Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta, sebuah buku dengan genre self improvement yang akan mengajak para pembaca untuk melihat cinta dari sudut pandang yang lain.
Sebuah buku yang akan membantu kita menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin selama ini terus bergema di kepala.
Identitas Buku
Judul Buku: Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta
Nama Penulis: Alvi Syahrin
Jumlah Halaman: 223 halaman
Penerbit: Gagasmedia
Ulasan Buku ‘Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta’
Jika kita tak pernah jatuh cinta, kita tak akan banyak belajar dari masa lalu. Bagaimana ia mengajari kita untuk tetap kuat ketika hati terserak. Kita tak akan menjadi tangguh.
Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta. Sebuah buku pengembangan diri yang sukses menamparku. Banyak memberikan sudut pandang baru tentang makna cinta. Terbagi ke dalam 45 bab, buku ini benar-benar menarik dengan tampilan background berwarna pastel.
Pernah merasa iri ketika melihat teman-teman asik bersama pacar mereka masing-masing? Buku ini memberikan pemahaman baru bahwa ada yang lebih penting dari sekadar memiliki pacar. Pernah merasa kesal pada orangtua karena menurut kalian pemikiran mereka yang melarang kita untuk menjalin hubungan dengan seorang cowok dianggap kolot? Buku ini menyediakan sebuah jawaban mengapa kita harus mendengarkan orangtua daripada ‘dia’.
Buku setebal 223 halaman ini sangat addictive, sampai-sampai aku hanya perlu waktu sekitar beberapa jam untuk menamatkannya. Setiap awal bab juga dihiasi dengan ilustrasi-ilustrasi cantik. Ditambah dengan beberapa ayat Al-Quran yang berhubungan dengan topik yang sedang dibahas, membuat pembaca semakin betah dan merasa damai.
Saat membaca beberapa bab tertentu, aku sebagai pembaca merasa seperti sedang curhat, karena beberapa cerita yang disampaikan benar-benar relate dengan apa yang pernah aku alami. Selain merasa seperti sedang curhat, aku juga merasa diberi semacam pandangan sekaligus solusi dari penulis. Benar-benar sebuah buku yang sangat worth it untuk dibaca.
Buku ini aku rekomendasikan untuk kalian yang ingin mencari alasan kuat agar tidak tergoda pada kebahagiaan sesaat, dan untuk kalian yang mencari jawaban dari pertanyaan, “Aku hidup sebenarnya untuk apa, sih?”.
Tag
Baca Juga
-
Ikuti Perjalanan Hampa Kehilangan Kenangan di Novel 'Polisi Kenangan'
-
3 Novel Legendaris Karya Penulis Indonesia, Ada Gadis Kretek hingga Lupus
-
Geram! Ayu Ting Ting Semprot Netizen yang Hujat Bilqis Nyanyi Lagu Korea
-
Haji Faisal Akui Sempat Syok dengan Konten Atta Halilintar yang Disebut Netizen Sentil Fuji
-
Outfit Bandara Seowon UNIS Jadi Sorotan, K-netz Perdebatkan Usia Debut
Artikel Terkait
-
Ulasan A Wind in the Door: Perjalanan Mikroskopis Memasuki Sel-Sel Tubuh
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
Di Antara Luka dan Pulih: Lika-Liku Luka, Sebuah Perjalanan Menjadi Manusia
-
Ulasan Novel Love, Mom: Surat Berisi Teka Teki Meninggalnya Sang Ibu
-
Raih Nobel Sastra 2024, Han Kang Siap Rilis Buku Baru 'Light and Thread'
Ulasan
-
Ulasan A Wind in the Door: Perjalanan Mikroskopis Memasuki Sel-Sel Tubuh
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an
-
The King of Kings Siap Tayang di Bioskop Indonesia Mulai 18 April
-
Review Film In the Lost Lands: Perjalanan Gelap Sang Penyihir dan Pemburu
Terkini
-
5 Rekomendasi Tontonan tentang Yesus, Sambut Libur Panjang Paskah 2025
-
BRI Liga: Borneo FC Harus Puas Berbagi Poin, PSM Makassar Nyaris Gigit Jari
-
Super Junior L.S.S. 'Pon Pon' Penuh Percaya Diri dan Bebas Lakukan Apa Pun
-
Tapaki Partai Puncak, Romantisme Pendukung Uzbekistan dan Indonesia Terus Berlanjut
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa