu sumber motivasi agar hidup Anda kembali bersemangat. Dalam buku ini kita akan mengetahui bagaimana seni mencintai diri sendiri. Semoga usai membaca buku ini kita jadi lebih bisa menghargai diri sendiri.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Rangkaian Kisah Penuh Hikmah dalam Buku Berguru pada Saru
-
Pentingnya Memiliki Prinsip Hidup dalam Buku Menjadi Diri Sendiri
-
Menjalani Hidup dengan Tenang dalam Buku Hujan Bahagia
-
Menciptakan Kehidupan yang Harmonis dalam Buku Komunikasi Bebas Konflik
-
Sebuah Upaya Menghindari Penyakit: Buku 'Jagalah Sehatmu Sebelum Sakitmu'
Artikel Terkait
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
Ulasan Buku Terapi Luka Batin: Menemukan Kembali Diri Kita yang Belum Utuh
-
Ulasan Film Split: Memahami Gangguan Kepribadian Ganda (DID)
-
Ulasan Novel Animal Farm karya George Orwell: Revolusi Menjadi Tirani
Ulasan
-
Review Novel 'Entrok': Perjalanan Perempuan dalam Ketidakadilan Sosial
-
Review Film All We Imagine as Light: Kesunyian di Tengah Hiruk-pikuk Mumbai
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Review Film Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai, dari Ritual Mistis sampai Jumpscare Kejam
Terkini
-
Bikin Gagal Move On! 3 Drama Medis Korea Ini Siap Bikin Kamu Pengen Jadi Dokter!
-
Reuni Lagi, Lee Do Hyun dan Go Min Si Bakal Bintangi Drama Baru Hong Sisters
-
Lebaran Usai, Dompet Nangis? Waspada Jebakan Pinjol yang Mengintai!
-
Mark NCT Wujudkan Mimpi Jadi Bintang di Teaser Terbaru Album The Firstfruit
-
Generasi Unggul: Warisan Ki Hajar Dewantara, Mimpi Indonesia Emas 2045?