Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Lena Weni
Rumah Limas yang berada di Museum Negeri Sumsel ‘Balaputra Dewa’, Kota Palembang. [Suara.com/Rio]

Tahu Rumah Limas? Itu lho rumah adat asal Palembang, Sumatera Selatan yang gambarnya pernah mempercantik visual uang kertas pecahan 10 ribu yang lama. Gimana ingat, kan?

Ngomongin soal Rumah Limas, rasanya kalian bakal setuju deh kalau Rumah Limas memiliki bentuk atau konstruksi yang cukup unik, bahkan punya ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan rumah adat dari daerah lain.

Menariknya, keunikan Rumah Limas ini ternyata menyimpan filosofi yang mendalam, lho! Lantas nilai filosofi seperti apa sih yang terkandung dalam Rumah Limas? 

Dalam jurnal yang berjudul Nilai dan Makna Kearifan Lokal Rumah Tradisional Limas Palembang sebagai Kriteria Masyarakat Melayu (2018) disebutkan bahwa Rumah Limas atau yang juga dikenal dengan sebutan Rumah Bari adalah rumah tradisional yang memiliki bentuk atap menyerupai limas atau piramida terpenggal.

Rumah Limas juga memiliki penataan ruang yang mencerminkan tingginya tingkatan budaya suku bangsa yang memilikinya.

Laman Indonesia.go.id (16/6/2019) juga menyebutkan bahwa Rumah Limas ialah rumah tradisional Provinsi Sumatera Selatan yang gaya bangunannya seperti rumah panggung yang terdiri dari lima tingkatan.

Masing-masing tingkatan memiliki peruntukan dan fungsi yang berbeda. Disebutkan, lima tingkatan tersebut diatur peruntukkannya berdasarkan usia, jenis kelamin, pangkat, serta martabat penghuninya. 

Tingkat pertama atau disebut Pagar Tenggalung merupakan ruangan tanpa dinding pembatas seperti beranda yang difungsikan sebagai tempat menerima para tamu yang datang pada saat acara adat. 

Tingkat kedua alias Jogan merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga pemilik rumah yang berjenis kelamin laki-laki. 

Tingkat ketiga adalah ruangan privasi yang memiliki sekat dan hanya diperuntukkan untuk menerima tamu undangan khusus ketika pemilik rumah sedang mengadakan hajat.

Nah, khusus orang yang dihormati dan memiliki ikatan darah dengan pemilih rumah, disebutkan akan dipersilahkan untuk naik ke tingkat keempat. Mereka yang diperkenankan naik ke tingkat empat adalah para Dapunto dan Datuk, sampai tamu undangan yang dituakan. 

Terakhir, tingkat kelima atau disebut Gegajah. Ruangan ini memiliki luasan yang paling luas bila dibanding dengan ruangan lainnya. Ruangan ini lebih istimewa dan hanya boleh dimasuki oleh orang yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dalam keluarga ataupun masyarakat. Di dalamnya terdapat Amben, undukan lantai yang difungsikan untuk bermusyawarah, juga ada kamar pengantin yang difungsikan jika pemilik rumah mengadakan pernikahan.

Menurut informasi dari laman dekoruma.com (22/08/2018), tingkatan berjenjang Rumah Limas dan peruntukannya yang berbeda, bukan dibuat untuk membedakan kasta para penghuninya, melainkan mengandung filosofi bahwa ada keluarga besar yang tinggal di sana. 

Selain memiliki tingkatan dan perfungsian yang unik, Rumah Limas juga memiliki elemen lain yang mencolok. Elemen yang dimaksud ialah ornamen pada atap Rumah Limas. Di mana tampak pada puncak atap terdapat hiasan ornamen simbar berbentuk tanduk dan melati. 

Simbar berbentuk melati melambangkan keagungan dan kerukunan. Sedangkan simbar tanduk mengandung filosofi yang disesuaikan dengan jumlahnya.

Simbar dua tanduk berarti Adam dan Hawa, simbar tiga tanduk berarti matahari, bulan dan bintang. Simbar empat tanduk berarti sahabat nabi.

Sedangkan simbar lima tanduk melambangkan rukun Islam. Simbar tersebut selain berfungsi sebagai dekorasi, juga berfungsi sebagai penangkal petir, lho! 

Rumah Limas sendiri umumnya dibuat menghadap ke arah timur dan barat. Pemilihan arah hadap Rumah Limas ini juga dipengaruhi filosofi yang berkembang di kalangan masyarakat.

Arah timur berarti Matoari Edop (matahari terbit) yang melambangkan awal mula kehidupan. Sedangkan arah barat berarti Matoari Mati (matahari terbenam), yang melambangkan akhir dari kehidupan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Lena Weni