Apa yang terjadi kalau ada pemburu bayaran dibangkitkan dari kematian sama iblis, lalu disuruh berburu makhluk-makhluk supernatural yang kabur dari neraka? Jawabannya ada di Series The Bondsman, series horor terbaru yang tayang eksklusif di Prime Video sejak 3 April 2025. Series ini menghadirkan Kevin Bacon sebagai Hub Halloran, karakter utama yang sudah mati.
Dalam delapan episode, ‘The Bondsman’ memadukan horor, aksi, dan komedi gelap ke dalam satu paket tontonan yang nggak cuma seram, tapi juga menyegarkan lho. Di balik layar, Series The Bondsman digarap sama 4 sutradara di antaranya:
- Thor Freudental (2 Episode)
- Sanaa Hamri (2 Episode)
- Catriona McKenzie (2 Episode)
- Lauren Wolksreib (2 Episode)
Nah, Selain Kevin Bacon, series ini juga diperkuat jajaran bintang kece, di antaranya: Jennifer Nettles, Damon Herriman, Beth Grant, Maxwell Jenkins, Jolene Purdy, dan masih banyak bintang pendukung lainnya.
Impresi Selepas Nonton Series The Bondsman
Series The Bondsman langsung menarik perhatian aku sejak teaser pertamanya dirilis. Di luar itu, ada satu hal yang bikin aku makin semangat nonton dan menulis soal ini. Horor sekarang lagi naik daun banget, dan ‘The Bondsman’ contoh terbaru dari tren itu.
Kevin Bacon tampil memikat sebagai Halloran, pria dengan masa lalu kelam yang tiba-tiba mendapatkan kesempatan kedua hidup. Bukan cuma untuk memperbaiki dirinya, tapi juga untuk mengejar cinta, menebus dosa, dan kembali ke hasrat lamanya, yakni musik country.
Beberapa tahun terakhir, aku perhatikan kalau horor makin sering muncul. Bukan cuma film panjang seperti biasanya, tapi series-series dengan alur yang dibagi jadi beberapa episode—yang bisa dikembangkan lebih dalam dan pelan-pelan membangun ketegangan.
Dari ‘The Haunting of Hill House’ (2018), ‘Marianne’ (2019), Archive 81 (2022), sampai ke ‘Midnight Mass’ (2021).
Dan Series The Bondsman terasa hadir dengan caranya sendiri yang unik. Series ini bukan cuma soal jumpscare dan makhluk menyeramkan, tapi juga menyelipkan unsur drama karakter, dark comedy, dan bahkan dunia musik country yang nggak biasa dalam genre horor.
Di episode-episode awal, aku bisa melihat bagaimana latar belakang tokoh utama dieksplorasi perlahan, hubungan antar karakternya dibangun dengan tensi, dan konflik utamanya pun tumbuh makin intens tiap episodenya.
Yang membuat format series jadi cocok banget untuk horor adalah durasinya yang panjang. Cerita bisa lebih mendalam, misteri bisa dikembangkan lebih kompleks, dan penonton jadi lebih terikat secara emosional dengan karakter.
Aku merasa Series The Bondsman memanfaatkan ini dengan baik. Halloran bukan sekadar karakter "badass" yang memburu monster—dia punya luka lama, dilema batin, bahkan obsesi personal yang bikin aksinya jadi relevan secara emosional.
Blumhouse Television, yang selama ini sukses memproduksi film-film horor layar lebar seperti ‘Get Out’ dan ‘The Invisible Man’, tampaknya makin serius mengeksplorasi ranah series. Dengan ‘The Bondsman’, mereka nggak cuma menghadirkan cerita menegangkan, tapi juga karakter-karakter yang kompleks dan dunia yang punya mitologi menarik.
Bagiku, series horor seperti ini patut diapresiasi. Bukan hanya karena seru dan menegangkan, tapi juga karena membuka peluang baru dalam cara kita menikmati cerita horor. Kita nggak lagi hanya nonton satu setan muncul di satu rumah dalam waktu 90 menit terus tamat. Sekarang, kita bisa mengikuti karakter selama sekian episode, melihat perkembangan emosionalnya, dan tentu saja merasakan ketegangan yang lebih bertahap dan dalam.
Kalau Sobat Yoursay suka horor dengan sentuhan komedi gelap dan karakter utama yang nggak biasa, Series The Bondsman bisa jadi tontonan yang pas buat dinikmati. Dan buat aku pribadi, ini jadi salah satu bukti kalau horor di era sekarang semakin fleksibel, luas, dan pastinya makin menarik buat diikuti. Selamat nonton ya.
Baca Juga
-
Review Film Ballerina: Spin-off John Wick yang Kurang Nampol?
-
Konflik Agraria yang Menggetarkan dalam Film Seribu Bayang Purnama
-
Review Film Black Box Diaries: Catatan Kelam yang Menguak Pelecehan Seksual
-
Review Film Tornado: Perjalanan Visual dan Cerita yang Mengalir Lambat
-
Review Film Fear Street - Prom Queen: Pembantaian Malam Pesta yang Melempem
Artikel Terkait
-
Review Film G20: Aksi Heroik di Tengah Diplomasi dan Krisis Global
-
Review Film Broken Rage: Ketika Takeshi Kitano Menolak Bertele-tele
-
Review Film Holland: Misteri yang Gagal Mengembang dan Meledak
-
Sinopsis Be Happy, Film India Terbaru Abhishek Bachchan di Prime Video
-
Romansa dengan Sensualitas Tipe Soft R dalam Film 'My Fault: London'
Ulasan
-
Review Film Ballerina: Spin-off John Wick yang Kurang Nampol?
-
Ulasan Buku The Family Dynamic:Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Sukses
-
Rumah Makan Ekrik, Ayam Panas Sederhana yang Menyihir Lidah Warga Jambi
-
Ulasan Buku Brand Yourself: Tips Personal Branding untuk Memperluas Relasi
-
Bosan dengan KPop? &TEAM Coba Dobrak Batas di Lagu Rock "Go in Blind"
Terkini
-
Indonesia vs China: Saat Tim Haus Kemenangan Menjamu Tim Paling Mengenaskan
-
Vivo X Fold 5 Rilis Juli Mendatang, Diyakini Bakal Jadi HP Lipat Paling Ringan di Dunia
-
China Rencanakan Tampil Menyerang, Keuntungan Besar Justru Bakal Didapatkan Timnas Indonesia!
-
Indonesia Open 2025: Match Sengit, Jafar/Felisha Terhenti di Babak Kedua
-
Apple iPhone 17 Series Siap Meluncur September 2025, Intip Spek dan Prediksi Harganya