Bird Box sudah menjadi salah satu film produksi Netflix dengan penonton terbanyak hingga mencapai 325.300.000 jam penayangan. Film yang disutradarai oleh Susanne Bier ini berhasil menarik perhatian penonton termasuk saya karena mampu menunjukkan adegan menegangkan dengan sedikit horor dan sadis.
Para pemerannya pun berasal dari aktor dan aktris luar biasa yang mana dibintangi pemeran utamanya oleh Sandra Bullock. Jajaran aktris lainnya seperti Trevante Rhodes, Sarah Paulson dan ada aktor senior yaitu John Malkovich. Cerita ini berfokus pada Sandra Bullock yang mendapat peran sebagai seorang ibu bernama Malorie yang harus berjuang bertahan hidup bersama anaknya melawan entitas tak kasat mata dan bisa membuat pikiran orang menjadi gila.
Sekilas mirip fenomenanya seperti di film Resident Evil, namun kali ini para manusia dirasuki oleh pikiran yang mempengaruhi mental mereka sehingga mereka ingin bunuh diri dan ada yang sekedar menyakiti diri mereka saja. Film ini sangat mirip dengan Resident Evil karena banyak tokoh yang menjadi korban perlahan-lahan karena alur cerita yang harus membunuh mereka.
Review film Bird Box
Untuk pembahasan pertama, saya akan mengulas mengenai konsep filmnya yang mirip seperti Resident Evil. Kemunculan makhluk tak kasat mata seperti ada entitas yang menjadi kepercayaan kuno penyembah setan dijadikan sebagai momok yang membuat kekacauan luar biasa pada dunia. Awalnya, hanya menyebar pada negara Rusia, namun entitas itu menyebar dengan cepat hingga sampai ke Amerika Serikat.
Uniknya, cara kerja makhluk ini untuk merasuki manusia melalui penglihatan palsu di mata mereka seperti seolah-olah melihat orang yang dikenal sedang berbicara dengan mereka. Akibatnya, mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di depan mereka atau di kiri, kanan, belakang hingga mereka mati. Ada juga yang setelah dirasuki oleh makhluk ini, mereka langsung menyakiti diri dan bahkan ada yang langsung bunuh diri.
Dengan membawa genre horor, film ini juga mampu menunjukkan adegan thriller sedikit untuk menunjukkan konsep mengerikan dari makhluk tak kasat mata itu. Sutradara mampu menampilkan banyak adegan yang sangat menegangkan. Mengapa tidak? Malorie yang diperankan oleh Sandra Bullock harus terombang ambing di sungai hingga 2 hari kurang lebih dengan terpaksa menutup mata bersama anaknya supaya tidak dirasuki oleh makhluk itu.
Karena alur cerita berjalan 2 tipe, yaitu alur maju dan mundur, masa lalu Malorie menunjukkan perjuangan dia dan sisa para penyintas lainnya dalam bertahan hidup dari makhluk itu. Cara mereka adalah dengan menutup pandangan mereka dari makhluk itu mulai dari bersembunyi di rumah dengan menutup pintu dan jendela. Bahkan, saat mereka pergi mencari suplai makanan, mereka harus menggunakan mobil dengan kondisi kaca mobil yang ditutup koran dan cat. Jadi, mereka hanya mengandalkan GPS dan sensor tabrak yang ada di mobil selama perjalanan. Belum lagi, makhluk ini punya kekuatan untuk menakuti orang-orang melalui suara gemuruhnya.
Tidak hanya itu, saya juga dibuat kagum dengan akting Sandra Bullock yang luar biasa saat memerankan Malorie yang harus menjadi ibu dari 2 anak dengan 1 anak kandung dan 1 anak dari teman seperjuangannya yang gugur saat bertahan hidup di alur mundur. Sandra sangat totalitas dalam menjadi ibu yang menjaga anak-anak serta bersikap tegas untuk menerapkan aturan menutup mata serta tetap harus dekat di sampingnya.
Jika harus berjalan di tanah untuk menyusuri rumah sambil menutup mata masih bisa dilakukan oleh semua manusia. Tapi pernahkah kamu terpikirkan menyusuri sungai dengan perahu kecil selama 2 hari dengan kondisi mata tertutup? Malorie harus menghadapi arus sungai yang deras, menghindari batu serta jeram sungai bahkan Sandra sempat terlempar dari perahunya hingga harus menemukan anak-anaknya.
Pokoknya film ini sangat gila dan bikin penonton senam jantung terutama saya sendiri saat adegan di sungai. Wajar film ini mendapat penayangan hingga 300an juta. Bagi yang belum nonton, coba nonton filmnya di Netflix.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Komunitas Seni sebagai Terapi Kota: Ketika Musik Menjadi Ruang Kelegaan
-
Penggusuran Digital: Saat Kelompok Rentan Hilang dari Narasi Publik
-
Penjarahan yang Membunuh Pesan: Apa Kabar Demokrasi Jalanan?
-
Pembangunan Hilir vs Pembangunan Hulu: Benarkah Desa Ikut Sejahtera?
-
Reading Tracker dan Obsesi Kuantitas: Apa Kabarnya Kenikmatan Membaca?
Artikel Terkait
-
Raih 6 Juta Penonton dalam 11 Hari, Exhuma Puncaki Box Office Korea Selatan
-
Kenalkan Budaya Prancis, 3 Alasan Kamu Harus Coba Nonton Emily In Paris
-
The Wailing Tentang Apa? Film Horor Korea yang Dibanding-bandingkan dengan Exhuma
-
Review Anime 'The Cat Returns', Kisah Perjodohan Seorang Gadis Pemalu
-
Ketika 3 Orang Kesepian Habiskan Libur Natal Bersama di Film 'The Holdovers'
Ulasan
-
Ulasan Novel Hello Karya Tere Liye: Cinta, Rumah, dan Kesalahpahaman
-
Liburan ke Anyer? Ini 5 Hotel Nyaman dengan View Pantai untuk Bersantai
-
Review Cashero: Aksi Heroik Lee Jun Ho Selamatkan Nyawa dengan Uang Tunai
-
Review Serial Fallout Season 2: Menyuguhkan Dark Comedy dan Aksi Intens!
-
Ulasan Drama Always Home: Perjalanan Tumbuh Perlahan
Terkini
-
Perempuan Berambut Putih yang Tiap Malam Duduk di Atas Batu Nisan
-
4 Moisturizer dengan Kandungan Bisabolol yang Ramah untuk Kulit Sensitif
-
4 Ide Gaya Harian Minimalis ala Kim Mu Jun, Cocok Buat Pencinta Basic Look!
-
Bye Minyak dan Jerawat! 5 Facial Wash Pria Wajib Coba
-
Curi Perhatian di 'Taxi Driver 3', Ini 4 Film Korea Dibintangi Lee Je Hoon