Hai, horror lovers! Kalau kamu penggemar film horor klasik kayak The Omen (1976), pasti nggak sabar nunggu prequel-nya, The First Omen, yang udah rilis di bulan April 2024 tahu lalu.
Film ini bercerita tentang awal mula kelahiran Damien, si Antikristus, dan trust me, ini bukan sekadar prequel biasa. Film ini berhasil bikin merinding, sekaligus ngasih depth ke lore yang udah kita kenal. Yuk, bahas lebih dalam!
Ceritanya berfokus pada Margaret (diperankan oleh Nell Tiger Free), seorang novisiat (calon biarawati) yang dikirim ke Roma buat bekerja di panti asuhan sebelum akhirnya mengucapkan kaul.
Tapi, ya namanya film horor, hidup nggak semudah itu. Margaret mulai melihat hal-hal aneh: anak-anak yatim yang berperilaku creepy, penglihatan mengerikan, sampai konspirasi gereja yang gelap.
Awalnya, film ini terasa seperti mix antara The Nun dan Rosemary’s Baby, tapi jangan salah—The First Omen punya identitas sendiri. Alurnya slow-burn, tapi nggak bosenin. Justru, suspense-nya dibangun pelan-pelan sampai klimaks yang bikin jantung berdebar.
Ada beberapa twist yang beneran nggak terduga, dan yang paling keren adalah cara film ini mengaitkan semua kejadian ke The Omen original.
Ulasan Film The First Omen
Salah satu hal terbaik dari film ini adalah vibe-nya yang super retro. Cinematography-nya gelap, banyak adegan gereja gothic, dan penggunaan lighting yang bikin setiap frame terasa oppressive. Kameranya kadang shaky kayak found footage, nambahin rasa realismenya.
Efek praktikalnya juga jempolan! Daripada ngandang CGI, film ini pake efek makeup dan prostetik yang bikin adegan-adegan tubuh disturbing terasa nyata. Ada satu adegan (yang jadi viral di TikTok) tentang birth scene yang benar-benar menjijikkan—serius, ini salah satu adegan horor paling unsettling di tahun 2024!
Sound design-nya juga top notch. Dari bisikan-bisikan creepy sampe lagu choir yang tiba-tiba distort, semuanya bikin kamu was-was setiap ada adegan sunyi.
Nell Tiger Free (yang mungkin kalian kenal dari Servant) bener-bener carry film ini. Ekspresinya pas lagi paranoid atau ketakutan itu natural banget, dan aku bisa ngerasain perubahannya dari wanita polos jadi seseorang yang mulai mempertanyakan segalanya.
Sonia Braga (sebagai Sister Silva) juga memberikan aura sinister yang pas sebagai biarawati senior. Ralph Ineson (yang suaranya deep banget) jadi Father Brennan, karakter yang familiar buat fans The Omen, dan dia nge-deliver performance yang memorable.
Hal yang bikin The First Omen beda dari horor-horor mainstream adalah depth-nya. Film ini nggak cuma shock value, tapi juga ngangkat tema-tema seperti kontrol atas tubuh perempuan, korupsi dalam institusi agama dan pertanyaan tentang takdir vs free will. Ini yang bikin filmnya lebih layered dan nggak cuma sekadar tontonan serem doang.
Meski overall keren, The First Omen nggak sepenuhnya orisinal. Beberapa trope-nya udah sering dipakai di film horor lain, contohnya anak kecil creepy (yes, lagi-lagi), gereja sebagai tempat misterius (udah jadi staple di film horor religius) dan plot twist yang bisa ditebak (khususnya buat yang udah familiar sama franchise The Omen). Tapi, execution-nya tetep solid, jadi kekurangan ini nggak terlalu ngerusak pengalamanku sebagai penonton sih.
The First Omen berhasil jadi prequel yang memuaskan—ngembangin lore tanpa ngerusak film originalnya. Film ini punya atmosfer mencekam, akting solid, dan adegan-adegan horor yang bakal nempel di kepala lama setelah nonton.
Maka dari itu aku beri rating: 8/10 karena buat yang suka horor slow-burn dengan tema religius, efek praktikal dan cinematography-nya keren banget dan Nell Tiger Free aktingnya stellar.
Jadi, kalau kalian penasaran gimana asal-usul Damien si Antikristus, atau sekadar pengin nonton horor berkualitas, The First Omen worth it buat ditonton! Nonton malam hari biar makin spooky, ya!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Film A Minecraft Movie: Visual Keren, Tapi Ceritanya Gitu Deh
-
Ulasan Film Jumbo: Petualangan Imajinasi yang Bikin Hati Jadi Hangat
-
Review The Monkey: Film Horor yang Bikin Kamu Ngecek Bawah Tempat Tidur!
-
Orion and the Dark: Tak Hanya Menghibur, Film Ini Bisa untuk Terapi Mental!
-
Ulasan Serial Study Group: Belajar atau Berantem, Siapa Takut?
Artikel Terkait
-
Ulasan Film A Minecraft Movie: Visual Keren, Tapi Ceritanya Gitu Deh
-
Ulasan Better Man, Film Biopik Visioner dengan Eksekusi yang Cerdas
-
Ulasan Film Jumbo: Petualangan Imajinasi yang Bikin Hati Jadi Hangat
-
Film Korban Jatuh Tempo - Pinjol: Siap Bikin Ngakak dan Merinding Bareng!
-
Review The Monkey: Film Horor yang Bikin Kamu Ngecek Bawah Tempat Tidur!
Ulasan
-
Review My Neighbor Totoro: Perihal Makhluk Ajaib, Harapan, dan Alam
-
Ulasan Novel Three Days to Remember: Tentang Hati yang Mau Menerima Kembali
-
Review Film The Green Mile: Jalan Sunyi Menuju Keadilan yang Gelap Gulita
-
Ulasan Novel 'Art of Curse', Petualangan Membasmi Kutukan Berbahaya
-
Review Film G20: Aksi Heroik di Tengah Diplomasi dan Krisis Global
Terkini
-
Filosofi Tongkrongan: Saring Pikiran Biar Gak Jadi Ujaran Kebencian
-
Meski Gagal Samai Capaian STY, Nova Arianto Akhirnya Sukses Wujudkan Mimpi sang Mentor
-
Libur Paskah Lebih Berkesan, Ini 4 Rekomendasi Film yang Cocok untuk Refleksi
-
Ironi Timnas Indonesia di AFC U-17: Dari Penampil Terbaik, Menjadi Paling Tak Berkutik
-
Film Eddington: Ari Aster Mengangkat Kekacauan Kecil di Tengah Pandemi