Film sci-fi luar angkasa, "Rebel Moon – Part Two: The Scargiver", masih dengan sutradara Zack Snyder di kursi pengarah, film ini agaknya menawarkan pemandangan yang memukau dibalut aksi mendebarkan. Masih dibintangi oleh para bintang di film bagian pertama, ada: Sofia Boutella sebagai Kora, Djimon Hounsou memerankan Titus, Ed Skrein mengambil peran Atticus Noble, lalu ada Michiel Huisman sebagai Gunnar, Doona Bae sebagai Nemesis, Ray Fisher menjadi Darrian Bloodaxe, dan masih banyak lagi. Film berdurasi sekitar 122 menit ini, sudah menyapa para penggemarnya sejak 19 April 2024.
Kisahnya kali ini dimulai ketika Kora, seorang mantan prajurit Imperium, kembali ke planet Veldt bersama para pejuang yang masih hidup. Mereka percaya bahwa mereka telah berhasil menghentikan serangan Motherworld yang akan datang dengan membunuh Laksamana Noble. Namun, kenyataan pahit terungkap: Noble masih hidup dan pasukannya akan tiba dalam lima hari.
Untuk mempersiapkan perlawanan, Titus, seorang mantan jenderal Imperium, bersumpah untuk melatih seluruh desa untuk bertempur. Mereka merencanakan strategi perang termasuk penggalian parit dan terowongan di ladang serta meletakkan bahan peledak. Sementara itu, hubungan antara Kora dan Gunnar, seorang petani yang bergabung dengan perjuangan mereka, berkembang menjadi lebih dari sekadar kawan pejuang.
Namun, selama persiapan mereka, Kora juga mengungkapkan rahasia gelapnya yang terkait dengan pembunuhan raja, ratu, dan putri muda Issa dari Motherworld, yang membuatnya harus melarikan diri dan bersembunyi di Veldt. Sementara itu, karakter-karakter seperti Nemesis dan Darrian Bloodaxe, seorang pejuang yang bergabung dengan Kora, juga memberikan kontribusi penting dalam perjuangan mereka.
Ketika serangan Motherworld terjadi, desa mereka hancur dan korban berjatuhan, tetapi Kora dan sekutunya nggak pernah menyerah. Mereka berhasil menghancurkan Motherworld dan mengalahkan pasukan yang tersisa, membawa kemenangan bagi Veldt. Namun, kemenangan tersebut datang dengan pengorbanan, termasuk kehilangan nyawa yang berharga.
Di akhir film, saat debu pertempuran mereda, kita melihat sosok yang tegar dalam masyarakat yang bersatu. Meskipun telah kehilangan banyak hal, mereka menyimpan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dengan keberanian mereka, mereka nggak hanya meraih kemenangan atas musuh mereka, tetapi juga atas masa lalu mereka sendiri.
Ulasan:
Film ini menunjukkan sedikit peningkatan dari bagian pertama, tetapi masih memiliki beberapa kekurangan yang mencolok. Penggunaan slow motion yang berlebihan terkadang membuatku merasa bosan dan kehilangan momentum. Entahlah, dialog-dialognya juga kayak kurang memikat, nggak memberikan dampak emosional yang mendalam.
Transisi antara adegan-adegan dalam film terkadang juga terasa canggung dan kurang lancar, sehingga memberikan kesan bahwa Zack Snyder yang juga terlibat dalam pembuatan naskah, bagiku seperti, penyusunannya kayak belum matang. Selain itu, beberapa keputusan karakter terlihat agak nggak masuk akal.
Meskipun demikian, efek CGI-nya sangat mengesankan. Efek visual yang dibawakan dalam film ini keren dan memanjakan mata. Ya, hal demikian memberikan semacam pengalaman sinematik khas Zack Snyder yang memang bagus. Namun, keindahan visual nyatanya nggak cukup untuk menyelamatkan kelemahan cerita yang kurang menonjol.
Begitulah, film ini terasa seperti lebih fokus pada penjualan visual spektakuler ketimbang pengembangan cerita yang kuat dan substansial. Hal ini membuatnya terkesan sebagai sebuah produksi bergantung pada efek visual semata, tanpa menawarkan sesuatu yang benar-benar istimewa di samping sedikit peningkatan dari bagian sebelumnya. Ya, cukup disayangkan mengingat potensinya sebenarnya cukup besar.
Ini berarti, Film Rebel Moon – Part Two: The Scargiver, kendatipun lebih baik dari bagian pertamanya, tetapi nggak benar-benar meninggalkan kesan dan kepuasan pada penonton dari segi cerita dan penokohan. Sayang sekali, ya. Skor dariku: 5,9/10. Memang, skornya sangat nanggung memang, tapi nyatanya, visual yang megah itu nggak cukup, dan skor ini lebih besar dari nilai yang kuberikan di film bagian pertama. Jika kamu penasaran filmnya kayak apa, silakan ditonton karena bisa jadi kamu akan berbeda pendapat denganku. Selamat menonton, ya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Review Film The Surfer: Semacam Studi Karakter yang Suram
-
Review Film Bonjour Tristesse: Adaptasi yang Lebih Kalem dan Nyeni
-
Review The Four Seasons: Penuh Bintang tapi Rasanya Kosong
-
Review Vulcanizadora: Film Indie ala Meditasi Gelap tentang Hidup
-
Review Film Pavements: Yang Nggak Mau Jadi Dokumenter Musik Biasa
Artikel Terkait
-
Review Film The Surfer: Semacam Studi Karakter yang Suram
-
Review Outer Banks, Petualangan Remaja Mencari Harta Karun Legendaris
-
Penn Badgley: Aktor Serial 'You' Penganut Baha'i Ternyata Rajin Baca dan Memahami Al Quran
-
Kamus Emoji dalam Film Adolescence, Biar Ngerti Ceritanya
-
Marvel Resmi Ubah Judul Thunderbolts* Jadi The New Avengers
Ulasan
-
Review Film The Surfer: Semacam Studi Karakter yang Suram
-
Review Outer Banks, Petualangan Remaja Mencari Harta Karun Legendaris
-
Ariana Grande Bahas Kekuatan Cinta Lewat Lagu Supernatural
-
4 Rekomendasi Buku Tetralogi Karya Ilana Tan yang Wajib Kamu Baca
-
Ulasan Novel A Place Called Perfect: Rahasia Tersembunyi di Kota Perfect
Terkini
-
Bukan Cuma Berburu Poin, Pertarungan Lawan China Juga Bisa Jadi Laga Pemupus Harapan
-
Nasihat Ashanty dan Anang Hermansyah di Pernikahan Luna-Maxime: Harus Bisa Saling Jaga dan Mengerti
-
5 Rekomendasi Drama Korea tvN Bertema Hukum, Terbaru Ada Law and The City
-
Asal Cium Jin BTS, Wanita Asal Jepang Diserahkan ke Jaksa Penuntut
-
Isyaratkan Comeback, Momoland Tandatangani Kontrak dengan Agensi Baru