"Mickey 17" merupakan sebuah film fiksi ilmiah dengan sentuhan satir yang digarap oleh Bong Joon-ho dan resmi tayang pada 7 Maret 2025. Film ini diadaptasi dari novel "Mickey7" karya Edward Ashton dan menjadi proyek layar lebar terbaru Bong Joon-ho setelah kesuksesan besar yang diraih melalui "Parasite".
Dengan Robert Pattinson sebagai pemeran utama, film ini mengisahkan perjalanan seorang "Expendable" bernama Mickey Barnes yang harus menghadapi siklus kematian dan kebangkitan dalam sebuah misi kolonisasi luar angkasa.
Berlatar di tahun 2054, film ini mengikuti kisah Mickey Barnes yang ditugaskan dalam ekspedisi ke sebuah planet beku bernama Niflheim. Sebagai seorang "Expendable", perannya dalam misi ini adalah menjalani tugas-tugas berbahaya yang berisiko tinggi terhadap nyawanya.
Setiap kali ia tewas, tubuhnya akan digantikan oleh klon baru yang memiliki seluruh ingatan dari versi sebelumnya. Namun, keadaan berubah ketika terjadi kegagalan dalam proses replikasi, sehingga muncul dua versi Mickey yang bertahan hidup secara bersamaan, Mickey 17 dan Mickey 18, yang kemudian menimbulkan konflik yang tak terduga.
Robert Pattinson membawa karakter Mickey dengan penuh kedalaman emosional. Ia berhasil menangkap dinamika kompleks seorang individu yang terus-menerus mati dan terlahir kembali, menghadapi eksistensi yang absurd sekaligus mempertanyakan hakikat dirinya.
Akting Robert Pattinson dalam membedakan dua versi Mickey juga patut mendapatkan apresiasi, meskipun sebagian karakter pendukung dalam film ini tidak memperoleh eksplorasi yang cukup mendalam.
Film ini juga didukung oleh beberapa aktor ternama. Naomi Ackie berperan sebagai Nasha Barridge, seorang petugas keamanan yang juga merupakan pasangan Mickey. Steven Yeun tampil sebagai Timo, sahabat lama Mickey yang mengenalkannya pada misi kolonisasi ini. Sementara itu, Mark Ruffalo memerankan Kenneth Marshall, pemimpin ekspedisi yang ambisius dengan agenda tersendiri.
Dari segi visual, "Mickey 17" menawarkan pengalaman sinematik yang memukau dengan desain produksi futuristik yang luar biasa. Penggambaran planet Niflheim yang dipenuhi lanskap es menciptakan atmosfer imersif yang mendukung ketegangan dalam cerita. Efek visual yang digunakan untuk menampilkan teknologi kloning dan replikasi Mickey juga terlihat realistis dan inovatif.
Secara tematis, film ini tetap mempertahankan gaya khas Bong Joon-ho yang menggabungkan kritik sosial dalam narasi fiksi ilmiah. "Mickey 17" tidak hanya membahas eksplorasi luar angkasa, tetapi juga mengangkat isu tentang eksploitasi tenaga kerja, kapitalisme, dan hakikat identitas individu dalam masyarakat yang terus berkembang secara teknologi.
Pendekatan satir yang digunakan dalam menyampaikan tema-tema ini membuat film terasa lebih mendalam dibandingkan sekadar petualangan fiksi ilmiah biasa.
Namun, alur cerita terasa kurang fokus akibat banyaknya elemen yang coba dimasukkan dalam satu film. Meskipun premis awalnya menarik, kompleksitas plot yang meningkat di paruh kedua film membuat penonton merasa kebingungan dengan arah cerita.
Dari sisi tempo, film ini juga memiliki perubahan ritme yang cukup signifikan. Babak awal berlangsung dengan tempo lambat, membangun atmosfer dan karakter secara perlahan. Namun, saat mendekati klimaks, alur tiba-tiba bergerak lebih cepat dengan berbagai kejutan dan pengungkapan yang padat.
Transisi tersebut menimbulkan perasaan bahwa bagian akhir film terasa terburu-buru dan kurang memberikan waktu bagi penonton untuk benar-benar mencerna peristiwa yang terjadi.
Terlepas dari berbagai kekurangan yang ada, film ini tetap mendapat apresiasi karena keberaniannya dalam mengeksplorasi tema-tema eksistensial dan sosial dalam format fiksi ilmiah. Bong Joon-ho kembali membuktikan kemampuannya dalam menghadirkan cerita yang menggugah pemikiran, meskipun kali ini dengan pendekatan yang lebih kompleks dan eksperimental dibandingkan karyanya sebelumnya.
Bagi penggemar film fiksi ilmiah yang menyukai cerita dengan lapisan makna mendalam serta komentar sosial yang tajam, "Mickey 17" bisa menjadi tontonan yang menarik. Namun, bagi mereka yang lebih menyukai narasi yang lebih sederhana dan terstruktur, film ini mungkin terasa cukup menantang untuk diikuti.
Secara keseluruhan, "Mickey 17" merupakan sebuah film fiksi ilmiah yang ambisius dan inovatif. Meskipun tidak lepas dari kekurangan, film ini tetap memberikan pengalaman menonton yang unik dengan kombinasi visual yang memukau, akting yang solid, serta pesan yang menggugah pemikiran.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Sinopsis Drama Korea Scandal, Dibintangi Son Ye Jin, Ji Chang Wook Hingga Nana
-
4 Film Genre Action yang Dibintangi Vin Diesel, Ada Fast and Furious X
-
Ulasan Novel A Pocket Full of Rye: Pengkhianatan dan Keserakahan Keluarga
-
Ulasan Buku Ketika Matamu Bicara: Memahami 153 Bahasa Tubuh Lewat Cerita
-
Ulasan Novel Then She Was Gone: Misteri Hilangnya Seorang Remaja Perempuan
Artikel Terkait
-
Alur Manis, Film '500 Days of Summer': Temui Cinta dan Pahitnya Kenyataan
-
4 Film Genre Action yang Dibintangi Vin Diesel, Ada Fast and Furious X
-
Dungeons and Dragons: Honor Among Thieves, Saat Game RPG Dijadikan Film
-
Visual One Love Bikin Kamu Serasa Terbang ke Jamaika Tahun 70-an!
-
Jun Ji Hyun dan Ji Chang Wook Kembali Dipasangkan di Drama Fantasi Baru?
Ulasan
-
Ulasan Novel Pulang Karya Leila S. Chudori: Sejarah Kelam Indonesia
-
Review Anime 2.5 Jigen no Ririsa, Menemukan Jati Diri di Dunia Cosplay
-
Alur Manis, Film '500 Days of Summer': Temui Cinta dan Pahitnya Kenyataan
-
Ulasan Novel Rindu karya Tere Liye: Perjalanan Panjang Menemui Makna Hidup
-
Ulasan Novel A Pocket Full of Rye: Pengkhianatan dan Keserakahan Keluarga
Terkini
-
Ada Lagu Loser, Mark NCT Usung Vibe Easy Listening di Album The Firstfruit
-
5 Rekomendasi Anime Berlatar Sekolah Sihir dengan Kisah Magis yang Seru
-
Lebaran: Hari Kemenangan Sekaligus Kekalahan
-
Resmi Tamat, 3 Pemain Undercover High School Ungkapkan Rasa Terima Kasih
-
Gegara Belum Pulih Cedera, Anthony Ginting Harus Absen Lagi dari Badminton Asia Championships 2025