Brian khrisna kembali memikat pembaca dengan buku barunya yang berjudul "Seporsi Mi Ayam Sebelum Mati". Dari judulnya saja sudah membuat pembaca penasaran, sebetulnya apa sih isi dan pesan utama dari buku ini. Apakah akan membahas resep mie ayam? Tentu tidak.
Buku "Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati" merupakan buku yang tercipta dari hasi wawancara dengan para penyintas depresi akut yang masih memiliki semangat dalam melanjutkan hidup dengan alasan-alasan yang sederhana, sesederhana menyantap mie ayam di esok hari.
Buku "Seporsi Mi Ayam Sebelum Mati" bercerita tentang seorang pria berusia 37 tahun bernama Ruslan Abdul Wardhan atau yang kerap disapa Ale. Ale merupakan seorang pekerja kantoran di sebuah perusahaan di Jakarta.
Ale telah didiagnosa oleh psikiater bahwa dirinya mengidap depresi akut. Pertanyaannya kenapa Ale bisa depresi? Salah satu penyebabnya adalah trauma masa kecil yang Ale alami. Jauh ke belakang sejak kecil Ale sering mendapatkan panggilan buruk dari teman-teman nya.
Hanya karena Ale memiliki tubuh yang gemuk dan kulit yang gelap, Ale sering mendapat ejekan seperti gorila, babon oleh teman sepermainannya. Ale sering merasa dirinya selalu salah di mata orang lain bahwa ketika ia tidak melakukan kesalahan pun.
Hal itu di perparah dengan kondisi keluarga Ale yang juga kurang supportif terhadap dirinya. Ale adalah definisi laki-laki tidak bercerita. Jika laki-laki bercerita dikeluarga Ale adalah suatu hal yang tabu. Bahkan untuk sekadar meluapkan emosi dengan cara menagis misalnya hanya akan mendapat cibiran dari orang tuanya.
Rasa trauma itulah yang terakumualasi hingga Ale beranjak dewasa. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 37 tahun Ale memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Karena ia sudah tidak tahan untuk melanjutkan hidup, lantaran dirinya merasa tidak berguna dan tidak ada satupun orang yang berhasil memahami dirinya.
Namun lucunya, ketika ia ingin mengakhiri hidupnya, malah terbersit mie ayam favoritnya yang selalu ia makan sebelum berangkat kerja. Akhirnya ia menunda rencana bunuh dirinya itu, dan akan ia lanjutkan setelah bisa menyantap mie ayam tersebut.
Sayangnya, penjual mie ayam yang menjadi langganan Ale baru saja meninggal. Hal itu semakin membuat suasana hati Ale tidak karuan. Selama ini ia selalu merasa dirinya adalah seorang yang gagal, dan masa untuk sekadar bunuh diri pun juga gagal.
Kegagalannya untuk bunuh diri itu menghantarkan Ale ke part-part kehidupan yang sebetulnya tidak ia sangka-sangka. Ale banyak di pertemukan dengan orang-orang yang bisa dibilang memiliki latar belakang yang kurang baik tetapi Ale justru merasa dihargai dan dianggap ada ketika bersama mereka.
Hingga pada akhirnya Ale sadar bahwa ternyata orang-orang yang bisa dibilang hidupnya lebih parah dari dirinya, mereka justru masih punya semangat dalam melanjutkan kehidupan di dunia. Justru alasan alasan sederhanalah yang membuat mereka terus kuat untuk menghadapi segala permasalahan mereka.
Lewat buku "Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati", Brian Khrisna ingin menyampaikan pesan bahwa kunci bertahan hidup itu tidak selalu harus berpikirian positif. Tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk menerima diri.
Menerima bahwa tidak semua hari akan berjalan dengan lancar, tidak semua rencana akan sesuai dengan apa yang kita rencanakan, dan tidak semua orang akan baik kepada kita meskipun kita baik kepada mereka. Dan hal itu adalah hal yang wajar.
Satu lagi pesan yang tidak kalah penting adalah kita harus punya alasan-alasan sederhana yang membuat kita selalu semangat dan ingin terus hidup ini berlanjut. Sesederhana menyantap mie ayam di esok hari contohnya.
Buku ini sangat cocok untuk kamu yang interest terhadap isu-isu mental health, juga bagi semua orang yang sedang merasakan kesepian, dengan membaca buku ini kamu akan dibawa kedalam cerita-cerita yang mungkin tidak semua orang paham, tapi ternyata ada di kehidupan nyata, selamat membaca.
Baca Juga
-
Racun Sangga: Menyingkap Realitas dan Mitos di Balik Kepercayaan Lokal
-
Taman Lembah Dewata: Tempat Liburan dan Self-Healing di Lembang
-
Kurikulum Merdeka: Tantangan Infrastruktur dan Kesiapan Guru di Era Prabowo
-
Tajam ke Bawah, Tumpul ke Atas: Menyoal Hukum dan Keadilan di Indonesia
-
Dari Jokowi ke Prabowo: Memerangi Korupsi Demi Indonesia yang Lebih Baik
Artikel Terkait
-
Buku The Goodbye Process: Mengeksplorasi Cara Manusia Menghadapi Perpisahan
-
Benarkah Jumlah Buku yang Dibaca Menunjukkan Karakter Seseorang?
-
Ulasan Buku Catatan Kriuk untuk si Single, Kiat Menjadi Jomblo yang Bahagia
-
Novel Ghost Forest: Mengeksplorasi Pengalaman Imigran Hong Kong di Kanada
-
Ulasan Novel Bibi Gill: Dari Perempuan Rapuh Menjadi Perempuan yang Kuat
Ulasan
-
Buku The Goodbye Process: Mengeksplorasi Cara Manusia Menghadapi Perpisahan
-
Wisata Kebun Pak Budi, Tempat Wisata untuk si Pencinta Pertanian di Pasuruan
-
Tips Afirmasi Positif dalam Buku From Powerful Words to Powerful Actions
-
Ulasan Buku Catatan Kriuk untuk si Single, Kiat Menjadi Jomblo yang Bahagia
-
Ulasan Buku Monster Motivasi: Ketika Motivasi yang Biasa Saja Tidak Cukup
Terkini
-
Sinopsis The Noisy Mansion, Film Korea Terbaru Kyung Soo Jin dan Ko Kyu Pil
-
Yoo Ah-in Dapat Masa Percobaan, Resmi Bebas dari Penjara
-
Betah di Persita, Tamirlan Kozubaev Ungkap Komunikasi Mendalam Antar Pemain
-
Salip Inside Out 2, Ne Zha 2 Jadi Film Animasi Terlaris di Dunia
-
Penyakit Timnas U-20 Makin Parah, Melawan Pemain Mungil Pun Mereka Kalah Duel Udara