Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Habibah Husain
Buku Kartini Nyantri (DocPribadi/Habibah)

Kartini Nyantri karya Amirul Ulum adalah buku yang berusaha mengungkap perjalanan teologi dan spiritual seorang perempuan legendaris, R.A. Kartini. Buku ini hadir dengan misi untuk menjelaskan aspek yang sering kali terlupakan dalam kehidupan Kartini, yaitu pengaruh spiritualitas Islam dalam dirinya.

Kartini, yang dikenal luas sebagai pelopor emansipasi perempuan di Indonesia, ternyata juga memiliki kedekatan dengan ajaran Islam yang sangat kuat, meskipun sering kali dalam narasi sejarah, pengaruh Eropa lebih ditekankan.

Buku ini tidak hanya membahas sisi teologis, tetapi juga memberikan perspektif yang lebih dalam mengenai hubungan antara Kartini dan para ulama, termasuk peran Kiai Sholeh Darat dalam memperkenalkan Kartini pada ajaran Islam.

Ada pertanyaan besar yang diungkapkan dalam buku ini: apakah pengaruh terbesar dalam perjalanan spiritual Kartini datang dari para ulama seperti Kiai Sholeh Darat, ataukah dari para tokoh Eropa seperti Nyonya Nellie van Kol dan Nyonya R.M. Abendanon yang lebih dikenal di mata Kartini?

Dalam hal ini, penulis menekankan pada gambaran umum perjalanan hidup Kartini dan transformasi spiritualnya. Salah satu bagian yang menarik adalah penjelasan mengenai surat-surat Kartini, yang mengungkapkan bagaimana pengaruh Nyonya R.M. Abendanon membantu Kartini dalam menemukan Tuhan. Penulis juga membahas potensi pengeditan surat-surat Kartini yang dapat memengaruhi pandangannya terhadap Islam

Buku ini secara keseluruhan menggali perjalanan teologi dan spiritual Kartini, dari kebingungannya terhadap Tuhan dan syariat yang terasa kosong, hingga akhirnya menemukan makna yang mendalam dan cahaya penerangan dalam hatinya.

Dalam surat-suratnya, Kartini menyatakan bahwa yang memperkenalkan Tuhan (Allah) kepadanya adalah Nyonya Nellie van Kol dan Nyonya R.M. Abendanon, bukan ulama atau kiai. Pernyataan ini menimbulkan kemusykilan atau kebingungan bagi banyak orang. Beberapa kejanggalan dalam surat-surat tersebut diungkap dalam buku ini, termasuk dugaan bahwa nama Kiai Sholeh Darat disamarkan dalam surat yang telah diedit oleh Mr. J.H. Abendanon.

Selain itu, buku ini juga mengungkapkan fakta menarik bahwa Kartini adalah keturunan Rasulullah SAW yang bermarga Al-Habsyi. Sebagai bukti, dalam surat Kartini kepada Nyonya R.M. Abendanon Mandri pada 12 Desember 1902, Kartini menulis: "Demikianlah kampung Habsyi kami juga mempunyai teman-teman, yang orangtuanya bersahabat karib dengan kakek nenek kami. Di situ kami selalu disambut dengan gembira sekali. Baru-baru ini anak laki-laki mereka kawin dengan gadis Habsyi di sini. Kami datang pada perkawinannya."

Bukti bahwa Kartini memiliki darah Arab, khususnya keturunan Al-Habsyi, semakin diperkuat dengan suratnya kepada Stella pada 6 November 1899, di mana Kartini menjelaskan bahwa di rumah mereka berbicara dalam bahasa Melayu dengan orang Al-Habsyi dan Arab yang telah lama tinggal di Indonesia. Kartini menulis, "Di rumah, kami berbicara apa? Pertanyaan apa ini, Stella tercinta, tentu saja kami berbicara dengan orang Timur asing seperti orang Melayu, Habsyi, Arab, dan Cina, dan bahasa Belanda hanya kami gunakan dengan orang Eropa." (halaman 45)

Keunggulan buku ini terletak pada riset yang mendalam dan penggunaan berbagai sumber yang memperkaya pemahaman tentang Kartini, menjadikannya lebih kredibel dan informatif bagi pembaca.

Namun, kekurangan yang dapat ditemukan adalah buku ini mungkin lebih cocok untuk pembaca yang tertarik dengan kajian serius dan lebih sulit diikuti oleh yang mencari bacaan ringan

Pesan utama yang ingin disampaikan penulis pada buku ini adalah tentang pentingnya untuk terus mencari kebenaran, baik tentang diri kita maupun sejarah. Buku ini mengajak kita untuk melihat lebih dalam dan luas tentang siapa Kartini sebenarnya dan faktor yang memengaruhi perjalanan spiritual dan intelektualnya.

Buku Kartini Nyantri cocok untuk pembaca yang tertarik pada sejarah, agama, dan pengaruh budaya dalam membentuk tokoh besar seperti Kartini. Penulis mengajak kita untuk menggali lebih dalam dan memahami Kartini secara menyeluruh, bukan hanya dari satu sisi saja.

Kartini bukan hanya ikon emansipasi perempuan, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual yang jarang terungkap dalam sejarah. Pembaca diajak untuk merenung dan mengikuti jejak Kartini dalam mencari makna hidup, dengan keberanian untuk bertanya dan terbuka dalam mencari jawaban.

Selamat membaca, semoga setiap halaman membawa pencerahan dan motivasi untuk berkontribusi positif dalam masyarakat.

Identitas Buku

Judul: Kartini Nyantri

Penulis: Amirul Ulum

Penerbit: Pustaka Ulama

Tahun Terbit: Cetakan 1, Agustus 2015

Halaman: 226 halaman

ISBN: 978-602-14831-4-5

Habibah Husain