Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Lena Weni
Cuplikan Better Man (Prime Video)

Satu lagi film keren abad ini yang gak boleh kamu lewatkan, apalagi kalau bukan Better Man (2025). Better Man adalah film biopik arahan sutradara visioner Michael Gracey yang mengikuti perjalanan hidup seorang superstar pop Inggris, Robbie Williams. Ia adalah seorang entertainer sejati bahkan dinobatkan yang terhebat sepanjang masa. 

Film ini menceritakan kisah hidup Robbie Williams dari sudut pandangnya di masa kanak-kanak, ketika tergabung dalam boyband papan atas Take That, hingga menjadi artis solo pemecah rekor tak tertandingi pada masanya—juga serangkaian tantangan yang harus ia bayar atas ketenaran dan kesuksesan yang berhasil diraihnya. 

Ulasan Film Better Man 

Sebagai penonton "polos", tak tahu informasi secuil pun tentang film Better Man (2025) ataupun sosok Robbie Williams, membuat saya sempat mengira kalau Better Man (2025) adalah film fantasi ataupun fiksi ilmiah bertemakan mutan. 

Pasalnya, si tokoh utama adalah sesosok kera yang dapat bicara, diterima oleh lingkungan, dan berkelakuan selayaknya manusia. Nah, yang saya kira mutan itulah yang menjadi pendorong minat saya untuk menyimak cerita, sebab saya ingin tahu asal muasal dan alasan si mutan kera dapat berbaur dengan lugasnya. 

Ternyata, setelah film mencapai endingnya, barulah saya paham, kalau ini adalah film biopik seorang bintang pop fenomenal. Lantas, mengapa wujud kera harus mewakilinya? Di situlah letak keistimewaan film biopik satu ini. 

Usut punya usut, tenyata visual kera dipilih sebagai metafora dari wujud Robbie Williams memandang dirinya sendiri. Dan mungkin pemilihan visual kera pun ada hubungannya dengan teori revolusi manusia, sebab menurut penggambaran dalam film ini, Robbie Williams begitu keras pada dirinya sendiri, terus merasa kurang dan stuck (gagal berevolusi sehingga tetap berwujud kera) di saat semua orang berhasil bertransformasi (ke wujud manusia). 

Pun kalo boleh sedikit berteori lagi, barangkali wujud kera dipilih sebagai perspektif lain dari ambisi dan gaya hidup Robbie Williams yang terwakili dari sifat kera yang umumnya digambarkan jemawa, serakah, iri hati, tak mudah merasa puas, sering berbuat onar, namun cerdik dan cepat memecahkan masalah. 

Namun, terlepas dari apa pun alasan di balik pemilihan visual kera untuk mewakili sosok Robbie Williams, yang jelas menurut saya itu adalah keputusan yang tepat. Sebab karenanya, sosok Robbie Williams langsung memonopoli spotlight dan memberi banyak tambahan pada film ini.

Menariknya lagi, efek visual film ini sangat baik, mulus, teliti pada detail dan lugas sehingga interaksi wujud kera dari seorang Robbie Williams tampak realistis dengan para tokoh lain.

Adegan yang bertumpu pada efek visual paling saya sukai adalah ketika Robbie Williams tengah berhalusinasi di tengah-tengah konser, di mana para penonton berubah menjadi ribuan wujud kera dan bertarung dengannya itu tampak "megah" berkat efek visual yang lugas dan mendetail. 

Secara alur cerita, film ini membawakan narasi yang tampak jujur adanya. Sebab hitam putih perjalanan hidup seorang Robbie Williams ditampilkan dengan gamblang. Semua aspek kehidupan Robbie Williams turut dibahas, baik dari kisah asmara, pertemanan, hubungan kerja, hingga perjalanan karier. 

Sinematografinya sangat indah. Tarian, nyanyian yang meriah pun kian antraktif berkat teknik pengambilan gambar yang ciamik dalam film ini. Ya, intinya kalau kamu ingin mengikuti perjalanan hidup seorang Robbie Williams sekaligus mendapatkan hiburan darinya, maka tak ada yang lebih baik dari menyaksikan film ini. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Lena Weni