Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Erlita Novitania
Novel Seribu Wajah Ayah, Sumur, Purple Eyes, Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini (DocPribadi/Erlita Novitania)

Buku tipis memiliki daya tarik unik yang tidak boleh diremehkan. Meskipun ukurannya ringkas, namun kemampuannya untuk menghantarkan pembaca dalam perjalanan emosi yang mendalam seringkali tak tertandingi.

Cerita-cerita dalam buku tipis mampu menyentuh hati dan meresap dalam ingatan, bahkan bagi pembaca yang baru memulai perjalanan literasi.

Buku tipis juga menjadi pilihan yang ideal bagi pembaca pemula yang ingin memulai perjalanan literasi mereka. Ukurannya yang tidak terlalu tebal membuatnya lebih mudah untuk dicerna, sementara cerita-ceritanya masih memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan.

Selain itu, buku tipis juga bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan bagi mereka yang baru terjun ke dunia membaca.

Dikutip dari Instagram @gramedia.com, berikut rekomendasi novel tipis yang tak hanya menawarkan hiburan namun juga mengajak pecinta buku baru untuk lebih dalam lagi menyukai membaca. Berikut 4 novel tipis tersebut:

1. "Seribu Wajah Ayah" karya Nurun Ala

Novel ini mengisahkan perjuangan seorang ayah yang ditinggal oleh ibunya saat dilahirkan. Sang ayah kemudian berjuang keras untuk merawat dan membesarkan anaknya sendirian. Kisah ini memperlihatkan kekuatan cinta seorang ayah yang rela berkorban segalanya untuk anaknya.

2. "Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini" karya Boy Candra

Novel ini menggambarkan kesunyian seorang ibu yang meratapi kesedihannya di ruangan kosong. Di tengah kesepian dan tangis yang terpendam, ia menemukan ketenangan dalam mengekspresikan emosinya.

Kisah ini mengajarkan tentang kekuatan dalam melawan kesedihan dan menemukan kedamaian di tengah keterbatasan.
"Sumur" karya Eka Kurniawan

3. "Sumur" karya Eka Kurniawan

Kisah dalam novel ini memperlihatkan penderitaan sepasang kekasih, Toyib dan Siti, yang dihadapkan pada krisis iklim dan konflik air.

Hubungan mereka terhalang oleh berbagai permasalahan sosial dan politik yang mengguncang desa mereka. Kisah ini memperlihatkan kekuatan cinta dalam menghadapi tantangan dan tragedi.

4. "Purple Eyes" karya Prisca Primasari

Novel ini mengisahkan perjalanan emosional seorang pemuda bernama Ivarr Amundsen yang kehilangan kemampuannya untuk merasa setelah kehilangan orang yang dicintainya.

Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu dengan Solveig, seorang gadis misterius yang mengembalikan percikan emosi dalam hidupnya. Kisah cinta mereka membawa pembaca ke suasana yang muram namun penuh dengan harapan.

Kumpulan novel ini tak hanya menghibur, tapi juga memperlihatkan kekuatan emosi dan pengalaman hidup yang mampu menyentuh hati pembaca dengan cara yang mendalam. Siapkah menjelajahi lika-liku emosi dalam kemasan tipis ini?

Erlita Novitania