Lintang Siltya Utami | Ryan Farizzal
Poster film serial Fallout season 2 (IMDb)
Ryan Farizzal

Serial Fallout, adaptasi game video Bethesda yang legendaris, hadir lagi di musim kedua dengan ambisi dan ketegangan lebih tinggi. Pasca keberhasilan musim pertama tahun 2024, Fallout Season 2 debut di Prime Video pada 16 Desember 2025 di Amerika Serikat, maju satu hari dari rencana awal.

Di Indonesia, penonton bisa menikmatinya mulai 17 Desember 2025 pukul 09.00 WIB karena selisih waktu—episode perdana tersedia saat itu. Episode berikutnya tayang setiap Rabu pagi di Indonesia, total delapan episode hingga finale pada 4 Februari 2026. Tonton via berlangganan Prime Video dengan subtitle Bahasa Indonesia untuk pengalaman optimal.

Perjalanan Lucy di Dunia Pasca-Apokaliptik

Salah satu adegan di serial Fallout season 2 (IMDb)

Musim kedua melanjutkan petualangan di dunia pasca-apokaliptik yang penuh radiasi, mutan, dan faksi-faksi yang saling bertarung. Cerita berfokus pada Lucy MacLean (Ella Purnell), gadis Vault yang naif tapi tangguh, yang kini bergulat dengan identitas dan moralitasnya setelah pengkhianatan besar di akhir musim pertama.

Dia bergabung dengan Maximus (Aaron Moten), ksatria Brotherhood of Steel yang sedang mencari jati diri, dan The Ghoul (Walton Goggins), bounty hunter abadi yang tetap menjadi highlight dengan karismanya yang sinis dan brutal.

Plot ekspansif ini memperkenalkan New Vegas sebagai lokasi utama, membawa elemen politik, konspirasi Vault-Tec, dan rahasia lama yang mengguncang fondasi dunia Fallout. Tanpa spoiler, musim ini mengeksplorasi tema survival, kekuasaan, dan humanity di tengah kekacauan, dengan twist yang lebih gelap dan kompleks dibanding musim sebelumnya.

Dari segi narasi, Fallout Season 2 berhasil meningkatkan taruhannya. Showrunner Geneva Robertson-Dworet dan Graham Wagner, bersama Jonathan Nolan sebagai sutradara episode pertama, menciptakan keseimbangan sempurna antara humor hitam, aksi intens, dan drama emosional.

Episode-episode awal penuh dengan momen side-splitting yang absurd, seperti interaksi antara karakter utama dengan faksi baru Brotherhood of Steel yang lebih beragam. Kritikus memuji bagaimana serial ini tetap setia pada lore game sambil menambahkan elemen orisinal, membuatnya accessible bagi non-gamer.

Namun, beberapa bagian terasa lebih berdarah dan menakutkan, dengan gore yang lebih eksplisit—mutan dan pertarungan yang membuatku tegang. Durasi episode sekitar 45-60 menit memungkinkan pengembangan karakter mendalam, meski ritme kadang melambat di tengah eksplorasi world-building.

Review Serial Fallout Season 2

Salah satu adegan di serial Fallout season 2 (IMDb)

Performa akting jadi sorotan utama. Ella Purnell tunjukkan perkembangan Lucy dari polos menjadi tangguh, dengan rentang emosi memukau. Aaron Moten beri nuansa mendalam pada Maximus, dalami konflik batinnya bersama Brotherhood.

Walton Goggins tetap dominan sebagai The Ghoul; karisma, dialog tajam, dan backstory terungkap buatnya ikonik. Guest stars baru seperti Justin Theroux, Macaulay Culkin, dan Kumail Nanjiani tambah warna, hadirkan humor serta ketegangan ekstra—layak ditonton sendiri. Ensemble cast ciptakan interaksi hidup dan autentik, mirip dinamika game Fallout.

Kualitas produksi naik signifikan. Budget lebih besar hasilkan visual effects mempesona—landscape wasteland luas hingga detail kostum dan props, seperti variasi power armor Brotherhood.

Sinematografi Jonathan Nolan di episode awal tangkap nuansa retro-futuristik 1950-an bercampur horror nuklir. Soundtrack gabung lagu klasik musim pertama dengan komposisi orisinal Bear McCreary, kuatkan atmosfer.

Efek spesial mutan dan ledakan lebih halus, buat sequence aksi di New Vegas epik. Meski begitu, sebagian kritikus catat pacing episode tengah kurang ketat, tapi secara keseluruhan tetap menarik.

Dibandingkan musim pertama, Season 2 lebih luas cakupannya dan lebih berani. Musim satu menekankan pengenalan dunia serta karakter, sedangkan musim ini mendalami lore seperti misteri Vault-Tec dan politik antarfaksi, termasuk integrasi elemen dari Fallout: New Vegas.

Humornya tetap jenaka gelap, namun bergeser ke tema lebih dalam seperti korupsi dan dampak perang nuklir. Review awal menunjukkan pujian merata: "penuh aksi, mendebarkan, dan menyenangkan" dengan unsur menghancurkan yang menonjol di genre post-apocalyptic. Bagi penggemar game, banyak easter egg serta referensi memuaskan, sementara pendatang baru tetap terhibur lewat narasi mandiri.

Secara keseluruhan, Fallout Season 2 adalah peningkatan signifikan yang memadukan hiburan ringan dengan depth naratif. Ini bukan hanya adaptasi game, tapi serial mandiri yang menarik bagi audiens luas.

Kekurangannya minor, seperti occasional over-the-top violence yang mungkin off-putting bagi sebagian, tapi strength-nya di karakter dan world-building membuatnya wajib tonton. Di Indonesia, dengan rilis mingguan, penonton bisa ikuti hype global. Rating pribadi dariku: 9/10. Serial ini membuktikan bahwa adaptasi game bisa sukses besar, dan aku tak sabar lihat sampai final.