Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Rie Kusuma
Novel Imung: Siulan Kematian (Ipusnas)

Buku Imung: Siulan Kematian merupakan salah satu dari seri Kancil, yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia (1981) dan merupakan karya dari penulis kawakan Arswendo Atmowiloto.

Buku seri detektif remaja ini, pernah dibuat serial televisinya di salah satu stasiun TV swasta dan cukup mendulang sukses. Tokoh Imung yang kerap berhasil mengungkap kasus kejahatan, nyatanya cukup menarik simpati dari para penggemarnya.

Adapun kisah-kisah yang terdapat dalam buku seri Imung: Siulan Kematian, antara lain: Sepotong Kaki Tak Bertuan, Hilangnya Foto Presiden, Kartu Ulang Tahun, Siulan Kematian, dan Kaos Kaki Perancis.

Sepotong Kaki Tak Bertuan berkisah tentang penemuan sepotong kaki kiri, kemungkinan pemiliknya perempuan, di Pelabuhan Tanjung Priok. Diduga kaki tersebut dipotong dengan benda sangat tajam karena potongannya rapi.

Meskipun kasus tersebut tampaknya sulit dipecahkan karena tak adanya saksi maupun keluarga yang merasa kehilangan korban, ternyata Imung—dengan kerja sama dari Dokter Budi dan pihak kepolisian—berhasil memecahkan misteri potongan kaki tersebut.

Hilangnya Foto Presiden menceritakan tentang hilangnya sebuah foto di acara Pameran Pembangunan di alun-alun Manggarai. Foto Presiden Soeharto menghilang dari papan display. Ada bukti jika foto tersebut diambil secara paksa.

Pertanyaannya, untuk apa pengunjung mengambil foto tersebut? Terlalu berisiko dan tak sesuai dengan harga yang harus dibayar, jika sampai pelakunya tertangkap.

Imung juga kesulitan melacak jejak pelaku, karena yang datang ke acara pameran tersebut nyaris sepuluh ribu orang. Tapi, lagi-lagi, dengan kecerdikan dan kepekaannya menganalisis suatu kasus, Imung berhasil menemukan sang pelaku dan alasannya melakukan pencurian foto tersebut.

Kartu Ulang Tahun berkisah tentang pencarian terhadap pengirim kartu ucapan ulang tahun. Kartu tersebut ditemukan Wardiningsih di laci mejanya, tanpa dibubuhi nama pengirim.

Wardiningsih, teman sekelas Imung yang penasaran akan jati diri sang pengirim tersebut, lantas meminta Imung membantunya menemukan sang pengirim kartu. Tentu saja tanpa kesulitan Imung berhasil menguak jati diri pelaku.

Kaos Kaki Perancis adalah tentang hilangnya kaos kaki Mayor Polisi Sulaeman Wibowo. Padahal rencananya, kaos kaki pemberian teman dari Perancis tersebut akan dipakainya saat pelantikan naik pangkat menjadi Letkol Polisi.

Imung, yang diundang pada jamuan makan di rumah Letkol Sulaeman, tak membutuhkan waktu lama untuk mengetahui, bahwa pelaku pencurian kaos kaki tersebut adalah anak-anak yang kerap bermain kelereng di lapangan dekat kediaman Letkol Sulaeman.

Siulan Kematian yang menjadi kisah pamungkas, mengungkap kasus kematian pengarang lagu nyentrik, George Kao. Insiden pembunuhannya turut melibatkan Tunggadewi, karena terjadi seusai acara ulang tahun penyanyi remaja tersebut.

Bersama Tunggadewi, Imung lalu menyelidiki para tamu undangan dalam acara ulang tahun Tunggadewi. Tak disangka ada skandal besar di balik kematian pengarang lagu tersebut, dan membuka celah bagi Imung dan pihak kepolisian untuk menemukan pelaku pembunuhan.

Membaca buku Imung dan aksinya memecahkan berbagai kasus, saya masih merasakan keseruan yang sama, seperti kala membacanya di saat saya remaja.

Karakter Imung yang kuat masih melekat di benak saya. Gambaran tentang anak remaja berkulit hitam, selalu berbaju lusuh, jarang disetrika, dengan rambut menjuntai di dahi dan koreng yang tak pernah sembuh, ternyata memiliki daya pikat tersendiri.

Penulisnya, Arswendo Atmowiloto, berhasil menciptakan karakter tokoh yang tak mesti tampan rupawan untuk mencuri hati pembaca. Dengan kecemerlangan otaknya dalam menganalisis sebuah kasus, nyatanya Imung dengan mudah menarik simpati para pembacanya.

Konflik cerita ada yang sederhana tapi ada juga yang njelimet macam Siulan Kematian. Bagi saya, sangat menarik ketika para polisi yang memiliki pangkat tinggi, memercayakan Imung terlibat dalam banyak kasus.

Tentu saja hal itu tak lepas dari lingkungan tempat tinggal Imung, yang merupakan rumah Kolonel Polisi Suyatman, dan ayahnya yang pensiunan polisi, ditambah kepekaan dan kecerdasan Imung yang tak diragukan lagi.

Sebagai buku seri detektif remaja, Imung telah melewati lintas waktu dan generasi dan ternyata masih sangat menarik untuk dinikmati setiap kisahnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Rie Kusuma