Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Noviayan Andono
Ilustrasi buku 'The Gift of Imperfection' (Gramedia Digital)

Buku "The Gift of Imperfection" ditulis oleh Brené Brown, seorang penulis terkenal yang bukunya masuk dalam daftar best-seller New York Times. Buku ini adalah hasil dari penelitian yang ekstensif dan telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. 

Dalam buku "The Gift of Imperfection", Brené Brown mengundang kita untuk menerima diri kita sebagaimana adanya, mengurangi kekhawatiran tentang pandangan orang lain terhadap kita. Sehingga kita dapat lebih mencintai dan menerima diri kita sendiri, meskipun kita tidak sempurna.

Buku ini mengajarkan bahwa ketidaksempurnaan sejatinya adalah anugerah, namun seringkali kita merasa terdorong untuk menyembunyikan ketidaksempurnaan tersebut. 

Buku ini berfungsi sebagai panduan tentang bagaimana kita dapat hidup dengan ketidaksempurnaan kita di dunia yang sering kali memuja kesempurnaan. 

Banyak dari kita terobsesi dengan citra kesempurnaan yang kita lihat di media atau yang dianut oleh budaya masyarakat, yang pada akhirnya membuat kita hidup di balik topeng untuk menutupi kekurangan kita.

Buku ini juga menjelaskan bahwa salah satu alasan kita tidak dapat hidup sebagai diri yang sebenarnya adalah karena terlalu memperhatikan pendapat orang lain, yang terkadang membuat kita memaksakan diri untuk menjadi versi dari diri kita yang diinginkan orang lain. 

Di era media sosial saat ini, di mana setiap orang berusaha menampilkan dirinya secara sempurna, kita sering kali merasa tidak percaya diri dan takut untuk menunjukkan diri yang sebenarnya, yang dapat menyebabkan perasaan rendah diri.

"The Gift of Imperfection" mengungkap bahwa setiap manusia memiliki rasa malu, dan ketika rasa malu itu muncul, sering kali takut akan penolakan, takut ketidaksempurnaan diketahui orang lain, dan cenderung menyalahkan diri sendiri atau rasa malu itu. 

Brené Brown menjelaskan bahwa keputusan untuk menjadi diri sendiri adalah keputusan yang harus kita ambil setiap hari, bukan sekali seumur hidup. 

Kita mungkin menjadi diri yang sebenarnya di rumah bersama orang-orang terdekat, namun ketika berada di luar, kita sering kali kembali memakai topeng.

Keberanian adalah kunci untuk tidak takut menjadi berbeda, tidak takut dijauhi, dan tidak takut menunjukkan kekurangan kita. Ketika kita berani menjadi diri kita sendiri, hidup kita akan lebih tenang daripada jika kita hidup dalam kepalsuan. 

Jadi, bagi kamu yang saat ini merasa tidak percaya diri, merasa tidak sempurna, takut, dan rendah diri, buku ini mungkin adalah buku yang tepat untukmu.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Noviayan Andono