Ahmad Tohari melalui novelnya yang berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk" menghadirkan sebuah kisah yang memadukan budaya tradisional, cinta, serta tragedi sosial-politik di pedesaan Jawa. Karya ini tidak hanya menyajikan cerita yang memikat, tetapi juga menjadi potret realitas sosial yang kaya akan nilai budaya.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Srintil, seorang gadis yang sejak kecil diyakini memiliki "indang" atau bakat menjadi seorang ronggeng, penari tradisional yang menjadi simbol hiburan sekaligus ritual budaya di Dukuh Paruk.
Srintil, yang masih belia, memikul beban tradisi yang mengharuskannya menjadi pusat perhatian dalam setiap perayaan desa. Keberadaannya sebagai ronggeng membuatnya terjebak dalam pusaran adat, cinta, dan tragedi yang menyertainya.
Selain Srintil, tokoh lain yang memiliki peran penting adalah Rasus, sahabat sekaligus kekasih masa kecil Srintil. Rasus digambarkan sebagai pemuda yang memiliki pemikiran lebih maju dan kritis terhadap tradisi yang membelenggu Srintil.
Perjalanan hidup Rasus memperlihatkan pergulatan batin antara cinta dan keinginan untuk lepas dari tradisi yang dianggap mengekang.
Tohari dengan cermat menggambarkan latar pedesaan Jawa yang lekat dengan tradisi dan adat istiadat. Dukuh Paruk digambarkan sebagai sebuah desa yang sederhana, di mana kepercayaan terhadap mitos dan ritual sangat kental.
Melalui deskripsi yang detail, pembaca diajak menyelami kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan yang polos namun terjebak dalam arus sejarah yang kelam.
Salah satu kekuatan novel ini terletak pada penggunaan bahasa yang puitis dan penuh makna. Setiap kalimat terasa mengalir dengan indah, membawa pembaca masuk ke dalam suasana pedesaan yang hangat namun penuh misteri. Ahmad Tohari juga sukses membangun emosi pembaca melalui dialog dan narasi yang menggugah rasa empati.
Tema sosial-politik menjadi latar belakang yang kuat dalam novel ini. Peristiwa G30S/PKI yang menjadi sejarah kelam Indonesia turut memengaruhi jalan cerita, di mana Srintil dan Rasus terjebak dalam pusaran konflik yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Melalui kisah ini, Tohari menyentil tentang bagaimana politik bisa merenggut kebahagiaan rakyat kecil yang tak paham akan intrik kekuasaan.
Secara keseluruhan, novel "Ronggeng Dukuh Paruk" ini adalah karya yang kaya akan makna dan sarat pesan moral. Ahmad Tohari berhasil menghadirkan narasi yang kuat tentang cinta, tradisi, dan perlawanan terhadap takdir yang ditentukan oleh lingkungan dan sejarah.
"Ronggeng Dukuh Paruk" layak menjadi bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin memahami sisi lain dari sejarah dan budaya Indonesia, sekaligus menikmati keindahan sastra yang memikat.
Identitas Buku
Judul: Ronggeng Dukuh Paruk
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit: 1 Januari 2003
Tebal: 406 Halaman
Bawa Isu Patriarki, Ini Alasan Perempuan Wajib Baca Ronggeng Dukuh Paruk
Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari sangat layak untuk dibaca oleh perempuan karena menggambarkan kekuatan dan perjalanan seorang perempuan dalam menghadapi tantangan hidup.
Seperti yang telah disebutkan di atas, dalam cerita ini, tokoh utama, Srintil, adalah seorang gadis yang dihadapkan pada pilihan sulit antara kehormatan dan impian pribadi.
Melalui kisahnya, pembaca dapat melihat bagaimana perempuan pada masa itu harus berjuang keras untuk mempertahankan martabat dan identitas mereka dalam masyarakat yang patriarkal.
Selain itu, novel ini juga mencerminkan betapa kompleksnya hubungan antara tradisi dan perubahan dalam kehidupan perempuan.
Perempuan dalam novel ini tidak hanya digambarkan sebagai sosok yang pasif, tetapi juga sebagai individu yang memiliki kekuatan untuk menentukan nasibnya.
Konflik-konflik yang dihadapi Srintil dapat menjadi cermin bagi perempuan masa kini untuk lebih menghargai diri sendiri dan berani mengejar impian meskipun ada banyak rintangan.
Bagi perempuan, membaca Ronggeng Dukuh Paruk dapat membuka wawasan tentang keteguhan hati, keberanian, dan pentingnya memilih jalan hidup yang sesuai dengan nilai dan prinsip pribadi. Novel ini mengajarkan tentang kebebasan memilih, meskipun harus berhadapan dengan perasaan dan tekanan sosial yang besar.
Baca Juga
- 
                      
              Ulasan Novel My Darling Dreadful Thing, Cerita Horor di Rumah Tua Beckman
 - 
                      
              Ulasan Novel Outlier: Penerimaan Diri di Tengah Luka Lama
 - 
                      
              Ulasan Novel The Friend Zone: Pilihan Sulit Antara Cinta dan Mimpi
 - 
                      
              Ulasan Novel Where Loyalty Lies: Perjalanan Menemukan Jati Diri
 - 
                      
              Ulasan Novel Icing on the Murder: Rahasia Gelap di Balik Kue Pengantin
 
Artikel Terkait
Ulasan
- 
                      
              Mamaku Hebat: Keteguhan Seorang Ibu di Tengah Keterbatasan
 - 
                      
              Film Animasi Anak Rasa Dewasa! 'The Twist' Tawarkan Humor dan Kritik Sosial
 - 
                      
              Review Film Rosario: Kutukan yang Menggali Luka Keluarga dan Identitas!
 - 
                      
              Lucu dan Heartwarming! 3 Novel Jepang Terjemahan Terbaru tentang Kucing
 - 
                      
              Review Film 'My Oxford Year': Asam Garamnya Hidup dan Percintaan
 
Terkini
- 
           
                            
                    
              Saat Kata-kata Tak Lagi Cukup: Kenalan Sama 'Art Therapy', Jurus Ampuh Lawan Stres
 - 
           
                            
                    
              Lari sambil Menanam: Mandatalam Earth Run 2025 Buktikan Olahraga Bisa Selamatkan Bumi!
 - 
           
                            
                    
              5 Rekomendasi Tontonan Horor Asal Korea di Netflix, Ada Triger hingga Karma
 - 
           
                            
                    
              Nasib Film Fast & Furious 11 Masih Gantung, Bisa Batal Digarap Nih!
 - 
           
                            
                    
              Rilis PV Baru, Bungou Stray Dogs Wan Season 2 Bakal Tayang di Tahun 2026