Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Poster Film Invincible Swordsman (IMDb)

Sebagai penggemar berat film wuxia, pastinya kamu antusias setiap kali ada rilisan baru yang menjanjikan aksi pedang spektakuler. Jadi, ketika Film Invincible Swordsman diumumkan dan sudah rilis di bioskop Indonesia sejak 12 Maret 2025, nggak salah bila kamu langsung menaruh ekspektasi tinggi, apalagi film ini disutradarai Yiwei Luo.

Ditambah lagi, film ini diadaptasi dari novel The Smiling Proud Wanderer karya Jin Yong, yang sudah berkali-kali difilmkan, tapi tetap punya daya tarik tersendiri setiap kali diangkat ke layar.

Nggak salah juga bila kamu membayangkan pertarungan memukau yang dikombinasikan dengan sinematografi cantik. Namun, nggak salah juga bilah setelah menonton, kamu justru keluar bioskop dengan dipenuhi perasaan campur aduk. Ada bagian yang sangat dinikmati, tapi ada juga yang bikin mengernyit. 

Sekilas Tentang Film Invincible Swordsman

Bagi yang belum familier dengan ceritanya, Film Invincible Swordsman mengikuti perjalanan Linghu Chong, pendekar dari sekte Huashan yang ingin hidup bebas dan nggak terikat dengan politik dunia persilatan.

Namun, kebebasan yang dia cari nggak semudah itu didapatkan. Tanpa sengaja, Linghu Chong bertemu Dongfang Bubai, pemimpin sekte Demonic Cult yang ditakuti. Namun, berbeda dengan anggapan umum tentang pemimpin sekte sesat, Dongfang Bubai ternyata punya alasan kuat untuk melakukan apa yang dia lakukan. Dalam prosesnya, Linghu Chong mulai mempertanyakan segala yang dia tahu tentang kebaikan dan kejahatan.

Di balik semua itu, ada ancaman besar. Yue Buqun, guru yang selama ini Linghu Chong hormati, ternyata menyimpan niat tersembunyi untuk menguasai dunia persilatan. Intrik dan pengkhianatan terus bermunculan, dan Linghu Chong harus menentukan di pihak mana dia akan berdiri.

Impresi Selepas Nonton Film Invincible Swordsman

Begitu melihat daftar pemainnya, mungkin kamu saat sebelum nonton, meyakini film ini bakal keren. Ada Tim Huang yang kali ini berperan sebagai Linghu Chong. 

Ditambah ada Kitty Yuqi Zhang memerankan Dongfang Bubai, karakter penuh misteri dengan latar belakang kelam. 

Lalu ada Lu Zhang yang kali ini memerankan sosok Yue Buqun, gurunya Linghu Chong yang tampak bijaksana tapi menyimpan ambisi berbahaya.

Namun, meskipun para aktornya berbobot, penampilan mereka kok kurang maksimal ya? Tim Huang memang karismatik, tapi saat memerankan Linghu Chong, rasanya kok terasa terlalu serius dibandingkan dengan interpretasi karakter yang aslinya lebih santai dan jenaka. 

Kitty Yuqi Zhang memang punya aura misterius yang pas untuk karakter Dongfang Bubai, tapi chemistry-nya dengan Tim Huang terasa kurang kuat. Sementara itu, Lu Zhang meskipun aktingnya tetap solid, kurang mendapat porsi layar untuk benar-benar menunjukkan sisi licik karakter Yue Buqun.

Dan kalau bicara soal aksi, film ini benar-benar menyajikan pertarungan wuxia kelas atas. Yiwei Luo jelas masih punya sentuhan magis dalam menyajikan duel pedang yang artistik.

Gerakan para pendekar terasa anggun tapi juga penuh tenaga, dengan koreografi pertarungan yang apik gitu. Salah satu adegan yang paling aku suka adalah duel di tengah hutan bambu, yang mengingatkanku pada Film Crouching Tiger. Gerakan ringan di udara, kilatan pedang yang nyaris nggak terlihat, serta latar alam dalam pertarungan benar-benar memanjakan mata.

Namun, ada satu hal yang mengganggu: CGI-nya. Aku paham kalau film wuxia sering menggunakan efek visual untuk adegan-adegan yang mustahil dilakukan secara nyata, seperti karakter yang melayang atau pedang yang bergerak dalam kecepatan tinggi. Sayangnya, di beberapa bagian, efeknya terasa kasar dan kurang halus. Alih-alih memperkuat adegan, CGI yang kurang rapi justru membuat beberapa momen terasa kurang imersif.

Dan masalah besar yang kutemui, yakni terkait alur cerita. Aku nggak bisa membayangkan bagaimana rasanya bagi penonton yang baru pertama kali mengenal kisah ini. Film ini terasa terlalu sibuk memperkenalkan banyak konflik dan karakter dalam waktu singkat, jadi membingungkan gitu. 

Beberapa karakter muncul begitu saja tanpa pengembangan berarti. Tiba-tiba ada karakter baru, lalu hilang begitu saja dan sama sekali nggak ada dampak buat alur ceritanya. Film ini juga terlalu cepat melompat dari satu konflik ke konflik lain, sehingga emosi dan hubungan antar karakter terasa kurang dalam. 

Yang paling aku sayangkan adalah hubungan antara Linghu Chong dan Dongfang Bubai. Seharusnya ini bisa jadi aspek paling menarik dalam film, karena mereka berasal dari dua dunia yang bertolak belakang. Sayangnya, karena cerita terlalu terburu-buru, hubungan mereka terasa datar dan kurang menyentuh.

Begitulah, Sobat Yoursay. Aku pribadi menikmati film ini dari segi aksinya, tapi dari segi cerita, aku merasa masih ada banyak ruang untuk perbaikan. 

Athar Farha