Film biografi Indonesia seringkali mengandalkan plot yang terperinci dan alur cerita yang terpecah menjadi segmen-segmen yang mudah ditebak.
Namun, Film Athirah (2016) pengecualian. Disutradarai Riri Riza, film ini mengusung pendekatan yang lebih subtil dan puitis dalam menceritakan kisah hidup sosok wanita yang nggak banyak diekspos di ruang publik, tapi ternyata punya peran besar dalam kehidupan seorang Jusuf Kalla—tokoh penting Indonesia.
Sekilas tentang Film Athirah
Menceritakan kisah hidup Athirah (diperankan Cut Mini). Film ini bermula pada Athirah bersama suaminya, Puang Ajji (Arman Dewarti), pindah dari Bone ke Makassar untuk memulai kehidupan baru.
Mereka tampak menjalani kehidupan yang bahagia, dengan usaha dagang Puang Ajji yang sukses besar dan Athirah yang tengah hamil. Keduanya seringkali menghabiskan waktu bersama untuk makan malam, terlihat seperti keluarga ideal.
Namun, hidup mereka nggak seindah yang tampak. Ketertarikan Puang Ajji pada wanita lain perlahan mulai menggerogoti keharmonisan keluarga mereka.
Athirah merasa dunia runtuh di tengah masyarakat dan zaman yang masih menganggap poligami sebagai hal lumrah, dia pun harus menelan pahitnya luka dan rasa malu sendirian.
Sementara itu, Ucu (Chirstoffer Nelwan) anak laki-laki tertuanya, menjalani masa remaja dengan penuh kebingungan. Di tengah upayanya memahami kondisi keluarganya yang mulai goyah, Ucu diam-diam jatuh hati pada seorang gadis bernama Ida. Tapi jalan cintanya nggak mudah, dan situasi makin rumit saat dia tahu sang ibu tengah mengandung lagi.
Kisah ini menggambarkan dinamika sebuah keluarga Bugis di Sulawesi Selatan tahun 1960-an—tema yang meski terjadi di masa lalu, masih terasa dekat dengan kehidupan saat ini.
Yakin ceritanya cuma begini doang? Nggak gitu Sobat Yoursay! Yakin deh, dengan nonton tanpa kena banyak spoiler itu jauh lebih menyenangkan.
Impresi Selepas Nonton Film Athirah
Saat pertama kali nonton Athirah, aku langsung merasa seperti diajak menyelami dunia yang penuh dengan kedalaman emosi. Nggak ada yang meledak-ledak dalam film ini, semuanya berjalan perlahan, tapi tetap penuh makna.
Gaya penyutradaraan Riri Riza yang dengan steady shot dan tempo yang lambat, benar-benar membawaku masuk ke dunia karakter-karakternya.
Ya, Film Athirah nggak tergesa-gesa dalam menyampaikan cerita. Semua momen, baik itu interaksi antar anggota keluarga atau bahkan kesendirian sang ibu, dibiarkan mengalir dengan natural.
Keputusan untuk nggak menumpahkan seluruh informasi melalui dialog jadi daya tariknya deh. Sebagai penonton, aku jadi dipaksa untuk lebih fokus pada setiap detail visual yang ditampilkan, seperti cara Athirah memandang suaminya, atau bagaimana suasana rumah yang dulu begitu harmonis, kini terasa hampa dan sunyi. Setiap momen seperti potongan teka-teki yang perlahan disusun jadi gambaran utuh tentang perjuangan sosok wanita yang lembut tapi kuat.
Serius deh, karakter Athirah sangat manusiawi. Nggak ada karakterisasi sempurna. Ya, aku merasa terhubung dengan Athirah, terutama dalam momen-momen di mana dia berusaha menyelesaikan masalah keluarganya tanpa harus menunjukkan kemarahan atau penyesalan berlebih.
Performa Cut Mini sebagai Athirah juga nggak bisa dipandang sebelah mata. Dia berhasil menyampaikan menyalurkan kelembutannya pada penonton, yang membuatku semakin mengagumi karakternya. Setiap tatapan mata Cut Mini seakan-akan mengungkapkan perasaan yang nggak perlu diucapkan.
Mungkin memang nggak banyak emosi yang "diteriakkan" dalam film ini, tapi perasaan itu tetap hadir melalui setiap gerakan halus dan tatapan yang sarat makna.
Tentunya, nggak bisa dipungkiri bahwa sosok Jusuf Kalla, atau Ucu, adalah bagian yang juga penting dari cerita ini.
Namun, meski kita tahu betul kelak Ucu akan menjadi sosok besar di Indonesia, film ini dengan bijak nggak terlalu banyak ngasih porsi pada perjalanan hidupnya. Ucu hadir hanya sebagai bagian dari perjalanan hidup sang ibu. Nggak ada banyak foreshadowing tentang masa depannya yang cerah, kecuali satu adegan singkat di mana Athirah memasangkan kopiah di kepala puteranya. Momen itu seakan-akan jadi gambaran, yang meskipun masa depan Ucu penuh harapan, perhatian film tetap tertuju pada perjalanan hidup Athirah.
Kalau Sobat Yoursay belum nonton Athirah, segeralah nonton. Nikmati perjalanan batinnya yang sarat makna.
Skor: 3,7/5
Baca Juga
-
Review Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah: Nggak Semudah Itu Jadi Ibu
-
Review Film Menjelang Magrib 2, Nggak Ada Alasan Buat Dilanjutkan!
-
Kala Film The Conjuring: Last Rites, Mengemas Lebih Dalam Arti Kehilangan
-
Kala Romansa Musikal Melenggang di Busan International Film Festival
-
Panji Tengkorak: Ambisi Besar yang Tenggelam di Tengah Keadaan
Artikel Terkait
-
Dinotis Taesan BOYNEXTDOOR, Don dari Film Jumbo: Hyung, Saranghae!
-
Review Sugarcane: Dokumen yang Membuka Luka Lama di St. Josephs Mission
-
Ulasan Film A Minecraft Movie: Visual Keren, Tapi Ceritanya Gitu Deh
-
Review Film Gunslingers: Film yang Dieksekusi Begitu Kering Kerontang
-
Film Dendam Malam Kelam: Ketika Rahasia, Dosa, dan Kematian Saling Bertaut
Ulasan
-
Between Us: Sebuah Persahabatan yang Terluka oleh Cinta
-
Mengurai Cinta yang Tak Terucap Lewat Ulasan Buku 'Maafkan Kami Ya Nak'
-
Mahar Jingga: Cinta yang Halal Tapi Tak Selalu Membahagiakan
-
Ali Band dan Perayaan Musik Dansa dari Timur Tengah ke Jakarta
-
Ulasan Novel Bandit-Bandit Berkelas: Nasib Keadilan di Ujung Tanduk!
Terkini
-
5 Clay Mask Charcoal untuk Bersihkan Pori-Pori Wajah, Ampuh Angkat Komedo!
-
Sinopsis Oshi no Satsujin, Drama Terbaru Momoko Tanabe dan Mayuu Yokota
-
Antarkan Pesta Gol atas Makau, Skema Gerald Vanenburg Berpotensi Tak Efektif Lawan Korea Selatan
-
Intens Tapi Estetik! Intip Teaser MV Lagu Debut Solo Haechan NCT 'CRZY'
-
Rieke Diah Pitaloka Blak-blakan Soal Kinerja Uya Kuya dan Eko Patrio di DPR