Nama Arswendo Atmowiloto sudah tak asing di bidang jurnalistik, penulisan dan sinetron. Ia lahir di Solo, pada 26 November 1948. Pernah kuliah di IKIP Solo selama beberapa bulan, kemudian mengikuti program penulisan kreatif di Iowa University, Iowa City, Amerika Serikat (1979).
Prestasi Arswendo Atmowiloto sangat luar biasa. Beberapa karyanya telah disinetronkan dan mendapat penghargaan. Salah satunya, Keluarga Cemara dan Becak Emak, yang terpilih sebagai Pemenang Kedua Buku Remaja Yayasan Adikarya IKAPI 2002.
Kali ini, saya akan mengulas sebagian dari buku karya Arswendo Atmowiloto yang berjudul Mengarang Novel Itu Gampang. Ya, buku ini cukup komplet, lebih lengkap daripada buku sejenis yang sudah pernah terbit.
Dalam buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini, Arswendo menulis pengalaman pribadinya, serta proses kreatif lahirnya Keluarga Cemara. Dari cerita pendek, buku, sampai menjadi sinetron hampir 300 episode.
Ia juga melengkapi buku ini dengan pengalaman sebagai dosen di perguruan tinggi Ilmu Komunikasi, pengalaman saat mengisi acara pelatihan bersama para guru dan anak-anak.
Menariknya, buku Mengarang Novel Itu Gampang ini, disajikan dengan gaya dialog atau tanya jawab. Digambarkan sang penanya adalah pembaca yang ngeyel, tidak mudah ditaklukkan, sementara Arswendo bertindak sebagai mentor yang memberi jawaban dengan sabar dan kocak.
Sebagian tanya jawab tersebut menyinggung perihal waktu yang tepat untuk menulis, serta alasan dari pembaca kenapa tidak menulis hingga sekarang?
Penanya: Saya sudah mulai, tapi repot melulu. Tidak ada waktu luang. Bagaimana pekerjaan lain? Saya kan masih sekolah.
Arswendo: Baiklah, kita anggap itu soal pertama. Menghadapi waktu. Saya tidak percaya kalau ada orang berniat menulis novel, lalu bilang tak punya waktu. Itu omong kosong. Ya, kamu akan membantah dengan mengatakan banyak PR atau pekerjaan lain. Itulah yang omong kosong. Karena waktu selalu ada. Kamu punya waktu 24 jam sehari, saya punya waktu yang sama. Seperti juga yang lain. Kalau yang lain bisa, kenapa kamu tidak bisa? (Halaman 10).
Ia bahkan mencontohkan aktivitas dan kesibukan dirinya, juga penulis lain seperti Putu Wijaya dan Maria A. Sardjono. Aktivitas Arswendo resminya sebagai wartawan, mencari berita. Jadi redaktur, memilih dan mengedit artikel. Dan jadi suami, juga ayah anak-anak.
Begitu pun dengan Putu Wijaya. Selain menulis novel, ia juga mengasuh majalah, jadi sutradara, menulis skenario, melukis, latihan pementasan, dan punya istri. Maria A. Sardjono juga. Tak hanya menulis novel, ia pun punya anak yang memerlukan perhatian, suami, dan masih kuliah lagi.
Intinya, buku Mengarang Novel Itu Gampang ini, sangat cocok untuk motivasi kita dalam mengarang dan menyelesaikan sebuah tulisan, terutama novel. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan si penanya seolah mewakili pertanyaan kita. Semua pertanyaan dan jawaban yang ada di dalam buku ini, cukup membantu. Jenaka dan mudah dicerna.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Mengarang Novel Itu Gampang
Penulis: Arswendo Atmowiloto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, September 2011
Tebal: 208 Halaman
ISBN: 978-979-22-7512-4
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
-
Kisah Kelingking Mengusir Nenek Raksasa dalam Buku Cerita Rakyat Nusantara
-
Ulasan Buku Cinta di Segala Musim, Menghadapi Setiap Fase dalam Hubungan
-
Ulasan Buku Toko Merah, Pentingnya Inovasi dan Menjauhi Sikap Sombong
-
Ulasan Novel Tamalatea, Tentang Cinta yang Tak Kunjung Layu
-
LSPR Institute Luncurkan Buku The Power of Internal Communication, Sebuah Kajian Komunikasi Internal di BUMN
Ulasan
-
Ulasan Novel Oregades: Pilihan Pembunuh Bayaran, Bertarung atau Mati
-
Dari Utas viral, Film Dia Bukan Ibu Buktikan Horor Nggak Lagi Murahan
-
Review The Long Walk: Film Distopia yang Brutal, Suram, dan Emosional
-
Menyikapi Gambaran Orientasi Seksualitas di Ruang Religius dalam Film Wahyu
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
Terkini
-
Nasib Tragis Luffy di Elbaf: Spekulasi Panas Kalangan Penggemar One Piece
-
Bumi Watu Obong Jadi Wajah Budaya Gunungkidul di Malam Puncak Mataf Unisa
-
Divonis 9 Tahun, Vadel Badjideh Tetap Ngeyel dan Tolak Mengaku Bersalah
-
Gak Perlu Panik! Ini Cara Mudah Nabung Buat Pernikahan Meski Gaji Pas-pasan
-
Ramalan Kiamat di Uganda: Ratusan Warga Tinggalkan Rumah dan Masuk Hutan