Pernah nggak sih kamu merasa film horor itu nggak hanya soal hantu atau kejadian menyeramkan? Nah, Film Mama: Kasih yang Tak Pernah Mati “bisa jadi” salah satu film horor yang agaknya menawarkan pengalaman lain.
Sutradara Adi Garin (Agan), kali ini memadukan horor dengan drama keluarga yang penuh emosi. Semakin menarik, film yang diproduksi Super Media Pictures, dibintangi Nafiza Fatia Rani, Rizky Hanggono, Tanta Ginting, Ayu Inten, Agnes Naomi, dan masih banyak bintang pendukung lainnya. Namun, apakah semua bekerja dengan sempurna? Yuk, kita bahas lebih dalam.
Chemistry dan Sinopsis
Film yang tayang sejak 23 Januari di bioskop kesayanganmu, menghadirkan hubungan ayah dan anak yang terbilang cukup manusiawi, dan bikin ceritanya jadi lebih dalam. Sosok Wahyu, yang diperankan Rizky Hanggono, berusaha melindungi putrinya, Dinda (Nafiza Fatia Rani), dari trauma dan bahaya yang mengancam setelah kecelakaan tragis yang menimpa istrinya.
Di sini, kita melihat konflik batin seorang ayah yang harus menyembuhkan luka lama, sambil berusaha menjaga keutuhan keluarganya. Nafiza Fatia Rani, sebagai Dinda, agaknya lumayan lihai menggambarkan sosok anak yang kehilangan ibunya.
Nah, di tengah kesendirian mereka, sosok “Mama” yang misterius muncul, dan ketegangan antara rasa rindu dan takut jadi inti cerita. Menurutmu sebagus apa sih film ini? Tontonlah selagi belum turun layar ya!
Menariknya ....
Cerita tentang kehilangan dan cinta abadi memang bukan hal baru di dunia film, tapi mengemasnya dalam balutan horor tentu jadi tantangan tersendiri. Mama: Kasih Yang Tak Pernah Mati mengusung topik ini dengan cara yang cukup segar. Misteri seputar sosok “Mama” yang dipanggil oleh Dinda sebagai pengganti ibunya, seriusan bikin banyak pertanyaan. Dua di antaranya: Apakah sosok itu benar-benar entitas supernatural? Atau hanya wujud imajinasi dari rasa rindu yang mendalam? Bikin penasaran sih.
Sayangnya ….
Pacing yang terkadang lambat di beberapa bagian, terutama bagian pengembangan karakter dan hubungan antara Wahyu dan Dinda, agaknya bikin ngantuk ya? Walaupun penting untuk kedalaman emosi, ini terasa agak membosankan sih. Dan meskipun misteri seputar sosok "Mama" jadi daya tarik utama, nggak tahu kenapa, rasanya cerita terlalu lama digantung gitu.
Gitu deh. Meskipun ada beberapa kekurangan dalam pacing dan pengungkapan misteri, film ini tetap menyajikan pengalaman horor yang berbeda. Jika kamu suka horor model beginian, nggak perlu banyak mikir, tontonan!
Skor: 3/5
Baca Juga
-
Review Film Went Up the Hill: Kala Duka Nggak Pernah Mau Pergi
-
Horor Kanibalisme dalam Film Labinak yang Memunculkan Sumanto
-
Review Film The Seed of the Sacred Fig: Tatkala Rumah Jadi Miniatur Negara
-
Review Film Boys Go to Jupiter: Animasi yang Memantulkan Getir Kehidupan
-
Review Film Night Always Comes: Satu Malam Panjang, Satu Hidup Penuh Luka
Artikel Terkait
-
Siap Uji Nyali? 4 Film Horor Indonesia Akan Menghantui Bioskop Februari Ini
-
7 Film Horor Berlatar di Sekolah, Jangan Nonton Sendiri!
-
Catatan Kritis untuk Film Dark Nuns
-
Debut Akting Lagu Cinta untuk Mama, Raissa Anggiani Gugup Sekaligus Antusias
-
Widi Mulia Comeback Main Horor: Kok Seru dan di Luar Dugaan!
Ulasan
-
Ulasan Novel The Bitter Tea: Hidup Tak Selalu Memberi Pengalaman Pahit
-
Review Film Went Up the Hill: Kala Duka Nggak Pernah Mau Pergi
-
Ulasan Never Have I Ever: Saat Cinta, Budaya dan Kekacauan Jadi Satu Kisah
-
Ulasan Novel A Whole Lotto Love: Romansa Manis di Balik Kemenangan Lotre
-
Ulasan Buku Generasi 90an, Kenangan Jadul dan Nostalgia Kaum Milenial
Terkini
-
Harry Kane Menggila, Bayern Munchen Gasak Leipzig Lewat Gol Setengah Lusin
-
Mexe oleh Pabllo Vittar & NMIXX: Ekspresikan Diri dengan Lepas dan Bebas
-
Persib Bandung Sambangi Markas PSIM Yogyakarta dengan Semangat Bangkit
-
Absennya Cole Palmer dan Bukti Ketidakbergantungan Chelsea
-
Mila Kunis Beberkan Perjuangan Ekstremnya Demi Peran di Film Black Swan