Sang Penyelaras Nada karya Chiang Sheng Kuo adalah sebuah novel yang menghadirkan perjalanan emosional seorang penyetel piano yang menyembunyikan rahasia kelam dan luka mendalam.
Sosok tanpa nama ini menjalani hidup sederhana di usia empat puluhan, meskipun pernah memiliki masa lalu yang cemerlang sebagai keajaiban di dunia musik. Namun, pengkhianatan dan patah hati membuatnya menjauh dari kejayaan dan tenggelam dalam kehidupan yang penuh penyesalan.
Novel ini membawa pembaca melalui perjalanan lintas waktu dan benua. Dari apartemen kecil yang gelap di Taipei hingga jalanan New York yang berselimut salju, kehidupan sang penyetel piano dipenuhi pertemuan dengan orang-orang yang berkontribusi pada perjalanan batinnya.
Salah satu karakter yang memberikan kesan mendalam adalah seorang duda muda yang masih terjebak dalam duka setelah kehilangan istrinya. Hubungan mereka memberikan warna tersendiri dalam cerita, menghubungkan tema kehilangan dan harapan.
Salah satu kekuatan utama novel ini terletak pada penggambarannya yang detail tentang dunia musik, khususnya seni penyetelan piano. Pembaca diajak memahami proses teknis penyetelan hingga filosofi di balik keindahan musik itu sendiri.
Hal ini memberikan wawasan baru bagi pembaca, terutama bagi mereka yang mungkin tidak akrab dengan dunia musik. Piano Steinway yang tidak selaras menjadi simbol penting dalam cerita, mencerminkan kehidupan sang protagonis yang penuh ketidakseimbangan.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa struktur cerita yang tidak linear menjadi tantangan tersendiri. Narasi yang melompat-lompat antara sudut pandang orang pertama, kedua, dan ketiga sering kali membingungkan. Ditambah dengan alur yang tidak berurutan, pembaca mungkin merasa kesulitan untuk mengikuti jalannya cerita.
Akhir cerita yang terkesan mendadak juga menambah rasa menggantung, meskipun memberikan ruang untuk interpretasi yang lebih dalam.
Menurut saya, Sang Penyelaras Nada adalah novel yang memadukan seni musik dan kisah kehidupan dengan cara yang mengharukan. Penggambaran tentang dunia piano sangat menarik, memberikan sudut pandang baru terhadap profesi penyelaras nada yang jarang diangkat dalam cerita. Meski narasi yang tidak konvensional membuat cerita sulit diikuti, pengalaman membaca novel ini tetap berkesan. Novel ini cocok bagi pembaca yang mencari kisah reflektif dengan nuansa seni dan emosi yang mendalam.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Novel Pusaka Candra: Kisah Politik, Mitos, dan Cinta Keraton Abad 17
-
Intrik Kuasa dan Cinta Terlarang dalam Novel Kaisar
-
Ulasan Sweet Disguise, Perjalanan Menguak Korupsi Lewat Penyamaran
-
Perjuangan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Novel Senja di Sudut Rumah Sakit
-
Romansa dan Luka Masa Lalu dalam Novel Reuni Berdarah 1995
Artikel Terkait
-
'Semua yang Sesak Akan Perlahan Reda', Sebuah Buku untuk Jiwa yang Gelisah
-
Meramu Cinta dalam Pernikahan: Mengambil Hikmah Buku Cinta di Rumah Nabi
-
5 Rekomendasi Novel Terbaik Karya Perempuan Penulis Indonesia
-
Persaingan Seru dalam Novel Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 3
-
Ulasan Buku 'Wahai Orang Berselimut', Bangkitkan Semangat Untuk Berdakwah
Ulasan
-
Review Film Now You See Me: Now You Don't, Kritik Tajam ke Dunia Korup
-
Perjuangan Melawan Kemiskinan dan Tradisi Kaku dalam Novel Bertajuk Kemarau
-
Review Film Ozora: Penganiayaan Brutal Penguasa Jaksel, Kritik Pedas Buat Sistem Hukum
-
Ulasan Buku "Brothers", Kenangan Kecil untuk Mendiang Sang Adik
-
Ulasan Novel Pachinko, Kisah Tiga Generasi Keluarga Korea di Jepang
Terkini
-
Budaya Diam di Sekitar Kita: Mengapa Perilaku Bullying Terus Terjadi?
-
5 Drakor Sageuk Netflix dengan Rating Tertinggi, Wajib Masuk Watchlist!
-
Nova Arianto Minta Indonesia Tetap Jaga Asa Tampil di Piala Dunia
-
Sekolah Apung: Solusi Pendidikan bagi Anak-Anak Pesisir di Daerah Terpencil
-
Resmi Cerai dari Ahmad Assegaf, Tasya Farasya Ngaku Sempat Hampir Menyerah?