Dari rumah produksi Limo Pancer Production, film "Hantu Polong" sudah tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak 14 Maret 2024. Film ini menampilkan Rory Asyari sebagai Syahdan, Leon Dozan sebagai Ali, Rachel Hawadi sebagai Bella, Daffa Aryoseno sebagai Jali, Berlliana Lovell sebagai Mahiah, dan Ingrid Widjanarko sebagai Ibu Hannah.
Singkatnya, Film Hantu Polong mengisahkan petualangan sekelompok mahasiswa sastra yang tiba di Desa Syair Setapang untuk penelitian. Pertemuan dengan Mahiah, seorang wanita misterius di sebuah warung, memicu serangkaian peristiwa misterius yang menguji keberanian dan persahabatan mereka.
Saat mereka menyelidiki lebih jauh, mereka menemukan rahasia gelap yang terkait dengan sejarah desa. Dengan bantuan Ibu Hannah, mereka memulai perjalanan untuk memecahkan misteri hantu polong yang menghantui desa itu. Menarik, ya?
Ulasan:
Dalam rangka menghibur diri, aku memutuskan untuk menonton film horor yang bertajuk "Hantu Polong". Namun, sayangnya, apa yang diharapkan sebagai hiburan malah berubah menjadi pengalaman yang mengecewakan. Sudah dari awal, judul film ini saja cukup membuatku merasa waspada. Akan tetapi, aku memutuskan untuk memberinya kesempatan.
Mendengar kabar bahwa "Hantu Polong" berangkat dari kisah di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, menurutku konsepnya memiliki potensi yang menarik. Penggunaan latar belakang budaya Indonesia dalam film horor bisa menjadi cara yang menarik untuk mengeksplorasi mitos dan legenda lokal. Aku percaya bahwa memadukan elemen-elemen budaya dengan genre horor dapat menciptakan pengalaman yang kaya dan mendalam bagi penonton.
Namun, sayangnya, potensi tersebut nggak terwujud dalam "Hantu Polong". Meskipun film ini mencoba menyelipkan tema tentang ilmu yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk mencapai kesaktian, kekayaan, dan bahkan mungkin awet muda, penerapannya terasa kurang meyakinkan dan terlalu dangkal.
Nggak hanya dari segi cerita, tapi juga dari sisi akting para pemeran. Mereka sepertinya nggak bisa menyelamatkan film ini dari keburukan. Akting mereka terkesan dipaksakan dan nggak alami. Itu bikin aku sulit untuk merasa terhubung dengan karakter yang mereka perankan.
Aku hampir nggak peduli dengan nasib mereka dalam film ini, dan rasanya menonton Film Hantu Polong adalah beban untukku. Sepanjang menit terasa seperti sebuah siksaan karena nggak ada yang mampu menarik perhatianku. Entah mengapa, kualitas film ini terasa mundur ke tahun 2000-an. Ironis sekali.
Dari segi teknis maupun artistik, film ini nggak memiliki apa-apa yang bisa diacungi jempol. Sinematografi, pengarahan, dan efek visualnya juga nggak menonjol, bahkan terasa kurang profesional. Semua aspek dari film ini terasa buruk dan nggak terkoordinasi dengan baik. Sebagai seorang penonton yang mengharapkan sesuatu yang menghibur dan mungkin bisa sedikit menakutkan, "Hantu Polong" benar-benar mengecewakanku.
Ini subjektif dan pengalaman menonton masing-masing orang tentunya berbeda. Semoga nggak ada yang baper, justru tanggapan semacam ini seharusnya bisa dijadikan motivasi untuk menjadi lebih baik ke depannya. Selalu suport film-film lokal. Dan dengan segala kekurangannya, sebagai penonton yang sudah keluar duit, aku memberikan skor 1/10 untuk film ini. Kamu penasaran? Coba ditonton, deh.
Baca Juga
-
Emosional yang Begitu Sesak dalam Film Bila Esok Ibu Tiada
-
Ketika Horor Thailand Mengusung Elemen Islam dalam Film The Cursed Land
-
Review Film Laut Tengah: Ketika Poligami Jadi Solusi Menggapai Impian
-
Krisis Iman dan Eksorsisme dalam Film Kuasa Gelap
-
Kekacauan Mental dalam Film Joker: Folie Deux yang Gila dan Simbiotik
Artikel Terkait
-
Review Film The Twisters 2024: Perburuan Badai yang Mendebarkan
-
Sinopsis Film I Want To Talk, Film Terbaru Abhishek Bachchan dan Ahilya Bamroo
-
Trailer Film Popeye the Slayer Man: Teror Maut Si Pelaut Bertangan Besi
-
Jesse Eisenberg Resmi Jadi Sutradara Film Musikal Bergenre Komedi
-
4 Film Karya Kamila Andini, Sutradara yang Sindir Kemenbud
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
Maarten Paes Absen di Piala AFF 2024, Saatnya Cahya Supriadi Unjuk Gigi?