Anak-anak kerap kali teledor dalam memperlakukan barang-barang miliknya. Seusai digunakan, mereka lupa untuk membereskan atau meletakkan kembali barang yang mereka pakai ke tempat semula.
Akhirnya, ketika kembali membutuhkan barang tersebut mereka jadi kesulitan, karena sudah lupa kapan terakhir kali memakai dan di mana meletakkannya.
Seperti kisah dalam buku Oh, Mana Krayonku? karya dari Liza Erfiana, yang termuat dalam Seri Benda yang Hilang dan diterbitkan oleh Penerbit Tiga Serangkai di tahun 2022.
Dikisahkan seorang anak bernama Iwan yang harus segera mengerjakan PR menggambar. Tapi, Iwan kebingungan saat mengetahui jika krayonnya tak ada di meja belajarnya.
Iwan ingin bertanya pada ibu, tapi Iwan ingat jika ibu sering berkata, agar Iwan mencari lebih dahulu barang yang terselip sebelum bertanya.
Akhirnya, Iwan memutuskan untuk mencari krayonnya terlebih dahulu. Ia mengingat-ingat dimana dan kapan terakhir kali menggunakan krayonnya.
Iwan mencari di laci meja, di lemari baju di antara tumpukan pakaiannya, bahkan sampai ke kolong ranjang. Iwan sempat teringat bahwa ia dan adiknya, Marsa, terakhir kali mewarnai bersama di ruang keluarga. Tapi, di ruangan itu pun Iwan tak menemukan krayonnya.
Iwan lalu memutuskan untuk bertanya pada Marsa. Siapa tahu adiknya itu tahu di mana krayon Iwan berada. Sebab, hari sudah semakin sore, sedangkan Iwan belum mulai mengerjakan tugas menggambarnya sama sekali.
Apakah Iwan berhasil menemukan krayonnya? Bisakah Marsa membantu Iwan mengingat krayonnya terakhir kali berada?
Buku cerita berwarna yang disertai ilustrasi goresan dari Sekarningtyas Bocha Wilujeng ini, selain memberikan kisah tentang krayon yang hilang, juga mengajarkan anak-anak untuk tertib memperlakukan barang-barang milik mereka setelah digunakan.
Anak-anak diajarkan tahapan demi tahapan untuk mencegah mereka kehilangan barang, juga tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan jika terlanjur kehilangan barang.
Buku setebal 32 halaman ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Apalagi disertai pula dengan gambar ilustrasi yang menarik dan mendukung ceritanya itu sendiri.
Namun, tentu saja peran orang tua tetap penting dalam mendampingi anak-anak selama membaca cerita. Selain untuk menciptakan kebersamaan, akan terjadi proses belajar mengajar antara orang tua dan anak dengan cara yang menyenangkan.
Pada halaman akhir juga terdapat lembar aktivitas yang bisa menjadi kegiatan seru bagi anak-anak yang berkaitan dengan cerita krayon milik Iwan.
Oh, Mana Krayonku bagi saya merupakan buku cerita anak yang menginspirasi dan dapat menjadi pilihan bacaan anak yang dapat menemani masa-masa tumbuh kembang anak.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Novel Petualangan ke Tiga Negara: Perjalanan Edukasi yang Sarat Pengetahuan
-
Resensi Novel The Infinite Quest, Kasus Penculikan dan Teknologi Awet Muda
-
Ulasan Novel Pak Djoko, Misteri Keluarga yang Dikemas dalam Bahasa Puitis
-
Ulasan Novel Low Pressure, Mengungkap Kasus Pembunuhan 18 Tahun Lalu
-
Ulasan Novel Wish Me Luck: Novel Berpremis Menarik dengan Bumbu Misteri
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Three Days to Remember: Tentang Hati yang Mau Menerima Kembali
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Ulasan Novel Aroma Karsa: Ambisi Mencari Kejayaan Lewat Teka-teki Wewangian
-
Ulasan Buku Quiet Karya Susan Cain: Kekuatan Seorang Introvert
Ulasan
-
Pengepungan di Bukit Duri: Potret Luka Sosial di Balik Layar Sinema
-
Review Anime Bofuri, Main Game VRMMORPG yang Jauh dari Kata Serius
-
Baper, Film Jepang 'The Blue Skies at Your Feet': Cinta, Waktu dan Air Mata
-
Kisah Manis Keluarga di Novel 'Rahasia Keluarga dan Cerita-Cerita Lainnya'
-
Desa Wisata Bromonilan, Menikmati Sejuknya Udara khas Pedesaan di Jogja
Terkini
-
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Laba Menyusut: Suara Hati Pengusaha Indonesia
-
Ondrej Kudela Antar Persija Jakarta Teguk Kemenangan, Persik Kediri Makin Terpuruk
-
Jawaban Ryan Coogler Soal Peluang Sekuel Film Sinners
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
-
Orang Baik Sering Tersakiti: Apakah Terlalu Baik Itu Merugikan Diri?